Umat Rasulullah SAW

26.6K 1.8K 52
                                    

Jadi wanita itu jangan maunya hanya dibimbing saja. Tapi tunjukkan pada kami para lelaki, kalau kalian pantas untuk dinikahi.

-Izhar syafawi-
🌸🌸🌸

Siang itu kami makan bersama. Ummi duduk di sampingku dan Mas Izhar berada di depanku. Aku memasak menu yang Ummi suruh, yaitu sup iga, perkedel, dan juga sambal goreng ati. Ummi bilang itu adalah makanan kesukaan Mas Izhar.

"Waaah sepertinya enak nih," ucap Mas Izhar melihat hidangan yang ada di hadapannya. Ia segera mengambil piring, menyendok nasi serta lauknya.
"Coba dimakan deh, masakan Nia ini sangat enak. Ummi yakin pasti akan cocok di lidah kamu." Ummi menuangkan sup iganya di mangkuk lain. Kebiasaan Ummi kalau memakan sup, tidak pernah dicampur satu piring dengan nasi. Sedangkan kulihat Mas Izhar yang tampak ragu dengan perkataan Ummi. "Izhar ini Ni susah cocok dengan masakan orang. Harus benar-benar seleranya baru dia mau makan."

"Loh lalu di sana Mas Izhar gimana makannya? Pasti susah kan cari masakan Indo?" tanyaku.

"Susah sih, tapi saya punya tempat makan langganan. Makanan Mesir. Setiap hari saya makan di sana, sampai-sampai pemiliknya bosan dengan saya. Paling tidak kalau saya kangen makanan Indo, saya masak sendiri. Ya itu kata Ummi, lidah saya ini suka pilih-pilih makanan."

Aku mengangguk. Dalam hati aku berdoa semoga saja masakanku ini masuk ke dalam seleranya. Ia mulai menyendok dan memakannya dengan perlahan. Aku yang melihatnya menahan napas, sambil ketar-ketir di dalam hati.

"Gimana? Enak kan?" Belum sempat aku bertanya, Ummi sudah lebih dulu bertanya padanya. Ia diam sejenak, sungguh jantungku jadi deg-degan menunggu jawabannya.

"Masya Allah... Enak Ummi. Hampir sama dengan masakan Ummi."

Aku tersenyum lega mendengarnya. Alhamdulillah kalau ia menyukai masakanku.

"Tuhkan benar kata Ummi pasti kamu suka. Nia ini selain cantik juga pintar masak," kata Ummi. Sungguh Ummi paling pintar memuji seseorang, Beliau juga sering berkata seperti itu pada teman-temannya. Namun kali ini berbeda, aku malu. Sungguh.

"Kan Ummi yang ngajarin Nia masak." Ummi terkekeh, selain menjadi sosok orang tua pengganti, Ummi juga bisa menjadi guru buatku.

"Yasudah ayo makan, nanti supnya keburu dingin."

Setelah selesai makan aku membersihkan meja makan. Menaruh piring dan gelas kotor ke dalam wastafel agar segera dicuci. Kebiasaanku setiap selesai makan, aku harus langsung mencucinya karena tidak ingin menjadi menumpuk.

"Di sana kamu sudah ada calon belum buat jadi menantu Ummi?"

Aku menghentikan aktivitasku sejenak, untuk mendengarkan pembicaraan Ummi dengan Mas Izhar diam-diam. Aku sengaja menyalakan air keran agar mereka menganggapku sedang mencuci piring.

"Belum Ummi, Izhar lebih suka wanita Indonesia untuk dijadikan istri."

"Lho memangnya kenapa Mas, bukannya wanita Mesir itu cantik-cantik? Titisannya Cleopatra."

Astahfirullah... Lancang sekali mulutku ini berani bertanya macam itu. Ya suka-suka dia lah, mau sama siapa saja bukan urusan kamu.

"Iya Mbak, cantik sih. Tapi budaya kami berbeda. Saya lebih memilih wanita Indonesia karena ingin istri saya nanti bisa tinggal dengan Ummi. Saya ini kan anak satu-satunya Ummi, saya ingin istri saya bisa menyayangi Ummi seperti ibu kandungnya sendiri."

"Oh saya kira Mas seperti Fakhri, yang menikahi gadis Mesir bernama Aisha."
Oke, kali ini mulutku benar-benar dikunci rapat.

🌸🌸🌸

Imam Kedua (Tersedia di Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang