Meredith

45 5 0
                                    

"Tak apa Rai,mungkin nanti kau bisa membuatkan kebun stroberi untukku dan kau bisa menjadi pangeranku.Aku akan menunggumu." Raiza teramat senang mendengarnya.

"Bisakah kau berjanji tentang itu?"

"Ya,tentu saja Rai.Aku akan menunggumu."

-
Raiza mengantarkan Zeelaiva pulang.Mereka bergandengan sembari diayun-ayunkan,begitu terlihat bahagia.Siapapun yang melihat mereka pasti mengira mereka adalah sepasang saudara kandung.Pupil mata Raiza dan Zeelaiva sama-sama hijau,senyum mereka sama manisnya,dan bibir keduanya sama-sama mereh merekah.Zeelaiva selalu menyebut bibir mereka semerah stroberi.Begitulah Zeelaiva,gadis kecil itu begitu tergila-gila dengan stroberi.

"Rai besok kita ke lapangan tadi ya?Benda putih itu tidak berubah jadi peri.Apa mungkin butuh waktu untuk berubah?" tutur Zeelaiva setelah mereka sampai di depan rumah Zeelaiva.

Rumah Zeelaiva bertingakat dua,bernuansa Eropa yang cukup mewah.Terdapat bunga-bunga pot yang digantung di depan lantai satu dan dua.Juga ada tangga putih yang terhubung ke teras.Di depan pagarnya ada rumput yang dicukur rapi,membuat rumah Zeelaiva terlihat segar.

"Oh!Coba lihat Zee siapa yang baru pindah di seberang rumahmu?" tanya Raiza tiba-tiba sebelum benar-benar pergi dari rumah Zeelaiva.Sedangkan Zeelaiva,ia hanya menggedikkan bahu.

Raiza terus menatap keluarga yang baru pindah itu.Keluarga kecil yang terdiri dari ayah,ibu,dan satu anak perempuannya.Mata Raiza tak lepas dari pandangannya terhadap anak perempuan itu.

"Zee,ayo kita sapa mereka!" Raiza terlihat begitu bersemangat.Sementara sikap Zeelaiva 180° dari Raiza.Zeelaiva memutarkan kedua bola matanya sebagai jawaban dari ajakan Raiza.Rasanya ia begitu malas dan merasa sebal dengan Raiza yang terlihat senang melihat anak perempuan yang asing itu.Halo,bukankah Raiza ingin menjadi pangerannya?Kemana Raiza beberapa menit yang lalu?Zeelaiva benar-benar kesal sekarang,ditambah Raiza sungguhan menyapa mereka.Lebih tepatnya menyapa anak perempuan itu.

"Huh!" Zeelaiva kesal,pupil matanya bergerak ke kiri dan kanan bergantian,giginya bergemeletukan akibat saling bergesekan,dan kedua tangannya ia dekapkan di dada.Tak lupa ia hentakkan kakinya.Sungguh seperti ada yang membakar hatinya.Menurutnya tatapan teduh Raiza hanya milik Zeelaiva.Raiza membuatnya bahagia juga benci hari ini.

"Aku benci!Aku benci!" Setelah itu,Zeelaiva memutuskan untuk masuk ke rumahnya dan melihat Raiza juga anak perempuan itu lewat jendela perseginya.Tentu saja dengan menahan kesal di hati.

Raiza sudah berada di kediaman keluarga tersebut.Senyuman manis yang pertama ia berikan ketika sampai.

"Permisi!" Sapaan Raiza membuat mereka beralih dari kesibukan masing-masing dan fokus pada Raiza.

"Iya,ada apa Nak?" tanya Dominic,sang kepala keluarga.

Raiza menggaruk tengkuknya,ia merasa sedikit gugup,"hmm...aku hanya,ah tidak.Maksudku,apakah kalian baru saja pindah?" Raiza mengerjapkan matanya atas pertanyaan bodoh yang ia lontarkan.

"Iya,kami baru pindah dari kota seberang.Omong-omong namamu siapa? Lisa,istri dari Dominic ikut nimbrung di tengah percakapan.

"Namaku Raiza Kalt.Oh ya,rumahku juga tidak jauh dari sini."Jawabnya dengan senyum yang kaku.

Lisa dan Dominic ikut tersenyum."Kalau begitu sering-seringlah main dengan putri kami Meredith."Lisa tersenyum Ramah,senang karena putrinya sudah bisa berteman di hari pertama kepindahan mereka.Mendengar itu Raiza menjerit kegirangan di dalam hatinya.Senyumnya mengembang sempurna.Dilihatnya Meredith melambaikan tangan padanya walaupun tanpa senyuman.Sontak saja Raiza membalasnya sebelum menghampiri Meredith.

"Hai!Namaku Raiza."

"Hmm,hai!Namaku Meredith,atau kau bisa panggil aku Merry."Ujar Merry sambil memegang boneka perinya.Hal itu menarik perhatian Raiza.

"Kau suka peri?"

Meredith terkekeh mengejek sambil membalik-balikkan boneka perinya."Aku suka peri?Kau bercanda?Peri hanyalah imajinasi,aku tidak suka makhluk bodoh seperti itu!"

Seketika Raiza merinding merasa aneh dan bingung menjawab perkataan Meredith.Zeelaiva amat menyukai peri,sahabatnya yang manis itu bahkan menggilainya.Sedangkan gadis yang disukainya malah membenci.Jangan tanya kapan Raiza menyukai Meredith,karena sesungguhnya itu terjadi di detik pertama Raiza bertemu.Meredith cantik,walaupun tak secantik Zeelaiva.Rambutnya pirang dan panjang.Wajahnya tegas,tidak lugu dan polos seperti Zeelaiva.Dan sepertinya pemikirannya lebih dewasa dari Zeelaiva.Mungkin poin ke empat yang membuat Raiza menyukainya.

"Lalu mengapa kau punya boneka peri?" Raiza menaikkan sebelah alisnya.

"Ah,ini pemberian ibuku." Raiza mengangguk mengerti.

"Omong-omong Merry,apa besok kau sudah mulai bersekolah?"

"Hmm ya."

"Kau bersekolah di tempat yang sama denganku bukan?"

Meredith mengangkat kedua bahunya,"ya,kurasa."

"Kalau begitu baiklah,aku dan Zee akan ke rumahmu esok pagi"

"Zee?" tanya Meredith,dahinya mengerut.

"Lebih tepatnya Zeelaiva.Dia gadis ceria dan polos,begitu periang kau pasti menyukainya.Tapi,dia begitu ke kanak-kanakan,agak menyebalkan juga sih,cengeng.Jika kau punya stroberi atau kue stroberi,lebih baik kau waspada.Dia akan terus merengek agar-"

"Oke.Sudah selesai?"Tenggorokan Raiza tercekat,Merredith menatapnya tajam.Melihat itu Raiza hanya terkekeh,malu atas sikapnya.

"Baiklah.Aku pamit dulu,sampai jumpa Merry."

"Ya," ucap Meredith tanpa seulas senyum.Wajahnya datar.

Raiza termangu,sejak awal mereka bertemu Meredith belum menunjukkan senyumnya.Dia gadis yang menarik,pikirnya.

"Paman,bibi,aku pamit." Tak lupa Raiza sedikit membungkuk untuk menunjukkan rasa hormat.

"Ah ya,hati-hati Nak!Berteman baiklah dengan Merry,meski dia agak-" Dominic ragu-ragu melanjutkan kalimatnya terlebih lagi setelah melihat Meredith berdecak kesal dan memutar kedua bola matanya.Mereka yang melihat itu hanya tertawa.

*

Malamnya Zeelaiva masih memikirkan kejadian tadi.Ia melihat dari awal hingga akhir.Raiza begitu bersemangat,senyumnya bahkan tak pernah luntur saat mengobrol dengan anak perempuan tadi,pikirnya.

"Huh!" Zeelaiva masih kesal,ia memeluk kedua lututnya di tempat tidur, "aku benci Rai!"

Ia mengambil boneka Teddy Bear besarnya,kemudian dipeluknya erat.Kakinya ia langkahkan menuju balkon kamarnya.Mata indahnya menatap langit,hanya ada bulan sabit yang menggantung di sana.Begitu sepi rasanya.Tak satupun bintang menghiasi malam.

Dengan pemikiran polosnya ia berkata, "hai bintang!Malam ini dingin ya?Sebab itukah kau tak hadir?" Pertanyaan polosnya ia lontarkan begitu saja sambil tetap menatap langit.

Tok Tok

Zeelaiva terkesiap,itu bukan Mom dan Dad.Mom dan Dad tidak perlu mengetuk pintu kamar untuk menemuinya.Ketika Zeelaiva membuka pintu,didapatinya Raiza dengan cengirannya yang lebar dan juga sepotong kue stroberi di tangannya.Zeelaiva hanya menatap Raiza datar.Sementara yang ditatap dibuat bingung.Biasanya Zeelaiva saat dihadapkan dengan kue stroberi,ia pasti langsung loncat dan berteriak "Yipiii!".Tapi,tidak kali ini.

-
Hai semua ^^ maaf updatenya lama.Maaf juga kalo ada typo dan ceritanya pendek hehe.Jangan bosen ya^^

So jangan lupa vote juga karena itu ngebuat aku semangat lanjutin ceritanya hehe ^^ Bye and Thank you.

dianzee

ErdbeerenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang