part 2

459 92 17
                                    

jihoon memandang sendu pada jinri yang terlelap dengan damai di atas tempat tidurnya. ingatnya melayang pada kata-kata teman-teman kwon soonyoung. rasanya sangat menyakitkan, rasanya ingin mengungkapkan semua kebenaran yang ada. tetapi sebagian dari jihoon mencegahnya; tidak itu bukan penyelasaian. dan itu hanya akan menyakiti jinri.

tidak apa. ia kuat. semuanya demi jinri yang tak tahu apa-apa.

.
.
.
jinri berlarian kecil dengan langkah tertatihnya, rambut coklat ikalnya berterbangan tertiup angin. tawa cerianya bagai nyanyian surga.

jihoon memandang sang putri dengan takjub. ia sangat menyayanginya. gadis kecil yang begitu polos yang kini tengah berlarian kecil di atas rerumputan hijau di taman kota tempat mereka tinggal.

ini hari minggu. minggu yang cerah juga ramai. banyak keluarga juga pasangan muda yang menghabiskan waktunya menikmati sejuknya hari di taman ini.

"jinri, tidak capek?" jihoon membasuh dengan sayang peluh jinri di dahi kecilnya. "dak ma." jinri menggeleng lucu lalu kabur lagi dari jihoon dan mulai berlarian kecil di atas rerumputan taman.

jihoon hanya menggeleng lucu. atensinya pun berpindah ke ponselnya. dia mengecek pesan yang datang dari ibunya. jihoon mendesah pelan.

pesan dari sang ibu itu menumpuk dan hanya ia balas sesekali itupun hanya dengan balasan singkat. bahkan telepon sang ibu ataupun ayahnya pun jarang ia jawab.

alasannya cuma satu. jihoon tidak tahu harus bilang apa tentang jinri yang kini ada di hidupnya. bilang jujur pun belum tentu orang tuanya mau memamahi dan menerimanya.

makanya jihoon memilih diam tak berbicara apapun soal jinri di depan orang tuanya. bahkan ia jadi jarang pulang ke busan. ayah atau ibunya bukannya tak khawatir atau merasa aneh karena sang anak jadi jarang pulang dan jarang menghubungi mereka. tetapi jihoon selalu bisa meluluhkan hati sang ibu ataupun ayah, bahwa ia baik-baik saja hanya sedang sibuk dengan belajar dan tugas sekolah.

.
.
.
.

jinri terlalu senang menikmati kebebasannya yang rasanya sangat jarang, ia biasanya hanya menghabiskan waktu di daycare atau dirumah bersama mamanya. sangat jarang sekali bisa keluar jalan-jalan begini.

kaki gemuknya melangkah tanpa lelah. meski langkahnya sangat tidak seimbang dan hampir selalu jatuh pada langkah ketiga.

tawa kikik jinri berhenti begitu mata bulatnya yang lucu bertemu pandang dengan sepatu putih yang sangat besar; menurut jinri itu sebesar semangka.

dengan perlahan dia menengadah demi melihat sang pemilik sepatu. senyumnya langsung mengembang. pipi tembamnya tertarik ke atas dengan begitu lucu. jinri ingat dengan pemilik sepatu ini. orang yang kemarin bertemu saat ia dan mama berbelanja. jinri yang cerdas langsung berpikir, kakak ini teman mama.

tanpa rasa takut jinri menubrukan tubuh berisinya ke orang tersebut. "ma teman ma." ocehnya tidak jelas.

lelaki tersebut; kwon soonyoung menghela nafas jengkel. anak kecil ini anak wanita itu kan. wanita yang pernah mengisi hati dan juga hari-harinya. wanita yang ia hargai begitu banyak, yang ia sayangi dengan sepenuh hati dan ia puja tanpa henti. ia muak. wanita palsu dan pembohong.

soonyoung melangkah mundur dengan jengkel. jinri yang tak siap dan tak tahu apa-apa terjerembab kebelakang. kaget dan tak paham situasi tangisnya langsung pecah. mengundang antensi orang-orang di sekitar termasuk jihoon yang baru saja menyudahi teleponnya dengan sang ibu.

unconditional loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang