Bagian [2]

21 6 0
                                    

Kita ini bersama, namun kenapa 'kita' tidak pernah menjadi 'kita' yang sebenarnya.

🍃🍃🍃

Suasana Kota Tua di siang hari yang begitu terik namun terlihat jelas keramaiannya, tidak memudarkan semangat Indi. Setelah mengabari Adrean untuk menjemputnya mereka berlalu menuju Kota Tua.

Indi memang telah menyukai berbagai macam lukisan dari kecil. Berawal dari ayahnya yang pernah mengajaknya ke pameran lukisan disebuah tempat. Lalu Indi tumbuh menjadi gadis penikmat seni. Terutama Lukisan. Entah mengapa, namun saat ia melihat lukisan, ia dapat merasakan sebuah cerita hanya dengan memandang. Mengerti berbagai makna hanya dengan mengamati. Semua mengalir begitu saja.

Indi keluar dari mobil lalu diikuti dengan Adrean yang menenteng sebuah kamera ditangannya. Mereka menuju tempat dimana pameran diadakan.

"Yan, kamu beli tiket masuk aku beli minum bentar ya". Indi berkata lalu berlalu begitu saja setelah melihat anggukan Adrean.

🍃🍃🍃

Adrean mengedarkan pandangannya kesegala arah. Sudah tigapuluh menit sejak Indi berpamitan untuk membeli minum, namun gadis itu tak kunjung kembali. Sesekali Adrean mengecek ponselnya, berharap Indi membalas pesannya. Dua tiket masuk masih berada ditangan Adrean. Wajahnya terlihat sangat khawatir. Lalu Adrean memutuskan untuk mencari lagi disekitar stand jajanan.

Baru saja Adrean ingin memasuki salah satu stand, tak sengaja ia melihat kearah sebuah kursi panjang yang berada didekat sebuah parkir penyewaan sepeda. Disana Indi sedang asyik bercanda dengan.. seseorang yang Adrean kenal.

Dengan sedikit berlari Adrean mengampiri Indi, lalu menarik paksa Indi untuk berdiri, sedikit kasar membuat Indi meringis merasakan pergelangan tangannya yang perih.

"Apa sih, Yan?"
"Apa sih, Yan? Hm?" Adrean membalikkan pertanyaan Indi.
"Kamu tadi pamit kemana? Ditungguin gak dateng dateng, dicari gak ada, dihubungin gak bisa?!" Adrean meluapkan sedikit emosinya. Membuat Indi yang awalnya kesal dengan sikap Adrean tadi, terlihat terkejut. Indi telah melupakan sesuatu.

"Ya.. itu aku tadi.. maaf Yan" Indi menundukkan kepalanya. Ia teringat bahwa tidak sempat mengabari Adrean setelah membeli minuman. Indi bertemu dengan Dino, teman saat berada dibangku Sekolah Menengah Pertama.

"Hp kamu kemana sih?!" Adrean menahan suaranya yang hendak meninggi.
"Ada itu di.. Yaampun, dimobil!!" Indi mengeluarkan cengirannya yang berhasil membuat emosi Adrean mereda.

Adrean menghela nafas, mengelus pucuk kepala Indi dengan sayang. "Lain kali jangan ceroboh gini, aku khawatir sama kamu"
Indi tersenyum menatap Adrean, lalu tangannya mencolek pipi Adrean
"Ciee ada yang khawatir nih sama aku:p" Alis Indi sengaja dinaik turunkan.

Adrean menggigit bibir bawahnya sembari tersenyum. Gadisnya itu, selalu bisa membuatnya nyaman.

"Ekhemm.. panas ya cuacanya" terdengar suara dengan intonasi berat milik Dino.

"Mau dikipasin apa mau dielusin?" Sahut Adrean.

"Yaelah elo Yan, ya mau dielusin lah" Dino mendekat kearah Adrean.

"Elusin dedek dong bang" Dino mencolek lengan Adrean, membuat Adrean bergidik ngeri melihat wajah Dino.

"Udah abis ya masa warasnya, mas? Makanya isi ulang sebelum tenggang"

"Enak aja lo, Yan. Goblok gak sembuh sembuh lo." Dino lalu berdiri disamping kiri Adrean, sedangkan disamping kanan Adrean, Indi terlihat sedang memperhatikan Dino dan Adrean dengan intens.

"Apa cuma gue disini yang waras?" Indi bergumam namun masih dapat terderngar oleh keduanya.

"Semuanya Edan." Sahut Dino dan Adrean secara bersama.

Indi menggelengkan kepalanya. Dari dulu Adrean dan Dino tidak pernah berubah. Masih tetap konyol. Masih tetap gak waras. Dan masih tetap memiliki kelainan.

"Gak usah mikir yang enggak enggak deh, Ndi" lagi. Adrean dan Dino mengucapkan secara bersama. Membuat Indi lagi lagi tercengang. Mereka.......

"Enggak!!" Sahut mereka lagi.

"Wahh parah nih lo berduaaa parahhh!!!" Indi berjalan meninggalkan mereka berdua.

"Ehh Ndi, tunggu." Adrean berjalan berusaha menyamai langkah Indi yang berada didepannya.

"Ehh Adrean, tunggu." Adrean mengehentikan langkahnya. Berbalik menatap Dino. Menoyor kepalanya.

"Monyet sih lo, ngomong pake dibarengin segala. Titip aja tadi tuh!" Adrean melipat kedua tangannya didepan dada.

"Lahh goblok, lo yang barengin gue kali."

" Ya udah, sama sama goblok aja. Biar cepet!" Adrean berbalik hendak menyusul Indi lagi, namun ia kehilangan jejak Indi. Adrean menatap Dino tajam.

"A..a..Ampun ya bang Eyan" Saat Dino hendak melarikan diri, buru buru Adrean memegang tangan Dino.

"Jangan lari! Bantu gue cari Indi. Karena ini semua ulah lo!!" Adrean memberi perintah kepada Dino, membuat Dino langsung menunduk patuh. Hal itu membuat Adrean tersenyum jahil.

Adrean dan Dino adalah tetangga. Adrean selalu melarikan diri kerumah Dino saat ia sedang bosan, begitupun dengan Dino. Mereka seperti perangko, walaupun kadang saat bersama mereka selalu bersikap seperti Tom dan Jerry. Waktu itu saat Dino mengetahui bahwa Adrean mempunyai rasa dengan Indi temannya saat SMP, Dino berinisiatif mendekatkan mereka. Rencananya itu tidak sia sia. Hanya dengan beberapa jebakan saja mereka sama sama menyadari perasaannya satu sama lain.

🍃🍃🍃

Sekarang mereka bertiga berada ditaman belakang sebuah rumah minimalis dengan design interior modern. Mereka duduk disebuah gazebo yang terbuat dari kayu, menyaksikan bintang yg sedikit redup. Mereka menyaksikan malam dalam keheningan. Belum ada yang memulai pembicaraan, mereka masih hanyut dalam pikirannya masing masing.

Siang tadi Indi dan Adrean ditambah dengan Dino yang entah datangnya dari mana melanjutkan untuk berkeliling melihat pameran. Seharian penuh mereka berada di Kota Tua. Setelah puas, mereka juga bermain dipelataran Kota Tua. Mengabadikan setiap momen dengan kamera, menikmati jajanan khas Jakarta, dan bermain sepeda disekitar pelataran.

"Ehh gue kasih tau ya, Yan. Indi tuh pas smp pernah suk--" Dino menghentikan bicaranya, karena dengan cepat Indi membungkam mulutnya.
"Diem gak lo." Indi berbisik kepada Dino seraya menjitak kepalanya.
"Abis lo, kalau ngomong sm Rean" Dino bergidik ngeri melihat mata Indi yang hampir keluar. Ganas.

Dino melepaskan bungkaman Indi dengan sedikit bergumam tidak jelas, entah sedang menyetujui perintah Indi atau malah sedang meracau tidak jelas. Dino tersenyum jenaka dengan memperlihatkan deret giginya kepada Adrean yang memperhatikannya dengan raut tidak mengerti.


"Ada apa sih, No?"
"Ahhh enggak itu cuma anu kok, hihihihi huhuhu hahaha" Dino melihat Indi yg menatapnya memberi peringatan, lalu ia  bersikap sewajar mungkin.

"Gaje emang lo" Adrean membuka ponselnya dan menyibukkan diri.

Indi dan Dino saling bertatap lalu Indi menggelengkan kepalanya. Suasana kembali hening.

🍃🍃🍃

Haui!!!!!
Lanjutt tidakk yaaaa???
😣

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Possessive [Boy]FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang