Matahari mulai timbul, sedikit celah gorden membiarkan sedikit cahaya matahari masuk lewat celah gorden. Lily membuka perlahan mata indahnya. Ia menatap jam weker diatas nakas. Waktu menunjukkan pukul enam lewat tiga puluh menit. Ia melihat lelakinya yang sedang tertidur lelap diatas perutnya. Benar-benar menggemaskan. Matanya tertutup rapat dan dengkuran halus terdengar di telinga Lily.
Lily mengusap kepala pria itu dengan penuh kasih sayang. Rasanya mustahil jika Justin memilih dirinya, padahal banyak wanita lain yang lebih cantik dan menawan. Mata Justin mulai membuka perlahan dan mengerjap, menyadarkan dirinya. "Aww pusing ..."Erang kecil Justin, ia menatap Lily dari bawah. Gadis itu nampak indah dimatanya walau ketika bangun tidur. "Morning king."Ucap Lily dan tersenyum manis. Justin membalas senyuman Lily, ia berpindah tempat menjadi disamping Lily. Justin menatap Lily. Pipi Lily bahkan merona merah.
"Aku ingin bibirmu."Ucap Justin menatap bibir Lily. Lily tersenyum malu dan membiarkan pria itu melakukan yang ia mau. Justin mencium perlahan bibir Lily, ia menjilat permukaan bibir Lily. Lily menutup matanya dan begitupun dengan Justin. Lidah Justin melesak masuk kedalam mulut Lily. Mengabsen semua gigi Lily yang rapih kemudian membelitkan lidahnya dengan lidah Lily. Lily memeluk tenguk Justin agar Justin memperdalam ciuman mereka. Lily menggigit bibir bawah Justin. Justin tersenyum dalam ciuman dan membalas Lily yang menggigit bibir bawahnya. Justin menggigit bibir bawah Lily kuat dan menghisapnya gemas. Tangan Justin berkutat dengan meremas pantat Lily. Justin menempelkan tubuh Lily dengan tubuhnya agar lebih rapat.
Perut Lily terasa geli karna permainan ini. "Stop Justin,"Ucap Lily. Ia kehilangan banyak udara dan tak bisa bernafas. "Kenapa?"Tanya Justin. "Aku tak bisa bernafas. Ngomong-ngomong kau tak kerja?"Tanya Lily. "Mungkin tidak. Kepalaku sangat pusing."Jawab Justin, ia melingkarkan lengan kekarnya diperut Lily. "Kau seorang CEO Justin."Jawab Lily, ia segera bangkit dan duduk. "Aku tau,"Jawab Justin. "Aku akan buat sarapan."Lily beranjak pergi kedapur.
Lily mengetuk-ngetuk dagunya, sarapan apa yang cocok untuk pagi ini? Sepertinya Pancake benar-benar lezat untuk pagi ini. Lily segera mengambil tepung, garam, gula, baking powder, susu dan mentega. Ia menakar semua bahan itu dan mencampur aduknya didalam mangkuk berukuran sedang. Ia menyiapkan teflon dan mengolesi mentega diatasnya. Ketika teflon sudah panas, Lily memasukkan adonannya membentuk beberapa bulatan. Setelah adonan itu terlihat matang, Lily mengambil piring lebar dan menaruhnya diatas piring, ia menuangkan topping bluberry kesukaan Justin. Ia kemudian membuat Jus apel untuk dirinya, sesuai yang disarankan dokter.
Justin mencium bau harum yang berasal dari dapur, ia segera turun dari ranjang menemui Lily yang sedang membuat sesuatu diblender sana. Ia memeluk Lily dari belakang dan menaruh dagunya dibahu Lily."That's what mom?"Tanya Justin. "Ini Jusku. Sarapan sudah siap di meja Justin."Ucap Lily sambil menuangkan Jusnya didalam gelas kaca. Justin melepaskan pelukannya dan duduk dikursi meja makan, ia menghirup dalam-dalam pancake itu. "Harum sekali. Sepertinya enak"Ucap Justin mengambil garpu dan pisau. "Suapi aku Lil."Ucap Justin.
"Apa? Kau bisa sendiri Justin."Lily tersenyum. "Kau tak menyayangiku berarti."Ucap Justin dan memalingkan wajahnya. "Kau cerewet. Sini,"Lily merebut sendok dan garpu dari tangan Justin, ia memotong pancake itu dan menyuapkannya kemulut Justin."Buka mulutmu bayi besar,"Lily terkekeh, ia kembali memotong pancake itu dan memakannya.
"Jangan potong terlalu kecil, aku tak puas"Cerewet Justin. "Cerewet sekali."Jawab Lily. Suara dering ponsel berbunyi nyaring membuat Lily dan Justin mencari-cari dimana asal bunyi ponsel itu. "Sepertinya itu ponselku."Justin beranjak menuju kamar dan melihat layarnya yang tertera 'Zayn', itu berarti Zayn menelfonnya. Ia segera mengangkat telfon itu.
"Hallo?"Ucap Justin. "Hallo Tuan Bieber."Balas Zayn. "Ya, ada apa Zayn?"
"Apa Tuan tidak turun untuk hari ini? Ada sedikit berita untuk kita."Justin menaikkan sebelah alisnya mendengar penuturan Zayn. Ia berpikir sebentar, tak ada salahnya jika turun untuk hari ini. Lagipun pusing dikepalnya sudah lebih baik. "Aku akan turun dalam 30 menit lagi. Setelah itu jelaskan semuanya kepadaku."Tegas Justin. "Baik Tuan." Jawab Zayn, ia langsung mematikan sambungan telfonnya sembari menunggu CEOnya datang.
.
.
.
.
.
"Aku tak tahu jika penghianat sepertimu berada didalam gedung kantorku. Kau mengotori gedung ini dengan penghianatmu. Kemana parfum asli yang dulu kuperintahkan untukmu untuk diimpor ke Australia?"Tegas Justin. Ia benar-benar dipuncak kemarahannya. Bagaimana tidak? Kini salah satu kliennya berani berhianat padanya. Ia dengan beraninya tidak mengimpor parfum yang Justin suruh sekitar 1 tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
2 Psycopath Boy For 2 Little Girl
Short StoryJustin adalah seorang psikopat yang benar-benar keras hatinya. Namun dalam satu kali pertemuan dengan satu gadis, hatinya dapat melunak begitu saja. Gadis itu adalah Lily. Lily collins.