SENJA PENUTUP RASA

208 5 2
                                    


Rintik hujan berhasil membuatku berteduh saat itu. 16.40 jalan raya tertutup rapat oleh kendaraan yang melaju secara perlahan. Bentrok antar klakson pengendara membuat gaduh keadaan sekitar. Keadaan yang tidak pernah membuatku nyaman. Kuputuskan untuk melanjutkan perjalananku melalui jalur tikus. Jalur yang dihiasi dengan keadaan jalan yang berlubang, sampah bebas berkeliaran, bahkan sesekali kutemukan jalan yang banjir disebabkan oleh kali yang dipenuhi dengan sampah-sampah plastik, kertas, sterofom, dan berbagai macam sampah lainnya. 

"Di mana kahh letak tanggung jawab kalian sebagai manusia? Apa hati kecil kalian sudah tertutupi dengan kemajuan zaman saat ini? Sehingga kalian tidak memperdulikan keadaan sekitar? Bagaimana kalian ingin hidup sehat jika lingkungan kalian saja seperti ini? Begitulah hakikatnya manusia. Mereka ingin menang, tapi mereka takut untuk kalah." ujar rintih batinku.

Air hujan tanpa henti mengguyur kepalaku, angin terus berhembus dan terus menampar wajah kesalku tentang apa yang aku saksikan saat ini. Manusia yang tidak peduli dengan lingkungannya. Padahal tanpa ia sadari, hidup perlu makan, dan untuk makan harus ada makhluk hidup yang berkorban--tumbuhan.

Dingin. Bajuku yang basah tidak mungkin bisa menghangatkanku saat ini. Jalur tikus yang sudah lama tidakku lewati, ternyata kini berubah. Banyak rumah yang mulai berdiri kokoh. Bertambahnya penduduk membuat kampung ini tidak lagi asri seperti dulu. Motor lalu lalang, mencipratkan air ke bagian samping celanaku.

"Sial! Hari ini sangat membosankan." ucapku tanpa sepengetahuan orang lain.

Aku teringat tentang tempat yang dulu sering aku datangi. Tempatku untuk menyendiri, menceritakan semua masalahku pada air yang mengalir, dan mengizinkan pohon-pohon yang merunduk untuk mendengarkannya. Tempat yang sampai saat ini masih sepi akan penghuni. Hanya dua sampai tiga orang yang mengetahui tempat ini. Aku tidak tau apa yang mereka lakukan di tempat seperti ini, nampaknya mereka tidak peduli, mereka hanya mencari jalan alternatif untuk mencapai tempat tujuannya.

Ketika sampai, aku merasa seakan adanya sambutan dari suara rindu keadaan sekitar akan kedatanganku. Rintik hujan membuat air sungai terlihat seakan tersenyum melihatku. Pohon besar yang menjadi tempatku bercerita juga masih berdiri seakan siap untuk memelukku. Aku menatap sekelilingku yang sampai saat ini sama sekali tidak beruba. Tempatku menikmati senja diantara perubahan waktu. Tempatku menceritakan seluruh kejadian saat itu.

Di tengah senyumanku menikmati rindu pada alam, terlihat dari pandanganku, anak muda yang membiarkan dirinya terguyur hujan. Duduk dengan keadaan kaki tertekuk, mulut yang dari kejauhan terlihat seperti sedang bercerita, diselingi dengan tangan yang setiap beberapa detiknya melempar kerikil kecil ke sungai. Sama sepertiku dulu, anak muda yang terbebani oleh cinta.

Aku mendatangi tanpa sepengetahuannya. Seperti orang yang berlagak bisa membaca pikiran.

"Teruslah bercerita hingga masalahmu berkurang. Karena air akan membuat semuanya mengalir dan pohon-pohon di sekelilingmu sangat siap untuk merangkulmu," ucapku sembari mengistirahatkan kakiku di samping keberadaannya.

Anak muda tersebut terlihat heran dengan kedatanganku. Mungkin dalam pikirannya, ia sempat bertanya-tanya "Orang ini siapa? Mengapa dia mendatangiku? Mengapa dia mengetahui tempat ini? Oh tidak! ini bukan tempat yang aman lagi," Anak muda itu terlihat takut dengan kedatanganku. Ia bergeser sekitar 30 cm dari tempat duduk semula. Membuat jarak diantara kita.

"Hai, aku Tomi, apa yang kamu lakukan disini?" tanyaku terhadapnya.

"Mengapa anda mengetahui tempat ini? Apa saya perlu memberi tahu nama saya? Itu tidak penting untuk anda." ucapnya.

Anak muda tersebut seakan takut mengenalku, ia menganggap aku adalah orang yang tidak boleh dipercaya secepat mungkin. Itu adalah tindakan yang bagus, setiap orang harus punya sifat seperti itu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 19 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CERPEN| SENJA PEENUTUP RASAWhere stories live. Discover now