Bagian 2

585 25 0
                                    

     Kini Aliyah tengan dibuat kesal oleh pacar gilanya itu, bagaimana ia tak kesal Athala merengek memintanya untuk pulang bersama, tapi ia tak mau dengan beralasan dia ada urusan pribadi dan tak ingin melibatkan siapapun termasuk Athlanya, padahal itu hanyalah Alibi semata agar Aliyah dapat terbebas dari Athala. Entah, rasanya ia minder berdampingan dengan Athala yang jelas sekali dari keluarga terpandang itu, dibanding dengan dirinya yang hanya seorang gadis dari keluarga pengusaha biasa. Mengingat betapa baiknya kedua orangtua dan sodara-sodara Athala padanya, Aliyah semakin tidak enak hati jika saja mungkin terjadi dirinya akan dapat bersama dengan Athala esok hari, betapa menanggung malunya keluarga Maheswandra ketika tau menantunya ini adalah gadis yang rusak, keji bahkan tak layak ada ditengah keluarga itu. Aliyah semakin yakin bahwan semakin dia bermain jauh dengan Athala maka semakin takut pula ia untuk kehilangannya, karna dilihat dari betapa berharganya Athala untuk hidupnya, tanpa Athala disampingnya bagaimana bisa ia setegar dan merasa ada didunia ini. Jika dulu Papa dan Abangnya lah yang menjadi Hiro disaat ia terjatuh, maka hari ini Athala lah yang dapat menggantikan kedua pria itu ketika mereka begitu ingin pergi darinya. Hanya Athalanya lah yang mampu mengendalikan emosinya, hanya dia yang akan menjadi tempatnya mengadu saat dimana semua orang dengan senang hati berlomba menjatuhkannya walau sibuk ia berdiri tertatih dan selalu saja ada yang mendorongnya hingga ia terjatuh kembali lagi dan lagi. Betapa beruntungnya ia memiliki Athala yang jauh lebih baik darinya, ia malu kadang pada dirinya bahkan untuk berhadapan dengan Athala itu bukanlah bandingannya. Ia jadi ingat kata pepatah jika 'Orang yang baik hanyalah untuk orang yang baik pula' lalu? Apakah pantas ia bersam dengan pria sebaik Athala? Entahlah, biarkan tangan tuhan yang mengaturnya.

"Sayang ayo dong biar aku anter yaa" rajuk Athala padanya, Aliyah menggeleng tegas "Enggak thal, lo balik duluan aja ya, gue ada urusan dulu lagian gue bawa mobil kok, gue gak mau ninggalin mobil gue diparkiran indomart sana ya! " tolaknya dengan tegas Athala menghela nafas frustasi memang susah mebujuk orang kepala Batu. Tapi Al... " dengan cepat Aliyah menyela " Udah ya Thal, gue duluan. Bye.. Mwah " dengan cepat kilat Aliyah mengecup pipi Athala sebelum ia berlari meninggalkan Athala yg masih memanggilnya disana.
"Maafin Aliyah ya Thal. " lirihnya pelan sesaat menatap Athalanya dari jauh, lalu ia masuk kedalam mobilnya dan mengemudikan kearah yang ingin ia tuju, yang pasti bukan rumahnya saat ini.

****

Hari menunjukan pukul 19:45 dan Aliyah barusaja sampai didepan rumahnya, ia berjalan lesu kedalam dan tanpa ia duga sang Papa yang ia bisa tebak tadi belum pulang pun kini sudah ada diruang tengah, Papanya menunggunya? Benarkah? Aliyah tak perduli itu, ia melanjutkan melangkah namun saat ia ingin menaiki anak tangga suara bariton milik Papanya menghentikan langkahnya "Aliyah! Dari mana saja kamu? " tanyanya dengan tegas Aliyah menoleh dengan malas "mainlah" jawabnya dengan ketus "Apa kamu gak tau waktu hah? Pulang sekolah bukannya langsung pulang kerumah ini malah keluyuran gak jelas. Mau jadi apa kamu nanti hah? " sentak sang Papa (Darwin) terdengar ketukan sepatu dengan lantai dari arah tangga Aliyah menoleh dan melihat Mamanya berjalan kearah keributan "Al, kamu udah pulang sayang" Shinta mengelus kepala putrinya itu yang dibalas dengan tatapan dingin dari Aliyah. "Apaansih kalian, kaget ya anaknya baru pulang jam segini? Loh padahal hampir tiap hari Al pulang larut malam, kenapa baru marahnya sekarang Pa? Seharusnya kalian mikir, anak kalian kaya gini itu berkat siapa? Nyontoh siapa? Ngerti dong Pa, Ma bukan maunya dimengerti doang sama anak! " ujar Aliyah dengan datar lalu seperkian menit kemudia ia berlari menuju kamarnya "ALIYAH! Papa belum selesai bicara! " teriakan Darwin sampai ke kamar Aliyah, terdengar juga Shinta yang mencoba menenangkan suaminya itu.

Tak butuh waktu lama Aliyah kembali turun, ia mengenakan baju tanpa lengan seperti tanktop dibalut jaket bomber hitamnya dan celana hotpeans sepaha tak lupa ia cepol asal rambut panjangnya. Darwin menoleh kearah putrinya yg tengah menuruni anak tangga dengan santai padahal barusaja tadi ia tengah dihakimi oleh Papanya, Aliyah bersiul santai sembari memainkan kunci mobilnya "Aliyah, mau kemana lagi kamu? " tanya Darwin saat ini dengan mengahmpiri putrinya itu, Aliyah menyenderkan tubuhnya dipagar tangga "Kenapa? Mau larang Al keluar malem? Iya? Sayangnya mau Papa ijinin Al ataupun enggak sekalipun Al akan tetap pergi keluar! " ucapnya tak terbantahkan "Jangan ngebantah kamu, Masuk kamar sekarang Aliyah!! " sentak Darwin menunjuk kearah atas kamar Aliyah, yang di sentak hanya diam tanpa ekspresi "Pa, jangan terlalu keras sama Aliyah " lerai Shinta, "Sayang, gabaik loh anak gadis keluar malem malem gini, lebih baik kamu diem dirumah berfaedah lagi kamu belajar Al" ucap Shinta mencoba membuat putrinya mengerti, Aliyah tersenyum kecut mencibir " whut?Soerang Aliyah mesti diem dirumah malam ini? Terus belajar? HAHA, apa kata orang Ma, lebih Bagus Al pergi main seru-seruan sama temen Al, dari pada dirumah sumpek, yakan? Bahkan Mama sama Papa aja gak betah dirumah sampai rela ninggalin Al sendiri dirumah sama Bibi. " Sindir Aliyah dengan blakblakan, ia tersenyum hambar melihat kilatan marah dimata Darwin. "ALIYAH! Beraninya kamu lawan orangtua kamu hah! Ayo masuk kamar kamu sekarang!Jangan buat Papa marah sama kamu ya"tunjuk Darwin pada Aliyah, dengan cepat Aliyah menepis tunjukan Darwin padanya "Gak perlu tunjuk-tunjuk Al Pa, Aliyah ini bukan boneka yang seenaknya kalian mainin, semaunya kalian manfaatin.Al ini manusia Pa, Ma anak kalian! Gak bisa apa sedikit aja kalian mengerti Al? Sengaja Al pergi malam ini supaya kalian sadar, supaya Mama dan Papa paham penderitaan seorang Aliyah seperti apa saat ditinggal abangnya dan kurang kasihsayang dari orangtuanya. Agar kalian ngerti sepinya Aliyah ditinggal bang Alfa yang kalian kirim ke Eropa sana, ditambah ketidak adilan kalian terhadap Al anak kalian sendiri. Biar aja kalian ngerasain betapa sepinya hidup tanpa ada kedua anak kalian, seperti Al yang kesepian selama ini. Jadi bisa Papa simpulkan siapa disini yang salah didikan atau yang salah mendidik anak, harusnya Mama sama Papa sadar Al kaya gini nyontoh siapa kalo bukan kalian! Jangan salahin siapapun jika Putri Papa ini rusaknya sudah sejauh ini! " teriakan demi teriakan Aliyah yang begitu lancar mengeluarkan semua uneg-uneg nya yg selama ini ia pendam sendiri.
Aliyah menangis? Yah, kini seluruh pertahananya sudah hancur, ia tak bisa menahannya lagi. Masabodo dengan gengsi besarnya itu, terlalu berat beban hidupnya saat ini hingga tubuh nya kian rapuh tak kuat menopang seluruh pertahan yg selama ini ia bangun susah payah. Ia hanya akan menangis jika kekecewaan dihatinya sudah membludak hingga menguasai jiwanya, tak ada yang tau sisi lain dari seorang Aliyah Noura Darwin si Devil kejam itu.

Hijrahku, Karnamu Dan Atas Ridho-Nya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang