Aku terbangun di hotel mewah pagi ini. Aku mengedarkan pandangan mencari orang disekitarku tapi aku gagal. Aku tidak menemukan siapapun diruangan ini. Aku merasa ada angin yang menerpa kulit badanku. Saat aku melihat badanku sendiri aku sangat kaget. Bagaimana aku tidak kaget? Aku tiba-tiba terbangun tidak mengenakan sehelai benangpun di badanku, dan saat ini aku ada di dalam kamar hotel. Sendirian. Tubuhku hanya tertutupi selimut tebal yang disediakan hotel.
Aku berusaha mengingat-ingat kejadian tadi malam, namun gagal. Yang aku rasakan hanya kepala yang sangat pening karena kebanyakan minum tadi malam. Dengan cepat aku pergi menuju kamar mandi membersihkan diri dan secepat mungkin keluar dari hotel yang sangat tidak nyaman ini. Entah mengapa tiba-tiba perasaanku jadi gelisah. Aku harus bertemu Minhyun secepatnya.
-------
"Minhyun-ah..." Aku memanggil Minhyun ketika memasuki rumah.
"Ah kamu sudah pulang."
Tunggu... suara itu... Rasanya jantungku berhenti. Suara itu... milik mamaku. Aku berdiri terpaku menatap orang yang saat ini sudah berdiri didepanku. Tersenyum penuh kemenangan.
"Mama?" Hanya kata itu yang bisa aku ucapkan. Lidahku saat ini kelu. Memikirkan mama sampai menghampiriku. Padahal sebelumnya aku tidak pernah memberitahukan pada mama alamat rumah yang aku tempati bersama Minhyun.
"Kamu manggil siapa tadi? Minhyun? Dia udah pergi tuh." Dengan enteng mama berjalan ke dalam lagi dan menonton tv yang sejenak tadi beliau acuhkan. "Kan mama udah bilang. Minhyun itu gapantes buat kamu. Kamu gaakan bisa bahagia sama dia."
Aku masih berdiri terpaku lebih tepatnya membeku. Jantungku serasa dipukul palu godam. Sakit sekali membayangkan Minhyun pergi. Dengan kesadaran yang tersisa aku pergi dari rumah mengendarai motor yang terparkir di garasi. Kudengar samar-samar dari belakang mama memanggil-manggil namaku saat aku sudah berhasil mengeluarkan motor dari garasi rumah dan melesat dengan cepat.
-----
Saat ini Aron sudah ada di depanku. Aku berusaha mati-matian menahan tangisanku yang sudah hampir pecah. Demi apapun, aku tidak pernah menangis meskipun ada saat dimana aku menjalani waktu-waktu yang sangat berat. Tapi ini? Kehilangan Minhyun? Sungguh ini sangat amat diluar dugaanku.
Aku sudah berkeliling mengitari kota dan mengunjungi tempat-tempat yang biasa aku dan Minhyun kunjungi. Tapi hasilnya nihil. Aron hanya melihatku khawatir karena aku hanya diam. Kata Aron pandangan mataku kosong, mataku merah. Aron bilang bahwa aku boleh menangis di depannya. Tapi aku tidak mau, aku tidak mau menangis. Menangis tidak akan menyelesaikan masalah. Aku hanya sedang berfikir. Mengapa Minhyun pergi?
Minhyun adalah laki-laki yang tidak mungkin lari dari masalah begitu saja. Seberat apapun masalahnya dia pasti akan menghadapinya. Mencoba bertahan. Bahkan disaat dia ribuan kali ditolak oleh agensi, hanya karena vokalnya belum benar-benar terolah.
Aku ingat, dulu sebenarnya aku tidak pernah mengajarinya, aku hanya mendengarkannya dan memberikan saran-saran. Dengan kemauan Minhyun sendiri akhirnya vocal yang dimiliki Minhyun perlahan membaik.
Aku masih ingat dengan jelas wajah lega dan bahagia Minhyun waktu itu. Dia benar-benar laki-laki pekerja keras yang luar biasa. Dan saat ini dia tiba-tiba pergi begitu saja. Apa itu masuk akal untukku?
"Dongho?"
Tiba-tiba aku merasa pundakku ditepuk ringan bersamaan dengan namaku yang disebut oleh suara bariton itu. Saat aku menoleh ternyata itu Jonghyun. "Ah, Jonghyun." Aku berdiri menyalaminya dan berusaha tersenyum, mungkin sekarang wajahku terlihat masam karena senyum yang dipaksakan ini. "Sendirian?"
"Iya. Abis Minki gamau diajak." Jonghyun terkekeh pelan.
"Ayo duduk, sini. Ah iya, perkenalkan ini Aron."
"Jonghyun."
"Aron."
Kedua manusia tadi berjabat tangan dan setelahnya Jonghyun duduk disebelah Aron di depanku.
Tiba-tiba sekelebatan memori lewat didepanku. Saat aku meminta Minhyun untuk tinggal bersama denganku. Dengan cepat dia meng-iyakan ajakanku ini. Wajah senangnya yang bercampur tersipu itu lagi-lagi datang dalam pikiranku dan tidak mau hilang. Tanpa sadar setetes air mata jatuh membelah pipi panasku. Aku menjatuhkan kepalaku ke meja, memeluknya dengan lengan. Kepalaku terasa berat sekali.
"Dongho, kamu gapapa?" Terdengar nada khawatir pada diri Aron.
Aku hanya bisa mengerang menahan sakit. Aku berusaha mengangkat kepalaku, melihat kedua orang yang sedang menatapku khawatir. Aku tersenyum berusaha meyakinkan aku baik-baik saja.
"Wajahnya memerah. Ia sebeneranya kenapa?" Jonghyun bertanya pada Aron.
"Dia ditinggal suaminya."
Aku mendelik pada Aron yang kadang-kadang suka ngomong seenaknya itu. Aku melihat Jonghyun menahan tawanya.
"Jadi kenapa?" Jonghyun menatap padaku dengan teduh meminta penjelasan.
Aku menceritakan dari mulai yang aku dijodohkan dengan kenalan mamaku sampai tadi malam aku kemana saja dan bagaimana tadi mama tiba-tiba ada di rumahku. Tiba-tiba Jonghyun menanggapi dengan cepat saat aku membahas tadi pagi aku terbangun sendirian di hotel tidak mengenakan busana."Hotel mana?" Matanya terlihat awas seperti sedang berharap-harap nama hotel yang aku sebut bukan seperti yang ia inginkan.
"Hmm... Hotel Jeyarie?"
Wajah Jonghyun langsung pias. "Tadi malam... Minki juga masuk hotel itu. Bareng sama bodyguardnya yang lagi ngebopong laki-laki. Aku ga seberapa liat ciri-ciri laki-lakinya kayak gimana, soalnya gelap banget dan bodyguardnya Minki badannya gede-gede. Jadi badannya laki-laki tadi ketutupan."
Aku membelalakkan mata mendengar cerita Jonghyun tadi malam. Aron ikut menyimak dalam diam dari tadi.
"Sebelum aku liat dia malem itu, aku sempet curi denger dia telfonan gatau sama siapa dia sebut-sebut nama kamu sama Minhyun. Dia kayak lagi ngerencanain sesuatu."
Amarah yang tiba-tiba muncul kepermukaan ubun-ubun dan meledak ini langsung menguasai tubuhku. Aku bangkit hendak menghampiri Minki meminta penjelasan tentang yang tadi malam terjadi. Saat langkah kelima setelah keluar kafe, kepala yang dari tadi terasa berat membuatku tiba-tiba kehilangan kesadaran. Semuanya mendadak menjadi gelap.
-------
Hai... author here. Sebenernya agak sedih sih makin kesini yang minat baca makin sedikit. Tapi gapapa lah, aku cuman mau mengekspresikan diriku kedalam tulisan2 ini. Jadi kalo yang baca makin sedikit aku juga gapapa hehe.
Buat yang udah mau baca aku mau ngucapin terimakasih yg sangat besar. Lafyu hehe❤
Btw... JR sama Aron lagi sakit😢 sedih banget gasih. Jadinya baekho sama ren fansign labiotte full cuma berdua. Aron cuma dateng pas awal-awal buat minta maaf. Gwrs ya buat kalian😢 semoga cepet sembuh dan bisa beraktivitas seperti biasa❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Credence/kepercayaan (Baekmin)
Fanfiction(Bahasa) "You are mine, Ho!" Minhyun berteriak histeris dihadapanku, wajahnya kacau dihiasi air mata. "You.. are... mine Dongho-ah. Why?" "Hyun..." "No! Jangan mendekat!" Dia bersiap melempar vas bunga di tangannya. "I trust you, Ho.... Why? Why? Wh...