Evon melangkah pelan diikuti empat anak buahnya—yang masing-masing menguarkan aura permusuhan. Bukan ditujukan untuk sang pemimpin, tapi untuk seekor vampir yang diseret oleh tangan putih Evon. Sosok vampir yang diseret paksa itu masih sangat muda, tapi wajahnya kini babak belur—tidak terlihat jelas karena dia makhluk abadi bernama vampir. Hanya para vampir yang tahu kalau pemuda itu beruntung masih hidup di tangan Evon setelah diketahui menyusup dan merupakan salah satu anak buah dari klan-klan yang membelot.
Sebelum sekarat di tangan Evon, pemuda vampir itu menyatakan diri sebagai pembawa pesan dari persekutuan tiga klan vampir terkuat dari 10 dewan vampir dibawah pimpinan Gerald dulu.
Saat ini Evon menuju ke singgasana Raja, tempat di mana Gerald menghabiskan waktu di malam setelah pertempuran. Tempat itu terletak di lantai tengah, tempat yang tidak boleh dijamah oleh siapapun yang tidak memiliki izin dari sang Raja—yang artinya melangkah sedikit, saat itu juga kau akan mati.
Evon berpisah dengan keempat anak buahnya di lantai tepat dibawah singgasana. Dia diharuskan pergi sendiri karena memang hanya dia dan Loke yang saat ini diberikan izin untuk menemui Gerald di singgasana. Pengkhianatan para klan sudah cukup menjadi alasan pria itu untuk berhati-hati menerima tamu memasuki singgasananya.
"Kau membawa sampah busuk." Loke menyambut kedatangannya di pintu besar singgasana yang terbuat dari batu marmer berlapis perak hitam. "Ah, ah, kau sudah bermain dengannya. Setidaknya ajaklah diriku ini, Evon. Sejak kemarin kau bersenang-senang, selagi aku berkeliling dan tidak boleh menyentuh apa pun."
"Terima kasih atas pujiannya, Tuan Loke." Evon berujar sinis, terlihat acuh tak acuh, tapi matanya menyipit melihat pemandangan yang Loke sajikan. "Maaf, tapi sampah busuk ini harus dimanfaatkan segera sebelum benar-benar busuk."
"Hooh, dinginnya..."
Pintu besar itu terbuka perlahan dengan suara berderit yang cukup keras. Tidak ada cahaya dalam ruangan itu, membuat aura kegelapan Gerald semakin tajam dan dingin. Hanya mata merahnya yang menyala saja yang menjadi titik keberadaannya.
Evon berlutut hormat dan mengagungkan nama Gerald. Dengan kekuatannya ia mengendalikan raga pemuda vampir yang ia seret itu melakukan hal yang sama, sebelum pemuda itu kembali roboh tidak berdaya di hadapan sang Raja.
"Segitiga Bermuda menyatakan perang pada Zeluc Empire," lapor Evon seperti apa yang pembawa pesan—dari tiga klan terkuat—katakan sebelum sekarat dan berada dibawah kendalinya. Ketiga klan menamakan persekutuan mereka 'Segitiga Bermuda'—sebuah misteri dunia yang pernah terpecahkan. "Apa Anda menginginkan saya bermain dengan pikiran makhluk rendahan ini."
Gerald bergeming di singgasananya. Mata merahnya menatap lurus dan datar pada pembawa pesan yang merupakan anak buah klan Jigaz—salah satu dari tiga klan Segitiga Bermuda. Dilihat dari mana pun, pembawa pesan itu berani datang dan sudah bersiap untuk kehilangan nyawanya segera setelah menyampaikan pesan.
Sedangkan Evon masih setia menunggu. Dengan memakai kekuatannya dia menekan raga dan jiwa vampir pembawa pesan itu, menjaganya tetap hidup dan tidak melakukan hal bodoh yang bisa mengancam Raja-nya. Tidak ada siapa pun di sana selain Gerald, Evon, dan vampir pembawa pesan, tapi bukan berarti ketiganya tidak merasakan aura haus membunuh yang Loke keluarkan di dalam ruangan itu. Sepertinya sepupu Gerald itu memang sudah lama tidak bermain-main.
"Loke." Suara rendah Gerald menyadarkan Loke. Pria tampan yang sedang bertelanjang dada itu melenyapkan kekuatannya dan segera berlutut dari tempatnya berdiri.
"Lord Gerald!"
"Evon..." Raja vampir itu menekankan maksudnya saat memanggil Evon, dan sahabatnya itu sudah sangat tahu kemauan Gerald meskipun pria itu tidak mengungkapkannya dalam kata-kata.

KAMU SEDANG MEMBACA
GERALD
VampirGadis Kuat, orang-orang mendeskripsikannya seperti itu, hanya karena ia berhasil bertahan hidup setelah melewati garis tipis antara hidup dan mati. Dia biasa dipanggil Ryn. Nama lengkapnya Auryn Stephanie Claytor. Tahun ini dia akan masuk sekolah mi...