Di kamar berwarna biru langit berpadu putih yang nyaman, Alexie merebahkan dirinya di antara Dien dan Dyn yang sudah terbangun dari mati surinya. Malam itu mereka belum tidur dan masih belum mengantuk.
"Kenapa deh? Sini lah cerita kenapa lo berantem ama suami?" Tanya Dyn yang langsung dihadiahi tepukan di pipinya.
"Suami, suami, kamu pikir aku wanita apa hah?" Sanggah Alexie dengan bersungut-sungut tak terima, "aku itu nggak ada apa-apa, sungguh!"
"Bitch, gak usah malu-malu lah yaampun, biasanya aja lo suka malu-maluin. Hahaha!" Dan mereka berdua saling kejar-kejaran di kamar dengan bantal di tangan masing-masing, "ayok, ayok, sini anak Daddy, fasterhh, kejar aku, dekap aku, Daddy. Nghh ...."
"Lo berdua berisik deh, Bitch. Liat nih Daddy tersayang dan tercintanya si Alex nelpon nggak diangkat ama si Alex. Dasar! Ini apa kalau bukan masalah? Yaampun Lex, gak apa-apa lo cerita sama kita-kita, siapa tau aja kan kita bisa bantu." Cerocos Dien panjang lebar dengan menunjukkan ponsel Alexie yang menunjukkan bilah status 269 panggilan tak terjawab karena Alexie mengatur ponselnya dalam mode getar.
"Apa? Oh," Alexie mendekat berusaha mengambil ponselnya yang berada di tangan Dien namun dengan cepat disembunyikan di dalam baju Dien, "Dien ih! Balikin!"
"Ssstt! Hp lo getar! Dyn siaga! Siaga!" Alexie berusaha mengambil ponselnya namun dicegah Dyn yang menghalang-halanginya, Dien mengibaskan rambutnya dengan gemulai penuh kecentilan, "ehm, halo Daddyhhh ...."
"Alexie kamu di mana?!" Teriak suara Kevin melengking dari seberang telepon, membuat Dien menjauhkan telepon itu, "jawab! Kamu di mana?!"
Dien menoleh ke arah Alexie yang masih dihalau oleh Dyn dan mengatakan 'mampus! Daddy-lo ngamuk!' Tanpa suara. Alexie mendecak sebal, "A-aku nginap di rumah Bunda!" Teriak Alexie sengaja mendekat ke telinga Dyn, membuat Dyn mengusap telinganya.
"Tidak boleh! Daddy akan datang, kau tunggulah! Jangan ke mana-mana lagi!" Tegasnya lagi lalu menutup sambungan telepon. Alexie mendesah diiringi seringaian dua perempuan di depannya.
"Apa?!" Bentak Alexie yang malah ditertawakan dua perempuan di depannya.
D a d d y
"Ayo pulang!" Kevin dengan napas memburu menarik Alexie menuju mobilnya yang terparkir di halaman rumah bibinya.
Sebelumnya, Kevin sempat beradu pendapat dengan tante Kinar karena masalah 'Alexie menginap' tersebut.
"Alexie ...," desah Kevin lega setelah mereka sudah berada dalam mobil. Dengan cepat Kevin memeluk Alexie yang tertunduk, memeluk gadis itu, dan menciumi pucuk kepala beraroma mawar itu lembut, "apa kau tahu seberapa kuatir Daddy saat mendengar David mengabari bahwa kau belum pulang? Ada apa? Ayo katakan ke Daddy ...."
"Aku tiba-tiba ingin bertemu Bunda Kinar," cicit Alexie di pelukan Kevin, menyembunyikan wajahnya yang merah.
"Tapi kan kamu bisa bilang dulu sama Daddy," Kevin menangkup wajah Alexie, memandang dengan wajah memelas sedih, "Alexie kamu menangis? K-kenapa? Alexie kau kenapa? Kamu kangen bunda?"
Alexie mengangguk masih menahan air matanya, "sudah, sudah, cup. Anak Daddy yang paling cantik ...," Kevin tersenyum geli sebelum melanjutkan kalimatnya, "minggu depan kamu bakal dapat bunda baru."
Alexie tentu saja terkejut. Matanya menatap iris sehitam malam di depannya dengan tatapan tak percaya. Senyum merekah di wajah tampan lelaki di depannya membuat ketampanannya meningkat drastis, "Daddy ...," air matanya tak terbendung lagi, dirinya memeluk Kevin dengan erat. Alexie menangis dalam diam di pelukan Kevin.
***
Di rumah sederhana namun indah itu, Alexie terbengong mendapati Nadine yang terlihat sedang berselisih dengan David. Kevin mengela napas dan berlalu meninggalkan Alexie, menuju dua orang yang bertengkar hebat itu. Kevin terlibat pertikaian mereka dan mengusap kasar wajah tampannya.
"Baiklah, baiklah, sekarang David-"
"Apa?!"
"Jangan menyelaku, aku belum selesai dengan perkataanku!" Emosinya naik ke ubun-ubun. Kevin meninggikan suaranya, "David, dia ini calon kakak iparmu. Kau harusnya menghormatinya bukan malah meneriakinya. Dan, Nadine, baiklah kau tidur di kamarku, aku dan Alexie akan tidur di kamar tamu bersama David."
Raut bingung tercetak jelas di wajah Nadine, "Kalian tidur bersama?" Tanyanya seolah tak percaya. Kevin hanya mengangguk dan David tersenyum meremehkan, "Alexie, apa kau tidak bisa tidur sendiri? Kau sudah besar!"
David terlihat menahan amarah, "Aku sudah terbiasa tidur bersama Daddy dan Om David," jawab Alexie, "memangnya kenapa?"
"Kau ini perempuan!" Bentaknya marah, David melotot tak suka pada wanita di depannya, "bagaimana bisa perempuan tidur bersama dua pria dewasa di usianya yang sudah beranjak dewasa?! Kau harus belajar tidur sendiri!"
"Hey kecilkan suaramu!" Bentak david tak suka, "Kevin, bagimana bisa kau akan menikah dengan manusia seperti ini?"
"Apa maksudmu dengan ini? Dia benar, Alexie sudah besar dan aku akan tidur di sofa." Kevin beranjak pergi namun dicegah oleh Nadine.
"Kevin, kau tidur denganku!" Paksa Nadine. David mati-matian menahan emosinya begitu pun Alexie. Rasanya mereka sangat ingin wanita di depan mereka ini lenyap selamanya dari hadapan mereka.
"Baiklah," Kevin mengela napas pasrah. Ini pertama kalinya Kevin mengalah, "Alexie, aku tak pernah bisa menolak Nadine, jadi, kau tidur dengan David ya, sayang?"
"Perlakuan manjamu membuat ular itu menjadi liar, Kevin. Kuharap kau tak akan menyesal nantinya. Ayo, Alexie sayang, kita tidur di kamar berdua dan meninggalkan orang bodoh yang sedang terpengaruh sihir dari siluman neraka jahannam di sana." Sindir David dengan sangat jelas. Nadine ingin membalas namun diurungkannya, ia menarik Kevin yang memandangi dua orang yang itu pergi. Pandangan Alexie dan Kevin terputus saat Nadine menarik Kevin masuk ke kamar yang menjadi miliknya sebentar lagi.
"Sudah, jangan menangis. Om kan masih bisa menemaninu tidur," David berusaha mengibur Alexie, mengacak rambut panjang kecokelatan itu dengan lembut. Mereka memasuki kamar tamu, menyalakan lampu dan bersyukur kamar itu tidak kotor sehingga mereka tak perlu repot membersihkannya.
Keduanya membaringkan dirinya masing-masing dan Alexie memeluk David erat, air matanya merembes membasahi pipinya, "Sudah, Xi bobok ya. Udah mayem. Nanci cigigit namuk ( nanti digigit nyamuk)," David menggesekkan hidung mancungnya di kening Alexie dan menyuruhnya tidur dengan menirukan suara bocah. Alexie tersenyum dan memeluk David lebih erat, "X-i, kau akan membunuhku jika terlalu erat. Aku tahu aku tampan tapi tidak usah seperti ini."
Dan David mendapatkan kecupan dari Alexie. Kecupan maut lutut Alexie yang mengenai tepat pada perutnya. Membuatnya berguling ke samping. Alexie menarik David lagi ke pelukannya dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang pria itu.
Di sisi lain, Kevin tidak bisa tidur dan hanya mengelusi rambut Nadine yang terlelap. Matanya terus terbuka meski ia sudah berusaha terpejam.
*
*
*
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy (End)
RomanceKisah seorang anak dengan daddy-nya. Alexie Leona, cewek yang tidak suka disebut manja, dan selalu mencari cara agar dimanja oleh Daddy-nya yang berstatus 'Duda', berparas malaikat dari surga, dengan sifat dingin seperti kutub utara yang meleleh ke...