24 Januari 2018

9 2 0
                                    

2.21 PM

Sebelumnya aku mengenyahkan kata orang-orang kalau pelajaran sejarah itu bikin ngantuk.

Sebelumnya okay, sebelumnya.

Namun sejak aku naik ke kelas 12, aku baru sadar kalau mereka benar.

Pelajaran sejarah bikin ngantuk, apalagi kalau gurunya menjelaskan materinya dengan cara yang monoton. Bikin aku sangat mengantuk sekarang.

Jadi aku putuskan untuk menulis ini.

Kali ini, ada dia lagi di cerita ini. Sebenarnya ini terdengar sangat tidak penting, mungkin.

Jadi istirahat pertama beberapa jam yang lalu. Aku dan Lilian baru saja kembali dari mushola selepas menunaikan sholat Dhuha.

Tadi kami baru saja menyelesaikan try  out ujian nasional dimana aku hanya mendapatkan nem 21,8. Sangat jauh dari ekspektasi ku.

Lalu setelah try out berakhir, aku dan Lilian lebih baik melakukan hal yang lebih berfaedah dari pada diam di dalam kelas saat jam kosong yang terletak diantara jam pelajaran ke 4 dan jam istirahat.

Tiba di ambang pintu, pojokan belakang kelas ramai seperti biasa.
Rombongan 'badboy' sedang memainkan kartu mereka serta menyiapkan uang mereka. Mereka berjudi.

Dasar kids jaman now.

Dan ketika aku dan Lilian tiba di ambang pintu, dia, bocah laki-laki yang 'pernah' ku kagumi menoleh ke arah kami yang juga sedang memandang ke arahnya.

Itu tak berlangsung lama, aku langsung berjalan dan mengalihkan pandanganku seakan-akan aku sudah tak peduli lagi dengan kehadirannya.

Aku berjalan menuju bangku ku layaknya wanita cuek dan tak mengenali lagi orang yang pernah ia kagumi.

Aku melanjutkan kegiatan ku dengan memakan bekal yang disiapkan ibu ku tadi pagi.

Tak lama, aku tak sengaja melihatnya melintas di depan papan tulis dan seperti nya ia menyadari pandangan ku.

Lalu aku kembali bersikap bodo amat.

Seusai menghabiskan setengah bekal ku, aku berniat untuk memberikan binder yg Elisa pesan karena aku baru saja melihatnya melintas di depan jendela kelasku.

"Lil, gue mau ngasih binder nya Elisa dulu ya." Aku pun berjalan meninggalkan bangku ku menuju pintu kelas dengan earphone Lilian terpatri di telingaku.

Ketika aku keluar kelas, aku merasakan earphone Lilian tersangkut di gagang pintu.

"Eh, itunya nyangkut." Ujar Arif yang berjalan dari arah kelasnya bersama 'dia' dan Nico.

"Iya gue tau, makasih." Ujarku lugas. Mungkin, nada ku agak sinis.
Ntahlah, mungkin itu karena dia ada disana.

Aku pun berjalan beriringan dengan mereka. Ntah apa gerangan.

Tapi mereka berhenti sejenak seakan-akan mempersilahkan ku untuk berjalan duluan.

Aku ingin menghampiri Elisa yang tengah berdiri di depan toilet wanita dengan teman-teman kelasnya, "Elisa!" Seru ku dari seberangnya.

"Apa?!" Teriak nya. Aku memperlihatkan kantong plastik berwarna ungu yang ku genggam sedari tadi.

Aku menghampiri nya, "kan gue bilang ntar aja pas les." Ujarnya.

"Yah udah gue bawa sekarang." Ujarku.

"Yaudah, ntar gue ke kelas lu, gue pengen ke kantin dulu." Ujarnya.

Aku mendengar suara langkah kaki serta suara seorang bocah laki-laki yang tak asing dari belakangku.

"Gue ikut lu deh ke kantin!" Ujar ku.
Kami pun berjalan menuju tangga lalu Elisa menoleh ke belakang, ia memanggil teman sekelasnya itu lalu menoleh ke arahku.

How's Your Day Going?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang