"Kau yakin tidak akan terjadi apapun?" Tanya Daffa pada Rendy setelah Mikaela dan Tiwi meninggalkan mereka.
"Aku tidak yakin, kau paling tau karakter Darren, dia pasti merencanakan sesuatu."
"Hmm, kalau begitu apa yang harus kita lakukan?"
"Aku sudah memikirkan ini sejak tadi, sebaiknya kau pulang saja Daff, kau tau kan bagaimana istrimu?" Rendy menyilangkan tangan ke dadanya dan menatap Daffa serius. "Aku akan membeli apertemen disini, sekaligus untuk mengawasi proyek pembangunan gedung baru kita."
"Apa kau yakin?"
"Tentu saja, serahkan padaku, sesekali datanglah kalau kau khawatir."
"Aku pasti akan datang, kau tidak ingat kalau aku juga pemilik gedung yang sedang kita bangun itu?"
"Well, ya, ajak istrimu." canda Rendy.
"Kau selalu mengingatkanku kalau aku bukanlah pria yang melajang lagi ya."
Rendy terkekeh, ia meminum habis sisa kopi dinginnya dan mengelap pinggiran bibirnya dengan tisu. "Sekedar membuatmu sadar, ayo pergi."
Daffa mengikuti sahabatnya itu meninggalkan cafe, mengendarai mobil mereka masing-masing. Mereka datang sekaligus akan melihat pembangunan gedung perusahaan mereka yang letaknya tidak jauh dari kantor Darren.
Dalam hati mereka bersyukur karena dapat mengawasi gerak-gerik Darren, walaupun Rendy merencanakan akan memanggil orang sewaannya yang berada di Paris untuk mengawasi Mikaela seperti yang selama ini ia lakukan di Paris. Itu alasan mengapa ia tau kalau Mikaela bekerja di perusahaan Darren.
Dia tidak ingin gadis itu terluka. Cukup sudah Rendy melihat Mikaela hancur dan menangis tujuh tahun lalu, ketika Mikaela kehilangan segalanya. Ketika Rendy menyuruhnya pergi ke Paris untuk memulai kehidupan yang baru dengan bantuan Rendy. Sedikit kejam memang, ketika Rendy menyuruhnya pergi sama saja dengan menyuruhnya meninggalkan Daffa dan Darren. Dalam pikiran Rendy saat itu, itulah yang terbaik untuk Mikaela, Daffa dan Darren. Walau ia harus melukai ketiga belah pihak. Dan jika sekarang terjadi sesuatu pada Mikaela karena Darren, Rendy tidak akan memaafkan dirinya sendiri, karena ia lah yang membuat Darren membenci Mikaela.
Walaupun benar kata Mikaela, Darren tidak mungkin akan membunuhnya, tetapi mungkin akan membunuh hatinya. Rendy tau, selama ini Mikaela masih mencintai Darren, dan jika Darren tau akan hal itu, pria itu pasti akan memanfaatkan kelemahan Mikaela itu untuk menyakiti gadis itu, membunuh hati Mikaela perlahan-lahan.
Drrrttt Drrrttt
Getaran ponsel Rendy menghentikan otaknya yang sedang berpikir, ia memasang headsetnya dan menekan tombol yes untuk panggilan yang ternyata berasal dari nomer Daffa.
"Ada apa?"
"Jangan melamun, kau salah berbelok."
Rendy celingukan melihat jalan disekitarnya yang bebas macet, ternyata Daffa benar, dia mengendarai mobilnya terlalu jauh. Ia segera mematikan panggilan Daffa dan berputar menyusul Daffa.
.
Tepat pukul lima sore Mikaela sampai ke apertemennya bersama Tiwi.
Tiwi yang sebenarnya sudah pulang sejak pukul tiga sore harus menunggu Mikaela yang baru boleh pulang setelah pekerjaannya selesai. Rupanya gadis itu harus belajar dengan cepat karena dua hari lagi sekretaris Darren yang lama harus sudah keluar dari kantor itu tanpa kejelasan. Lina tidak mengatakan alasannya kepada Mikaela kenapa dia harus berhenti bekerja di perusahaan Darren.
"Bi Salmaaaaaa."
Tiwi berteriak begitu pintu apartemen mungil Mikaela terbuka menampilkan wanita paruh baya yang rambutnya sudah memutih dibalik gelungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Driving Me Crazy √ [COMPLETED]
RomanceWARNING 21++ This is story about Darren and Mikaela. "Berikan dia padaku dan aku akan memberikan sekretaris terbaikku untukmu," ucap Darren angkuh. "Wow, siapa gadis ini ? kau tertarik padanya?" Leo kembali memperhatikan foto gadis dengan mata hazel...