*Author POV*
Sekarang (Your Name) sudah menginjakkan kaki di sekolah barunya itu. Terdapat beberapa siswa-siswi yang sedang berhamburan menuju ke arah pintu gerbang agar lekas masuk ke dalam sekolah nan megah itu dan terdiri dari beberapa gedung yang bisa dikatakan besar.
*(YourName) POV*
Aku sudah berada di sekolah ini. Hm, sangat mengagumkan. Aku sangat merindukan suasana sekolah di Korea ini. Lebih tepatnya, pada beberapa tahun lalu di saat aku masih menginjak sekolah dasar. Sangat rindu sekali dengan nuansa kanak-kanak yang hanya mengenal kesenangan, gurauan, tawa, adanya balon, permen, dan teman yang banyak di sekitar tanpa juga merasakan sebuah sakit yang mendalam. Andaikan waktu bisa singgah sesaat untuk menemani ku ke masa itu. Tapi, itu tidak mungkin. Mencoba lagi untuk melupakan. Tidak bisa. Karena hanya hal itulah yang membuatku bahagia semasa kecil yang bahagia dan juga kepada keluarga ku. Tapi, semuanya sekarang sangat berubah. Semoga saja aku bisa bahagia kembali di sini seperti dulu.
Aku melihat setiap lorong sekolah itu. Menginjak setiap lantai koridor. Hanya berbunyi gesekan sepatu dengan lantai yang hanya aku saja. Sepi? Lantas, orang lain dimana? Ku coba untuk berdiam sesaat. Melihat ke kiri dan ke kanan lalu memandang jam tangan yang sedang ku pakai. Hahaha, lucu terkadang.
Katanya, sekolah di sini jam 07.00 sudah masuk. Mengapa belum masuk juga? Sedangkan hari ini sudah menunjukkan waktu pukul 06.30. Yang iya-iya saja. Yaiyalah belum masuk. Hehe...
Aku memilih untuk mencari ruang Kepala Sekolah berada. Sudah mencari tapi tidak ketemu. Ingin menyerah rasanya. Ah, tak mau begitu. Harusku lawan semua putus asa. Ku cari lagi.
Dengan asyiknya aku mencari, sampai-sampai aku mengabaikan seseorang yang berjalan sendirian di sampingku. Siapa itu? Aku bergidik ngeri karena hanya kami yang datang cepat. Melihat sekilas rasanya takut kebangetan. Karena memang aku phobia di bully semenjak kejadian di Paris itu. Ah, aku tidak mau mengingatnya lagi.
"Lu?" Tanya seseorang itu. Ia mengibaskan rambutku sekilas karena sedari tadi aku menyembunyikan wajahku padanya.
Lantas, aku penasaran akan seseorang itu. Aku takut dia menculikku. Oh, tidak. Pikiran mengacauiku. Aku langsung melihat sekilas.
"Ha? Huaaaa." Kagetku setelah melihatnya dan berniat ingin berbalik arah, apa daya tangannya sudah menarik tanganku secara perlahan.
Aku tau dia. Dia adalah seorang pengikut si tukang bully itu. Aku takut padanya. Padahal, dia dulu sempat menjadi temanku. Karena ulah si tukang bully itu dia juga terbawa-bawa karena aku di cap sebagai orang yang tidak tau diri di sekolah sana. Namun, dia itu sudah meninggal. Lalu, mengapa ia hidup kembali? Ah, sumpah! Pikiran ku melayang.
*Flashback.*
Hari itu dimana aku bersamanya sedang meminum segelas coklat panas di kantin. Karena cuaca sangat terlihat dingin. Aku meminum sampai habis karena aku suka. Lantas, ia tidak menghabiskannya. Aku pun bingung. Katanya, ia suka sekali dengan coklat panas. Apalagi aku.
"Kenapa ga minum lagi?" Tanyaku padanya yang sudah menyingkirkan gelas yang masih terisi dengan coklat panas itu.
"Kamu?" Tanyanya sambil fokus memandangku dengan tatapan tajam.
"Iya? Aku kenapa?" Tanyaku lagi sembari menatapnya bingung. Ada apa dengan lelaki ini?

KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY [Na Jaemin]
FanficSeseorang bernama (YourName) yang sedang menyendiri karena selalu di kucilkan oleh temannya apalagi dengan masalah kedua orang tua yang mungkin bathinnya sudah tertekan. Tapi, saat itu ada seseorang yang mengerti sekali dengan keadaannya. Na Jaemin...