9 - Author POV [ END]

283 25 10
                                    

Sudah satu bulan ini Dongho tidak menemui Minhyun yang sedang melakukan pengobatan. Dongho tidak ingin ada yang terluka lebih parah lagi karena dirinya. Cukup sekali Minhyun terluka seperti itu karena Dongho. Melihat orang terkasihnya terluka deperti itu, Dongho benar-benar merasa bersalah.

Hubungan Minki dan Jonghyun pun berakhir baik-baik saja setelah Minki mengakui semua kesalahannya pada Dongho dan meminta maaf pada Dongho juga Jonghyun. Minki berkata bahwa ia akan berusaha membalas cinta Jonghyun dan tidak akan mengganggu hubungan Dongho dan Minhyun lagi.

Selama sebulan ini, Aron yang menemani Minhyun untuk terapi penyembuhan. Karena Minhyun tidak punya saudara lagi disini dan Aron yang menemaninya selama di rumah sakit. Sebulan ini juga Aron selalu melaporkan kabar Minhyun pada Dongho. Aron kadang-kadang terlihat merasa kasihan pada Dongho yang tidak bisa melakukan apa-apa untuk orang terkasihnya, dan hanya bisa mengawasinya dari jauh. Hanya bisa melihat, tapi tidak bisa menggapainya.

Pada hari kamis itu di cafe yang biasanya jadi tempat Dongho, Jonghyun, Aron, dan Minki ngumpul. Selagi menunggu Dongho datang, ketiga orang lainnya merencanakan untuk membantu perkembangan hubungan Dongho dan Minhyun. Kalau misal mereka tidak bisa balik lagi, seenggaknya mereka harus bisa berbaikan. Itu yang ada dipikiran sahabat-sahabat Dongho.

"Eh coy, suka kasian ga sih liat Dongho sama Minhyun kayak gitu?" Tiba-tiba Aron menyatakan pendapatnya.

"Iya, suka kasian liat Dongho ngenes gitu." Jonghyun membenarkan opini Aron.

"Lah bukan cuma Dongho yang ngenes gitu, Minhyun juga kadang suka ilang fokus, terus ngelamun, ngenes gitulah pokoknya. Pas aku tanya kenapa dia cuma geleng-geleng terus senyum abis itu ngomong 'gapapa', cewek banget si." Aron tiba-tiba nyerocos menceritakan pengamatannya selama menemani Minhyun terapi pengobatan.

"Lah, itu Minhyun asalnya mau cerita kali, bang. Tapi takut sama lu." Minki meledek Aron.

"Ih, seriusan." Aron mencebikkan bibirnya.

"Terus mau nya gimana?" Jonghyun menengahi. "Kita mau bantuin juga gimana kalo yang satu ini keras kepala, yang satu ga berani-an. Suka kesel juga liat mereka, tapi kasian."

"Apa gini aja? Kita janjian lagi di cafe ini besok. Terus kita seret Dongho sama Minhyun kesini. Ntar kita biarin mereka ngobrol berdua."

"Emang kalo urusan beginian Minki-ku paling pinter deh." Jonghyun memonyongkan bibirnya kearah Minki yg langsung didorong menjauh oleh Minki.

"Lah, ngajak Dongho mah gampang. Ngajak Minhyun ini gimana?" Aron jadi kebingungan, tanpa disebutkanpun dia tahu kalau dialah yang harus membawa Minhyun kemari.

"Ya ntar ajak dia makan kesini pake alesan apa kek, terus ntar kamu tinggal ke toilet." Minki menyarankan.

"Okedeh." Aron hanya bisa pasrah demi kebaikan temannya satu itu.

Tidak berapa lama Dongho datang. "Weh, lagi ngobrolin apanih seru bener."

Jonghyun tersenyum dan menjawab "Ngobrolin hubunganku sama Minki mau dibawa kemana nih abis ini." Jonghyun menaik-turunkan alisnya sambil menatap Minki. Minki jadi malas melihat tingkah Jonghyun. Dongho dan Aron jadi tertawa melihat tingkah pasangan baru ini.

-----------------

Hari eesok itu telah datang. Aron menggenggam tangannya sendiri harap-harap cemas tawarannya akan diterima oleh Minhyun atau tidak. Sejauh ini memang Minhyun sudah mulai jadi terbuka pada Aron. Ia sering tertawa saat melihat tingkah Aron yang meskipun usianya lebih tua darinya tapi kelakuannya masih seperti anak kecil.

"Minhyun," Aron memanggil Minhyun pelan dan yang dipanggil menoleh tanpa aba-aba. "Malem ini, aku disuruh datang ke blind date sama temenku. Terus aku nervous kalo dateng sendiri. Kamu tau kan aku ga gampang akrab sama orang asing?"

Credence/kepercayaan (Baekmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang