Singapore, 08:19 PM
Darren terbangun dalam keadaan shirtless di apertemennya, bukan karena dia tidur dengan wanita, Darren tidak pernah membawa wanita manapun ke ranjangnya, termasuk Caroline, kekasih sekaligus calon istrinya.
Dulu memang Darren sering tidur dengan wanita yang dia temui di bar, itupun karena dia terbawa pergaulan dengan anak-anak rekan bisnis ayahnya. Pergaulan yang cukup liar, ke bar sudah jadi aktivitasnya sehari-hari, minum alkohol walau tidak sampai mabuk tapi cukup membuat Darren lepas kendali, one night stand, dia sering melakukan itu. Tetapi semua sudah dia tinggalkan semenjak menjalin hubungan dengan Caroline.
Jika boleh jujur, Caroline sangat pandai dalam urusan ranjang. Dan Darren cukup puas akan hal itu, makanya dia tidak mencari kepuasan di luar sana. Sebelum berhubungan dengan Darren, Caroline sudah pernah menjalin hubungan dengan seorang dokter di rumah sakit dimana dia bekerja selama empat tahun. Lebih lama daripada usia hubungan mereka. Mungkin karena pengalaman itulah Caroline sangat pandai dalam memuaskan pria. Caroline bercerita pada Darren apapun yang terjadi padanya sebelum menjalin hubungan dengan Darren.
Darren tidak peduli apapun masa lalu Caroline, yang Darren tau, Caroline adalah wanita baik-baik dari keluarga baik-baik, yang terpenting dialah wanita yang menjaga Daffa dan menangani Daffa ketika Daffa sakit hingga sekarang Daffa sudah sembuh total. Walaupun dulu Darren sempat sangsi bahwa wanita itu mampu menangani Daffa, tetapi Caroline lah yang paling berjasa dalam pengobatan saudara kembarnya itu dan Caroline mampu membuat Darren merasa nyaman berada disisinya.
Darren melihat jam weker di atas meja samping ranjang.
"Shit." umpatnya sambil mengacak-acak rambut yang sudah berantakan itu, membuat wajahnya yang ditumbuhi bulu-bulu halus di sekitar rahang itu semakin tampan. Hari ini dia sudah berjanji akan mengantar Caroline ke rumah sakit tempatnya bekerja, tapi karena jetlag setelah pulang dari Paris, Darren bangun kesiangan.
Dia mengambil ponselnya dan kembali merebahkan tubuh kekarnya di ranjang king size miliknya, sambil menekan nomor Caroline.
"Selamat pagi sayang." Sapa seseorang lembut di seberang telpon.
"Maafkan aku, pagi ini.."
"Tidak apa-apa sayang, kau pasti lelah, beristirahatlah, aku sudah membuatkan sarapan untukmu, kau tinggal memanaskannya saja."
Darren tersenyum menanggapi tunangannya yang sangat perhatian itu.
"Kau pulang jam berapa?"
"Sore."
"Telpon aku, aku akan menjemputnya."
"Baiklah, aku sibuk sekarang, bangun dan mandilah."
"Baik nyonya Darren."
Terdengar suara Caroline tertawa, Darren kemudian menutup telpon, kembali memeluk bantal dan membalikkan badannya. Dia masih malas keluar dari kamar tidur luasnya itu.
Apartemen Darren sangat luas, dia tinggal sendiri disana, sesekali Caroline datang untuk menginap, tentunya bukan dikamar utama, karena hanya Darren yang boleh menempati kamar itu. Caroline sudah memiliki akses tersendiri untuk masuk apartemen Darren. Selama seminggu tiga kali, ada seorang pembantu datang ke apartemen Darren untuk berberes-beres, Darren hanya menyuruhnya datang tiga kali saja dalam seminggu karena Darren tidak suka privasinya diganggu, lagipula dia jarang sekali tinggal di apertemennya. Dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja di kantor, dan setiap malam pulang, itupun jarang karena biasanya dia akan tidur di kantor.
Apartemen hanya tempat untuk melepas lelah baginya. Terkadang tempat untuk bersantai, menonton film seharian dengan Caroline ketika mereka sama-sama libur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Driving Me Crazy √ [COMPLETED]
RomanceWARNING 21++ This is story about Darren and Mikaela. "Berikan dia padaku dan aku akan memberikan sekretaris terbaikku untukmu," ucap Darren angkuh. "Wow, siapa gadis ini ? kau tertarik padanya?" Leo kembali memperhatikan foto gadis dengan mata hazel...