Bagian 1

1.4K 29 0
                                    

Waktu menunjukan pukul 14:20 Terlihat seorang gadis tengan berjalan tergesa memasuki rumahnya, tangannya ia kepal kuat-kuat walau terlihat darah mengucur dari telapak tangannya. Wajahnya yg Lusuh penuh dengan airmata, Rambut lepek, Seragam yang lengket dengan noda jus menghiasi seragam putihnya serta rok abunya yang terlihat sobek sampai menampakan paha nya.

Gadis berseragam SMA itu masuk kedalam rumahnya, saat diruang utama ia melihat sang ibunda sedang berkutik dengan laptop dan berkasnya, Gadis bernametag 'Aliyah Noura Darwin' itu tersenyum kecut "Kerjaan terus yang diurus, anak sendiri acak acakan begini" Batinnya. Lalu gadis yang disapa Aliyah itu lanjut berteriak "Bi... Bibi... "Ibundanya menoleh kala itu "Sayang, kamu udah pulang nak? " Tanyanya dengan tiada rasa bersalah.
Aliyah hanya medelik tanpa menjawab "Bi, Bibi dimana? " Teriaknya lagi mencari keberadaan asisten rumah tangga dirumahnya itu "Iya neng, ada apa? Maaf tadi bibi lagi masak neng " Muncullah Bi inah Asisten rumah tangganya, Aliyah tersenyum hangat pada Bi inah sedetik kemudia Bi Inahnya pun dibuat panik kala melihat penampilan Putri majikannya ini "Masyaallah Neng Al, ini kenapa bajunya? Sampe kotor dan sobek begini? " Tanya Ni inah dengan penuh khawatir. Aliyah tersenyum kecut kala Mamanya menghampiri "Sayang? Kamu kenapa nak? " tanyanya yang tampak diacuhkan oleh Aliyah "Biasa Bi, Al abis dihukum. Terus tadi Al sempet berantem adu mulut gitu disekolah " jawab Aliyah dengan santai "Aliyah! Kamu berantem lagi? " sentak sang Mama, Aliyah hanya acuh "Aliyah!!!" Kali ini bentakan yg telontar dari sang Mama "Kenapa? Mama mau marahin Al? Loh kan Al udah biasa berantem kaya gini, Harusnya Mama ngerti dong bukan maunya dimengerti terus " Jawab Aliyah dengan santai. "Bi, tangan Al juga luka, Bibi bantu Al buat obatin ya " Dan lagilagi Bi inah refleks menarik lengan Aliyah ke arah wastafel untuk mencuci lukanya " Yaallah Neng, kok bisa sampe gini sih? Yaampun Neng-neng, Jangan berantem terus neng Bibi gak mau liat Neng luka gini lagi " gumam Bi inah dengan panik, tangannya lihai mencuci luka dilengan Aliyah, Aliyah sudah menganggap Bi Inah sebagai ibunya karna sudah dari kecil Aliyah diurus oleh Bi inahnya itu disaat kedua orangtuanya sibuk kerja.

"Sayang, tangan kamu luka. Mama bawa kamu ke rumah sakit ya nak" Mamanyapun ikut khawatir, Lagi lagi Aliyah mendelik kala Mamanya memegang lengannya "Luka ditangan Al gak sebanding dengan luka di hati Al, Mah" Ucapnya yang mampu membuat sang Mama terdiam menatapnya sendu "Semarah itu kamu sama Mama nak" gumam sang Mama seraya tertunduk. Aliyah meninggalkan Mamanya dan Bi inah, ia duduk disofa ruang keluarga menunggu Bi inah mengambil kotak obatnya.
"Yang sabar ya Bu, Neng Aliyah pasti akan mengerti lambat laun" Ucap Bi inah menyemangati Mamanya Aliyah, Mama Aliyah hanya mengangguk dan Tersenyum hambar.

"Aws, pelan-pelan Bi " ringisnya saat obat merah menyentuh lukanya, "Bi, biar saya aja yg obatin Al ya " pinta sang Mama, saat Bi inah ingin menyerahkan obat merah pada Mamanya Aliyah Menyela "Gausah, biar Bi inah aja yg obatin, Al mau diobatin sama Bini" tolaknya. Akhirnya tak jadilah Mamanya mengobati Aliyah, kini Mama Aliyah hanya bisa menatap putrinya itu dengan sendu.

Luka  Aliyah sudah diperban, kini Aliyah tengah membuntuti Bi inah menyimpan kotak obat, "Neng istirahat ya, nanti biar Bibi yg bawakan makanan ke kamar" suruh Bi inah yg diangguki oleh Aliyah "Siap Bibi " Barulah Aliyah dapat tertawa lagi, iapun langsung berlari kecil menuju kamarnya dilantai atas.


Aliyah terduduk lemas di belakang pintu, ia menangis? Ya, dia tengah menangis saat ini. Selalu saja begitu ketika ia sudah berbicara dengan Mamanya, dihadapan Mamanya ia bersikap dingin padahal dihatinya ia ingin sekali menangis, namun ia urungkan melihat betapa tak ada artinya dia dihadapan sang Mama. Kini pertahanan nya sudah runtuh, airmatanya sudah tak dapat dibendung lagi, Aliyah begitu mengenaskan saat ini bukan seperti biasa disekolah yg selalu terlihat begitu menakutkan. Jauh dilubuk hatinya ia sangat merindukan Mamanya itu apalagi dengan Papanya yg jarang sekali terlihat dirumah.
Aliyah bangkit lalu mengambil pas foto di nakasnya, ia tersenyum haru kala melihat foto dirinya tengah tertawa bersama dengan Kaka laki-lakinya "Bang, Al kangen" gumamnya dengan lirih.

Hijrahku, Karnamu Dan Atas Ridho-Nya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang