Hanahaki Byou
J & L Story
L's
El menyukai seseorang.
Dia begitu gugup di awal, namun setelah menyatakan perasaannya dan ternyata orang yang dia suka bersedia menjalin hubungan, El merasa seperti melayang.
Mereka berkencan. Bergandengan tangan. Berciuman. Berbagi kehangatan.
Suatu pagi, El merasakan sakit di bagian dada. Dia terbatuk, pelan, sebelum mengerjap bingung.
Ada selembar kelopak bunga berwarna putih dengan bercak merah basah mendarat di tangannya.
El tidak mengerti. Dia pikir itu halusinasi. Namun setelah kelopak ketiga ia dapat sore itu, El memutuskan untuk pergi ke dokter kenalannya.
"Apa kau menyukai seseorang?" sang dokter, Dean, bertanya dengan ekspresi kelam.
El mengangguk. "Kami bahkan sudah tinggal bersama selama tiga bulan," jawabnya ringan.
"Dan kau sangat, sangat, menyukainya?"
El tertawa renyah, merona. Dalam dua manik mata cokelat terpancar jelas isi hatinya sekarang. Malu-malu, dia berbisik rendah.
"Aku mencintainya."
Respon Dean tidak akan pernah dia duga. "Jangan." Sang dokter melarang, hanya untuk menerima tatap penuh tanya.
El mengerjap. "Maaf?" Tawanya lenyap.
Dean menghela nafas prihatin. "Kau terkena Hanahaki Byou. Penyakit dari Negeri Sakura. Dimana kau akan memuntahkan kelopak bunga ketika perasaanmu bertepuk sebelah tangan."
El ternganga. Berusaha memproses informasi aneh barusan. Dia memiringkan kepala, menyentuh dadanya sendiri yang terasa ringan. Masih tanpa kata-kata.
Detik berlalu meninggalkan mereka dalam diam.
"Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya," Dean melanjutkan lebih hati-hati, "meski bisa berujung pada kematian. Kau bisa melakukan operasi untuk mengangkat bunga yang tumbuh di dadamu, atau berusaha mendapatkan balik cintanya."
El menatap Dean, kembali mengerjap.
"Bunga?" ulangnya.
Dean mengangguk. "Perasaanmu yang tumbuh untuk orang yang kau suka. Berupa bunga, dan kau akan terus memuntahkan kelopak selama dia tidak membalas. Jika bunga itu sampai mekar, kau akan mati karena paru-parumu penuh dengan kelopak."
El terbatuk lagi. Dua kelopak pucat bunga keluar. Jemari Dean menangkap satu diantaranya, tersenyum lemah.
"Hyacinth, eh? Kau benar-benar tulus mencintai dia?"
El merasakan hangat di mata dan dingin merasuk dada. "Apa yang terjadi setelah kau mengangkat bunganya?" suaranya sedikit bergetar.
"Perasaanmu hilang. Sesederhana itu." Dean menutup mata.
Ah. El menyunggingkan senyum. "Apa kau pernah mengalami ini juga?"
Dean memalingkan mukanya, menatap kosong ke arah jendela. "Yeah."
"Lalu?"
Tawa hambar terdengar. "Aku hidup," Dean menjawab. "Walau rasanya hampa."
Sesi mereka usai setelahnya.
Sampai di rumah―unit apartemen yang El beli bersama Juno, sang kekasih―El melihat ke sekeliling dan menyunggingkan senyum. Di tangannya terdapat sebuket bunga segar yang tadi sempat dibelinya dalam perjalanan pulang. Hyacinth putih, seperti kata Dean. El memasukkannya ke dalam vas kaca, memajangnya di ruang tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
alphabets [in ed.]
Romance13 kisah 26 jiwa dalam menemukan pasangan mereka di waktu, tempat, dan semesta yang berbeda. /𝘴𝘩𝘰𝘳𝘵 𝘴𝘵𝘰𝘳𝘪𝘦𝘴/ /peringatan konten dewasa untuk tema lgbt, bahasa kasar, darah, kekerasan, penyakit jiwa, trauma, 𝘵𝘳𝘪𝘨𝘨𝘦𝘳 𝘸𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨...