4

136 11 5
                                    

RUMAH MAKAN HAJI WAWAN

Jl. Merpati No.28 xxxxxx

Ditunggu pada pukul 07.00 WIB.

Kira-kira seperti itulah tulisan yang ada kertas putih yang kupegang saat ini. Kertas berisikan sebuah alamat di sebuah rumah makan yang di beri oleh Bryan.

Tapi aku kini bingung di hadapan sebuah gedung yang seharusnya sebuah rumah makan, malah sebuah gedung yang cukup elit.

'Maksudnya ini apa?!!'

Aku memasuki gedung itu dengan ragu-ragu, menghitung kemungkinan yang terjadi dari situasi yang tak terduga ini. Sama sekali tak terduga!

Di dalam gedung yang bercat hijau itu terdapat satu ruangan yang cukup sibuk dan ramai. Banyak orang berada di sana, duduk di mejanya masing-masing dan berkutat dengan buku-buku yang tebal.

"Ayo kak! Nggak masuk?" Tanya seseorang menyapaku dan mendahuluiku untuk memasuki ruangan itu.

"Para peserta silahkan masuk. Seleksi akan dimulai." Ucap seseorang yang mendorongku untuk menempati salah satu meja yang masih kosong.

Segera saja tiga orang yang memakai pakaian formal membagikan selebaran kertas satu persatu. Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal sama sekali.

'Ujian?! Buat masuk kerja ada ujian?! Seleksi tertulis?!'

Aku mengerjakan soal seolah memakan makanan. Tentu saja makanan itu ada enaknya, ada yang bagian biasanya dan ada pedasnya. Intinya aku menikmati 'seleksi' ini.

Tak banyak kata untuk menjabarkan banyak waktu saat mengerjakan soal, akhirnya 2 jam terlewatkan. Semua soal-soal yang tergolong HOT cukup membuat keringat dingin membasahi tubuh.

"Susah banget!"

"Kayaknya aku gagal.."

Begitulah suara-suara yang terdengar sesudah seleksi selesai. Aku cuma mendengarkan saja.

"Eh kak, gimana tadi?" Tanya gadis tadi yang menyapaku sebelumnya.

"Yah.. Susah sih tapi kejawab juga." Jawabku.

"Hehe iya alhamdulillah. Semoga aja kita lolos ya!"

"Iya, saya butuh banget pekerjaan ini." Balasku dengan santai. Tapi gadis itu memiringkan kepalanya dan menunjukkan sebuah raut pertanyaan di wajahnya.

"Kerjaan? Ini seleksi buat beasiswa." Ucap gadis itu.

"HAAAAAAAH?!!!!" Aku berteriak sehingga semua orang menoleh padaku dan kembali melanjutkan kegiatan masing-masing.

"Ehem. Beasiswa?"

"Iya, lho emang kakak ke sini mau lamar kerja? Haha."

Aku membeo untuk sesaat. Kalau dipikir-pikir kenapa ngga ya aku cari beasiswa aja daripada kerjaan? kalau gitu aku kerjakan dengan sebaik-baiknya dong tadi. Hhhhhh.

"Um, tapi bukannya beasiswa itu sebelumnya daftar dulu gitu terus ngasih persyaratan yang di minta. Kok ini nggak? Saya baru tau banget tadi."

"Oh itu. Emang katanya yang ikut  'siapa cepat dia seleksi' istilahnya. Kalau nanti kakak keluar pasti terkejut soalnya banyak orang di luar. Jadi tadi pas gitu ada 20 orang di ruangan. Jadi panitia langsung mulai. Nah kakak itu termasuk orang beruntung."

Beruntung sih beruntung, tapi ngapain ini kertas ada tulisan rumah makan haji wawan, gak jelas banget Bryan menulis ini.

"Persyaratannya? Biodatanya?"

"Oh itu nanti di kasih tau pas udah diterima."

"Jadi yang lolos doang yang nyerahin biodata sama persyaratannya?"

"Iya. Lagian kak beasiswa yang nanti kita dapet enak, udah dapet beasiswa, terus nanti ditarik sama perusahaan ini." Aku memanggut-manggut tanda mengerti. Yah kalau misal lolos aku beruntung banget, soalnya persiapannya aja nggak ada. Udah gitu tahu informasinya telatan gitu.

"Ngomong-ngomong, nama kakak siapa?" Tanyanya ramah.

"Aku?"

"Iya."

"Namaku.."

Hayo lho udah 4 chapter gak tau nama tokohnya ckckck:D

CaecusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang