The Moon and The Sun
S & P Story
"Aku Surya."
"Purnama."
"Whoa. Belum apa-apa nama kita bahkan sudah saling menentang? Hahahah~"
Aku menatapmu, kaku. Candaan itu tak lucu, tapi kau berdiri tegap dengan bahu bergetar dan kepala terangkat, mulutmu mengeluarkan tawa. Bagaimana bisa kau bahagia dengan sederhana? Aku menurunkan mata, memandang tangan kita yang masih memeluk, menyapa.
Dan bibirku melengkung perlahan, bertahan cukup lama.
*
*
*
Aku membencimu untuk kali pertama, tapi kau tak perlu tahu. Karena sudah mengenalkanku pada cinta, bahkan tanpa kau tahu. Jika aku layaknya purnama, menatapmu sendu dan bahagia karena aku bahkan takkan pernah terlihat tanpamu, aku kira memendam isi di dada terdengar lebih masuk akal daripada membuatmu tahu.
Aku mencintaimu. Mengalir lega seperti bulan yang tenggelam saat datang mentari fajar. Sayang seperti dekapan hangat ibu pada anak dalam buaian. Rindu seperti pelukan erat dua saudara jauh. Merana tersiksa seperti ngengat dalam geliat panas api yang membara.
Aku mencintaimu dan bahagia, dengan sederhana.
*
*
*
Belakangan, hatiku dikuasai serakah. Tiap melihatmu tertawa tak lagi buatku debaran di dada, tapi rasa sakit dan iri yang menggigit. Maksudku―bukankah dulu rasa ini berbeda? Ia masih murni dan belum tersentuh amarah. Kini bahkan melihatmu bicara bukan padaku membuat ia terluka.
Cinta yang kutanam tumbuh mengerikan memakan racun dan duka.
Aku tahu dari awal, sang surya adalah milik dunia. Tercipta untuk mereka. Tiap terbitnya ia dipuja. Dan bulan pun bergantung padanya. Dia adalah milik semua.
Kini melihatmu dari jauh membuat mataku mengabur buta. Aku menginginkanmu sungguh, tapi tak bisa.
Aku mencintaimu.
Masih, dan selalu.
*
*
*
Lalu kau ditinggal dunia.
Mereka bilang itu kecelakaan. Tentu. Siapa memang mau disalahkan? Aku mengawasimu, jauh dari keramaian yang selalu berputar di sekelilingmu, melihat kau duduk di ranjang dengan piyama rumah sakit dan tubuh penuh perban. Kau masih tertawa, Tuhan. Masih tersenyum penuh canda, lepas dari beban.
Tapi matamu, Surya, mengapa terlampau hampa?
Ketika dunia menghilang, kau buang semua perasaan yang mereka tinggal. Aku kira itu hal yang wajar, jika kau merasa jijik dan muak. Pun begitu padaku. Yang diam saja tanpa pernah membantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
alphabets [in ed.]
Romance13 kisah 26 jiwa dalam menemukan pasangan mereka di waktu, tempat, dan semesta yang berbeda. /𝘴𝘩𝘰𝘳𝘵 𝘴𝘵𝘰𝘳𝘪𝘦𝘴/ /peringatan konten dewasa untuk tema lgbt, bahasa kasar, darah, kekerasan, penyakit jiwa, trauma, 𝘵𝘳𝘪𝘨𝘨𝘦𝘳 𝘸𝘢𝘳𝘯𝘪𝘯𝘨...