Prolog

66K 2.6K 33
                                    

Sejatinya cinta tak pernah salah. Ia bisa datang kapan saja, di mana saja, tanpa bisa aku kontrol kehadirannya. Hadirnya laksana hujan yang aku tak pernah tahu kapan rintiknya akan turun membasahi bumi dengan kesejukannya dan membuat tanaman yang hampir layu hidup kembali. Katanya wanita itu seperti bunga yang mekarnya hanya sekali. Aku pun pernah seperti bunga, yang mekar, di petik, kemudian di campakkan begitu saja. Aku sadar, bahwa aku bukanlah wanita baik. Aku pernah ditinggalkan karena kekuranganku. Aku pernah dibuang karena tidak mampu membuat seseorang tinggal. Aku terlalu naif, untuk meminta laki-laki baik menjadi imamku. Sedangkan aku sendiri belumlah baik. Aku tahu permintaanku terlalu muluk meminta laki-laki salih datang, saat aku belumlah menjadi saliha.

Ketika di luar sana banyak wanita yang berharap kisah cintanya seperti Fatimah Az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib, yang sama-sama memendam rasa sejak lama kemudian dipersatukan dalam ikatan suci pernikahan. Atau kisah Rasulullah SAW bersama Bunda Khadijah yang sama-sama saling mengagumi kemudian bersatu hingga salah satu dinikahkan oleh maut. Atau pun kisah Nabi Yusuf as dan Zulaikha, yang konon begitu dalam hingga Zulaikha takut kecintaannya pada Nabi Yusuf as merusak kecintaannya kepada Allah SWT. Dari kisah yang paling diinginkan oleh kebanyakan wanita, tak ada satu pun kisahnya yang sama denganku. Maka kisahku seperti kisah Ummu Sulaim dan Abu Thalhah, yang maharnya adalah keislaman. Semoga kisah aku dan suami termasuk ke dalam golongan orang-orang yang mencintai karena Allah.

"Aku meridhoi islammu sebagai maharku."

*****
Maap cerita baru lagi, nggak tau bakal diterusin kapan. Yang penting idenya ditulis dulu. Hihi

Imam Kedua (Tersedia di Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang