〰️ Accident 2 〰️

1.7K 188 10
                                    













"Appreciate what the other has made" -dey























"Temui aku saat jam pulang kerja besok" ucapku singkat

".."

"Bisa?" Tanyaku memastikan

"Aku akan menjemputmu"

".."

"Aku mohon, maafkan aku. Aku merindukanmu. Aku mencintaimu"

Klik

Kuputuskan sambungan itu sepihak.
Tidak kuat untuk mendengar kelanjutannya yang tentu membuat rinduku semakin memuncak nantinya.









————————
- Irene POV -






Aku tak bisa berbohong jikalau saat ini hatiku sedang gelisah.
Gelisah tak sanggup menanti jam pulang kerja agar aku dapat bertemu dengannya sesegera mungkin.

Sebut saja aku munafik.
Tapi ingat, benci dan cinta itu beda tipis.

Aku benci bagaimana dia menolak kehadiran bayi kami dulu. Tapi aku juga tak bisa menyangkal jikalau aku memang cinta mati padanya.







"Selamat malam semuanya!" Teriak Pak Dani, bosku yang sudah setengah baya, pemilik perusahaan tempatku bekerja.

"Selamat malam pak!" Sahut kami semua





"Mau pulang sekarang mbak?" Tanya Suzy, asisten pribadiku.

"Iya" jawabku singkat seraya menyunggingkan senyum kepadanya.

"Apa masih mau lewat pintu belakang?" Tanyanya lagi

Aku menggeleng sebagai jawaban

"Ah syukurlah. Kasihan mbak kalau pulang lewat pintu belakang terus. Harus muter gedung ini dulu baru bisa sampai parkiran. Mana masih perlu nunggu uber pula"

Aku tersenyum mendengar kalimatnya yang perhatian

"Kamu gimana? Dijemput 'dia'?" Tanyaku

"Ya gitu deh"

Drrtt.. drtt..

"Eh aku duluan ya mbak. Ini dia udah di depan hehe"

"Iya. Hati - hati ya" jawabku seraya memeluknya singkat.














———————












Aku melangkahkan kakiku pelan menuju ke pintu utama gedung ini.

Dia disana. Tepat berada di depan mobil gagah miliknya. Kelihatan sekali sedang menanti seseorang.


"Hai" panggilku kaku

".."

"Sudah menunggu lama?" Tanyaku berusaha memecah kecanggungan


Badanku terlempar ke belakang sesaat setelah dia memelukku kencang tiba - tiba.







"Aku merindukanmu"

Dan aku merasakan bahunya bergetar.
Oh tidak! Seorang Oh Sehun tidak pernah dan tidak akan mau menujukkan tangisannya selama ini.




"Maaf Ai"

"Maaf"

"Maaf"

Hanya itu yang dapat kudengar darinya, selain suara isakannya yang semakin lama semakin terdengar keras.

S H O R T Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang