Daddy sedari tadi mondar-mandir membuatku makin pusing saja. Aku hanya terbentur dan tidak parah sama sekali, tapi Daddy memberi respon seakan-akan aku baru saja jatuh dari lantai dua.
"Daddy, sini," aku menepuk tempat di sampingku, "sudah, Dad. Om David mungkin sedang sibuk mengurus pasiennya atau ada hal lain."
Aku jadi khawatir kalau sebenarnya yang bermasalah itu Daddy, bukan aku. Di kolam tadi saat Daddy menjunjungku tinggi-tinggi dan berputar, dia terpeleset dan tercebur bersamaku. Kepalaku terbentur kepalanya dan aku pingsan sesaat. Seberapa keras sebenarnya aku menghantam Daddy?
Dan sekarang Daddy sibuk bergerak kesana-kemari di depanku sambil menempelkan ponsel di telinganya, menelepon Om David, dokter keluarga kami sekaligus adik lelaki Daddy. Selama bertahun-tahun dialah yang selalu mengobati jika aku atau Daddy sakit. Dia dokter sekaligus paman yang baik hati dan murah senyum. Aku iri dengannya yang tidak memiliki jerawat.
"Tapi kan kau sakit, sayang. Daddy tak mau kau terluka ..., apa kita ke rumah sakit saja sekarang? Kau terlihat pucat," Katanya sambil duduk di sampingku. Mengecek suhu tubuhku dengan meletakkan punggung tangannya di dahiku, menangkup pipiku, dan mencium keningku, "Daddy akan bersiap-siap-"
"Tidak, Daddy. Aku tidak apa-apa. Aku hanya terbentur dan pingsan saja. Aku jadi kuatir denganmu, Dad. Sepertinya kaulah yang harus dibawa ke rumah sakit dan diperiksa. Kurasa kepalamu yang mengalami gangguan. Bukan aku."
Daddy hanya tertawa dan memelukku erat. Dia menyenderkan kepalanya di dadaku dan kuelus pelan surainya yang hitam dan halus. Kudengar Daddy bergumam tak jelas karena suaranya teredam dalam sweater yang kupakai.
Krucuk krucuk
Sialan! Perutku berbunyi!
"Baiklah, Daddy lupa kau belum makan. Daddy akan memasakkan untukmu. Kau tunggu sebentar dan jangan banyak bergerak!" Katanya kemudian melepas pelukannya dariku.
Aku merasa kehilangan.
Aku tersenyum lebar kepadanya dan rambutku diacak-acak dengan tangan besarnya. Dasar, tidak tahu apa kalau aku baru saja keramas tadi sore? Tapi aku suka sih. Hehe.
Menolak rezeki itu tak baik lho.
TRING!
Ada notifikasi. Kuambil ponselku di atas nakas, menggeser kuncinya, dan kulihat ada Line dari Lisa.
LINE
Lisa1412: Leona, Senin jan lupa pr Bu Inem! Kerjain ya, besok gue minjem. Hehe
Hyun_ahh_Alexie: Oke, sip! Belajar sono biar ga nyusahin gue mulu.
Lisa1412: Iya iya kalau kaga lupa. Titip salam ya sama calon suami ♡
Hyun_ahh_Alexie: Siapa?
Lisa1412: Daddy lu lah. Siapa lagi?
Hyun_ahh_Alexie: Ngarep!
Lisa1412: Hus. Gak boleh gitu ah sama calon ibunda...
Hyun_ahh_Alexie: Na?jis
Aku lupa kalau ada pr! Walau aku selalu lupa, sih. Untung ada Lisa yang selalu mengingatkan.
Kupandang sejauh mataku memandang, mencari buku dan tas sekolah yang ada di atas meja belajarku. Jauh, dan aku malas bangun dari ranjang. Nanti saja deh, sekalian menyuruh Daddy untuk mengajariku dan mengerjakan pr-ku sekaligus. Hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daddy (End)
RomanceKisah seorang anak dengan daddy-nya. Alexie Leona, cewek yang tidak suka disebut manja, dan selalu mencari cara agar dimanja oleh Daddy-nya yang berstatus 'Duda', berparas malaikat dari surga, dengan sifat dingin seperti kutub utara yang meleleh ke...