Agatha mendengus kesal ketika bola basketnya melesat tidak masuk ke dalam ring untuk kedua kalinya merasa gagal walaupun sudah memasukkan berpuluh-puluh kali bola basket ke dalam ring.
"Sudah, kalau sudah capek berhenti aja." Kata seseorang.
Agatha menoleh mencari arah sumber suara tersebut. Yang ternyata benar dugaannya. Si parfum cohcolate, Andra.
Begitu melihat Andra, Agatha membalikkan badan dan mendrible bola di tempat sambil memperhatikan Andra yang berjalan mendekat.
"Tangkap!" Teriak Agatha sambil melemparkan bola basket kesayangannya kepada Andra.
"Hap!" Andra berhasil menangkap bola tersebut.
"Satu jam saya perhatiin kamu main gak berhenti." Andra menyodorkan air mineral.
"Memangnya kamu gak capek?" Tanya Andra yang langsung kubalas dengan gelengan kepalaku karena Agatha sedang sibuk meminum air pemberian Andra.
"Turnamen basket tinggal beberapa hari lagi, mana bisa gue nyantai." Kata Agatha sambil memijit pergelangan tangannya yang terasa nyeri.
"Sejak kapan lo ada di sini?" Tanya Agatga sambil menatap Andra yang sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Hahaha, kapan sih kamu sadar sama keberadaan saya, Tha?" kata Andra sambil mengacak-acak puncak kepala Agatha. Sedangkan Agatha mendengus kesal karena rambutnya menjadi lebih berantakan dari sebelumnya.
Agatha dan Andra sebenarnya teman satu angkatan semenjak TK , tetapi memang harus ia akui selama ini Agatha tidak pernah menganggap keberadaan Andra ada di dalam hidupnya.
Awal kedekatan Agatha dengan Andra karena sikapnya yang mudah bergaul, Agatha iseng mengajaknya mengobrol saat Masa Orientasi Siswa sambil mendengarkan kakak OSIS yang berceloteh tanpa henti. Sedangkan Agatha dan Andra asyik sendiri dengan topik pembicaraan mereka yang sedang mengejek para kakak OSIS galak yang berdiri di depan ratusan siswa MOS. Walaupun mereka berakhir dengan dihukum karena tidak mendengarkan yang sedang berceloteh. Agatha sungguh tak menyangka bila beberapa hari setelah pertemuan itu, mereka akan bertemu kembali menjadi teman sekelas. Bahkan mereka semakin dekat semenjak perjanjian konyol saat ulangan matematika itu. Atau lebih tepatnya Andra yang selalu berusaha mendekati Agatha. Bukan mengada-ada tetapi memang seperti itu adanya.
Agatha berpikir sejenak, selama ini Agatha memang tidak pernah menganggap keberadaan Andra ada walaupun ia selalu ada. Karena Agatha terlalu malas untuk menganggap seseorang ada di dalam hidupnya yang pada akhirnya mereka akan pergi.
"Lalu apa masalahnya?"
"Oh Agatha yang benar saja, apa kamu gak pernah merasakan rasanya tidak di anggap?" Andra sambil memberi penekanan pada kata 'tidak dianggap'.
Sangat malas untuk menjawab pertanyaan Andra. Bahkan aku sangat mengerti bagaimana rasanya tidak dianggap dan tidak diharapkan secara bersamaan. Batin Agatha.
"Bahkan aku merasakan lebih dari yang lo rasain, Ndra." Kata Agatha lirih, berharap Andra tidak mendengar.
"Maksud lo?" Tanya Andra tidak mengerti. Damn! Dia dengar.
"Maksud gue, siapa bilang gue gak anggap lo, jelas-jelas gue anggap lo selalu ada buat gue, lo aja yang gak sadar." Jelas Agatha kepada Andra.
"Bagus deh kalau itu ternyata cuma perasan saya aja, thanks ya, Tha" Kata Andra sambil menunjukkan senyum terbaiknya. Senyuman yang selalu berhasil membuat para siswi SMA Kebangsaan jatuh cinta kepadanya.
"Thanks buat apa, Ndra?"
"Yaa buat kamu lah, kan kamu udah anggap saya ada di hidup kamu, dan kalau bisa saya di anggap jadi orang yang berharga atau orang spesial di hidup kamu" jelas Andra.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Want You Back
Teen Fiction#39 schoollove [17 juni 2018] #15 schoollove [25 juni 2018] #42 schoollove [2 juli 2018] #38 schoollove [6 juli 2018] #12 schoollove [13 Agustus 2018] Agatha Artamevia adalah seorang gadis yang belum pernah jatuh hati, dan tabu akan 'pacaran'. Terse...