Daddy - 4

138K 2.6K 35
                                    

Bel pulang berbunyi. Aku mengemasi buku-buku dan alat tulisku ke dalam tas. Melambaikan tanganku pada Lisa yang sudah bersama dengan kekasihnya.

Kulihat siswa-siswi mulai mengambur keluar dari kelas. Lautan manusia berbondong-bondong meninggalkan kawasan sekolah dan aku melihat Daddy yang dilirik dengan tatapan menggoda dari siswi-siswi sekolahku.

Dasar genit!

Aku sudah terbiasa melihat pemandangan ini. Setiap wanita yang melihat Daddy pasti akan terbuai oleh ketampanannya dan auranya yang dia tebar tanpa sadar itu. Aku ingin mencongkel tiap mata yang melirik dengan nafsu kepada Daddyku. Harusnya Daddy sedikit menutupi kelebihannya itu. Walau aku tidak yakin akan cukup.

"Kenapa hm?" Tanya Daddy menangkup wajahku. Aku cemberut, kesal. Kesal dengan yang semalam, kesal karena harus mengerjakan pr kebut-kebutan, kesal karena diberondong pernyataan cinta dan surat cinta, kesal karena banyak wanita yang menggoda Daddy.

Kesal dengan semuanya.

"Kita pulang saja yuk," aku melangkah dengan malas dan entah mengapa moodku hancur begini.

Daddy sepertinya tidak mengiraukanku.

D a d d y

Sepertinya Daddy memang tak mengiraukanku. Kita malah berakhir di pantai. Memangnya aku tadi mengajaknya ke sini?

"Apa kau merasa baikan?" Ejeknya yang terasa sekali bagiku. Menertawakanku dalam senyuman mautnya yang tak harus dia umbar begini, kan?

Yah, mengembalikan serpihan moodku hari ini yang tercecer menjadi sebongkah serpihan, pemandangan pantai di sore ini sangat indah. Langit jingga dan matahari yang terlihat akan tenggelam dalam lautan biru itu memanjakan mataku. Burung-burung terbang mendekati matahari yang tampak lebih besar itu.

"Hm," aku mengedarkan mataku setelah merasakan sesuatu yang janggal semenjak tadi.

Lihatlah para wanita kurang kain di sekitarnya! Ke mana arah matanya melirik?!

Hei!

"Ayo berenang," ha? Apa? Aku tak melihat.

Sama sekali tak melihat.

Sungguh,

"Dad, apa kau ingin merusak anakmu?" Kataku menyipitkan satu mata, berusaha mengurangi dosa tanpa membuang kesempatan melihat keindahan dunia yang tak akan kutemui di belahan bumi mana pun.

Bahkan belahan surga dunia tak mampu menandinginya.

Aku jamin itu.

Baiklah, aku sudah siap berperang jika saja ada wanita yang berani dekat-dekat dengannya. Karena aku melihat para wanita kurang kain itu yang sepertinya tadi sepuluh meter dari kami sekarang hanya berjarak lima meter di sekitar kami.

Untuk itu,

"Lexie ...,"

Aku tak peduli.

"Cepat kenakan seragammu atau kita pulang!"

Aku hanya mencoba melindungi apa yang harusnya kulindungi.

"Ck, Lexie ..., jangan mengumbar apa yang kau-"

Aku tak sudi tubuh Daddy dilihat seluruh pasang mata di sini. Jika banyak lelaki bahkan tak boleh melihat secuil tubuhku, lantas mengapa aku juga membiarkan berpasang-pasang wanita memandangi tubuh bertelanjang dada di depanku?

Daddy (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang