Lily Collins POV
"Lily!"Teriak suara yang begitu nyaring begitu mengagetiku saat aku baru saja ingin tidur. Aku hafal suara itu, suara sahabatku yang benar-benar kurindukan. "Bangunlah! Ini masih siang Lily!"Teriaknya lagi lalu membuka selimut yang menutupi tubuhku. Aku berbalik menghadapnya dan duduk,"Aku merindukanmu"ucapku lalu merentangkan tanganku bersiap memeluk Cara, ia langsung meloncat dan memelukku. Ia kemudian beranjak duduk disampingku, matanya memicing melihatku."Kenapa kau pucat Lil? Dan ... Kau pasti habis menangis kan?"Tanya Cara dengan mata yang masih memicing, ia membenarkan anak rambut yang menutupi sebagian wajahku. Air mataku pasti membekas diwajahku itu sebabnya ia menanyakannya padaku."Aku baik-baik saja Cara ..."Jawabku lalu tersenyum.
"Kau berbohong Lil. Aku punya mata, dan aku bisa melihat kebohongan dimatamu."Ucapnya lagi. Aku mendengus,"Aku bersungguh,"Jawabku."Aku ada berita bahagia,"Lanjutku sambil mengambil ikat rambut dan mengikat rambutku. "Apa?"Tanyanya."I'm pregnant."Jawabku. Ia terlihat begitu kaget hingga mulutnya terbuka lebar,"Kau hamil? Sejak kapan? Mengapa kau tak memberi tahuku?"Tanyanya bertubi-tubi. "Aku baru saja tau tadi Cara. Aku tadi muntah saat mengantarkan bekal Justin. Dan tak tahu mengapa, aku langsung muntah begitu saja. Dan saat diperiksa ternyata aku hamil."Ujarku tersenyum. Cara terlihat berbinar.
"Kau akan menjadi sebuah Mom. Ngomong-ngomong kenapa kau tadi menangis?"Tanyanya lagi. Aku menghembuskan nafas, ternyata caraku tadi tak berhasil mengalihkan pembicaraan. "Justin tak ingin menemaniku membeli kebutuhan hamil seperti buah, dan susu. Ia malah membentakku."Jawabku lesu.
"Apa?! Beraninya psikopat gila itu menyakitimu!"Cara bertolak pinggang dan keluar dari kamar. Ia menyeret Justin masuk kekamar, apa-apaan ini?
"Lepaskan Cara!"aku melihat Justin menarik lengannya kasar dari genggaman Cara. "Kau lihat gadis itu kan? Gadis yang sedang mengandung anakmu, gadis yang mengandung benih spermamu."Cara menunjukkan jarinya tepat kearahku.
"Mengapa kau menangisinya? Bisakah kau tak menyakitinya? Dia ingin membeli susu dan buah Justin! Dia membeli untuk kesehatan janinnya! Anaknya terlahir untukmu!"Teriak Cara. Aku bahkan bingung harus melakukan apa disini. Hanya diam menatap Cara yang sedang berapi-api. Justin bahkan hanya memandang Cara datar. Tak ada ekspresi lain selain datar. Apa ia tak peduli?
"Hentikan Cara ... Marahmu tak berguna. Lebih baik kita melakukan yang lain. Kau menghabiskan suaramu"Aku beranjak berdiri dan menarik Cara, Justin langsung pergi tanpa sepatah kata apapun. Baiklah jika itu maunya.
"Dia seperti bajingan."Ucap kecil Cara. "Dia lelah Cara ... Jangan marahi dia. Aku menyayanginya"Ucapku lalu memeluk Cara. "Kau menyayanginya? Setelah semua yang ia perbuat padamu? Menyakitimu berkali-kali? Aku bahkan lupa, berpuluh-puluh kali? Kau hebat Lily. Kau benar-benar wanita kuat."Cara bertepuk tangan dengan wajah yang terlihat sedikit marah. Aku hanya tersenyum.
.
.
.
.
.
Author POV
"Lily kenapa?"Tanya Harry saat Justin kembali duduk disampingnya. "Ia menangis karna aku tak mau menemaninya membeli kebutuhan kehamilan. Aku juga melarangnya membeli sendiri"Jawab pria itu dengan wajah datar. Hanya datar. Harry menepuk pundak sahabatnya itu,"Berhenti menyakiti Lily. Dia gadis kuat sekaligus hebat. Jarang wanita yang seperti itu. Ia kuat meskipun kau telah menyakiti berpuluh-puluh kali. Ia bahkan rela mengandung benih spermamu. Aku bahkan tak ingin lagi menyakiti Cara sekecil apapun. Aku ingin membahagiakannya,bukan menyakitinya. Dia wanita dan kita pria. "Jawab Harry memberi nasihat."Lebih baik kau berhenti menjadi psikopat. Jadilah manusia pada umumnya, kau lihat aku? Aku bahkan lebih banyak memberi senyuman pada orang-orang yang tak kukenal."Lanjut Harry lagi. Tak ada respon sedikitpun dari Justin. Pria itu hanya diam mendengarkan Harry berbicara.
"Aku rasa, aku tak bisa menjadi tuntunan Lily untuk hidup bersamaku. Aku seorang psikopat yang benar-benar bodoh. Aku tak ingin anak yang dikandung Lily akan berubah menjadi psikopat seperti diriku, aku yakin Lily akan kecewa."Jawab Justin. "Kau bisa kenjadi tuntunan bagi Lily. Asalkan kau merubah dirimu menjadi yang lebih baik, Lily sudah benar-benar menyayangimu dan mencintaimu. Ubahlah dirimu atau Lily akan pergi."Jawab Harry tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Psycopath Boy For 2 Little Girl
Короткий рассказJustin adalah seorang psikopat yang benar-benar keras hatinya. Namun dalam satu kali pertemuan dengan satu gadis, hatinya dapat melunak begitu saja. Gadis itu adalah Lily. Lily collins.