Bagian 4

358 13 0
                                    

-Buatlah airmatamu sebagai Sumber kekuatanmu dalam menghadapi berbagai masalah-

*****

Ketika sudah sampainya dirumah Aliyah bersama sang Ayah turun dari mobil, tak hentinya Aliyah meminta kembali pada Athala namun dengan paksa Darwin membawa putrinya turun dari mobil dan masuk kedalam rumah. "Maafin Papa ya nak, tadi Papa gak sengaja " Darwin menggenggam lengan Aliyah penuh rasa bersalah "Papa harusnya gak boleh kasar sama Athala, harusnya Papa gak biarin mereka ngehajar Athala. Harusnya Papa paham kenapa Aliyah sampai seperti ini ngebela Athala! Karna dia, dan karna tementemen Aliyah gak kesepian, Pah! Papa udah jahat sama Al, kenapa Papa harus jahatin mereka jugaa, jika Papa benci atau marah sama Aliyah Papa boleh hukum Al sepuas Papa. Hikss tapi jangan sama mereka Pah.. Hiksss" Aliyah menepis genggaman Papanya, airmatanya jatuh beribu kali tak mau berhenti walau sang empunya menyeka berkali-kali. "Aliyah benci sama Papa! Aliyah gak mau ketemu sama Papa lagi, gak peduli Aliyah mau dikirim kepesantren kek ke penjara kek atau kemanalah itu, karna Al udah gak peduli lagi sama diri Aliyah yang udah sepi tambah kesepian lagi! Aliyah gaakan pernah lupa sama Papa yang udah renggut Bang Alfa dari Al dan sekarang Papa udah jauhin Athala dari Al. Aliyah juga gaakan pernah lupa sama rasa sakit dihati Aliyah dan sakit dipunggung sama pipi Aliyah yang untuk pertama kalinya Papa tendang dan tampar Aliyah! " Aliyah mengeluarkan semua yang menjadi rutukan dalam hatinya selama ini, sudah pasti jelas sebagaimana marah dan kecewa nya dia digambarkan dengan ucapan demi ucapan yang ia lantangkan dengan suara tinggi.

"ALIYAH CUKUP! " sentak Darwin, ia tertunduk menyesali "Maaf, maafin Papa sayang" ujarnya dengan lirih "Rasa sakit dihati Aliyah yang ngebuat Al gak pernah bisa nerima kata Maaf dari Mama dan Papa! " Aliyah berlari setelah berteriak didepan sang Ayah.

Aliyah membuka pintu dan tepat saat pintu terbuka nampak Shinta yang menghampiri dengan cemas "Aliyah, kamu kenapa nak? Ada apa ini sayang? Papa apain kamu? " Shinta menyentuh pipi kiri putrinya yang agak sedikit memar bekas tamparan Darwin, dan tanpa babibu Aliyah terdorong untuk memeluk Ibunya itu untuk yang pertama kalinya saat dimana terakhir ia memeluk Shinta saat 4tahun yang lalu. "Aliyah benci Papa! " histerisnya kala sudah dalam dekapan Shinta "Ssttt, gak boleh gitu sayang. Gitu-gitu juga Papa kamu nak " Shinta mencoba membuat putrinya mengerti "Tapi apa pantes Papa ngejatuhin harga diri putrinya didepan umum? Apa harus Papa main tangan sama Aliyah, Mah? Hiks " Aliyah kembali menangis dalam dekapan Ibunya.

Darwin berdiri dibelakang Aliyah yang justru ia berhadapan dengan Sang istri, Shinta menatap tajam dirinya yang membuat Darwin menunduk lirih. "Aliyah, maafin Papa nak " Darwin mendekat namun Aliyah menghindar "Papa harus kirim kamu ke pesantren, percaya sama Papa ini demi kebaikanmu, Papa sayang kamu makanya Papa ingin Putri Papa ini berubah." Ujarnya seraya menatap Aliyah sendu, yang ditatap malah balik menatap benci dan kesal. "Mah, bilang sama Tuan Darwin Aliyah nggak mau masuk pesantren! Aliyah masih punya otak buat berubah, Mah" Ucapnya pada sang Ibu sengaja dengan nada tinggi "Aliyah coba buat ngertiin Papa nak " Lirih Darwin "Aliyah capek Pah, Aliyah capek ngertiin Papa sama Mama terus, Aliyah juga pengen dimengerti sama kalian. Aliyah juga pengen kaya anak lain punya keluarga lengkap yang selalu ada dirumah" Ujarnya lirih disertai airmata yang terus terjun membasahi pipi manis Aliyah "Orangtua yang tulus gaakan pernah mau berpisah walau sedetik dengan anak-anak nya atau membuat jarak diantara mereka, seperti yang Papa lakuin pada Bang Alfa sama Aliyah! " Aliyah berlari menuju kamarnya, Darwin tertgun mendengar ucapan Putri nya itu, sedangkan Shinta mengikuti Aliyah menuju kamarnya.

*****

Setengah jam berlalu, Shinta keluar dari kamar putrinya setelah memastikan Aliyah sudah tertidur pulas, Tadi setelah menangis hebat Aliyah langsung tertidur ditemani Sang Ibunda. Shinta menghampiri suaminya diruang utama yang tengah terduduk disofa "Mana Aliyah, Mah?" tanya Darwin saat Shinta duduk disampingnya "Dia udah tidur, Pah" jawab Shinta seraya membereskan tas sekolah Aliyah yang dilempar tadi saat datang. "Pah, apa kamu gak terlalu kasar sama dia? Dia masih kecil masih labil pemikirannya. Kasian Pah kalo Aliyah jauh dari kita nanti, gak ada yang jagain dan mantau diaa Pah" ujar Shinta mencoba membujuk suaminya agar tak memasukan Aliyah ke pesantren. "Ini udah jadi keputusan Papa Mah, sekali-kali dia perlu dikasih hukuman agar nantinya dia gak kelewat jauh kaya Alfa. " tegas Darwin "Tapi Aliyah kan ingin sekali ketemu abangnya, tapi Papa malah kirim dia ke pesantren disaat Alfa pulang. Apa gak dikasih kesempatan dulu Aliyahnya, Pah? " Shinta terus membujuk suaminya itu, namun nihil Darwin tetap kekeh dengan keputusan nya "Papa ke kantor ya Mah, ada meeting hari ini. Assalamualaikum " Darwin berlalu meninggalkan Shinta yang menggelengkan kepalanya "Keras kepala! Pantes anakanaknya pada nurun ke dia " Umpat Shinta yang kelewat kesal pada suaminya itu.

*-*-*-*-

P

agi harinya Aliyah termenung dibalkon kamarnya, menatap kosong langit yang mendung tangannya mencekal pemegang koper dorongnya. Ia tampak agak rapih, ia memakai sweater putih panjang dan tertutup dibalut rok span hitam tak ketinggalan hijab yang tertempel di belakang punggung nya. Fikirannya melayang kepada Athala, tadi ia menghubungi Reno untuk memastikan keadaan Athala dan berniat untuk pamitan lewat Reno, Aliyah semakin tak enak kala mengetahui Athala mengamuk meminta bertemu dengannya setelah Reno memberitahu Athala persoalan dirinya akan dimasukan Pesantren. Sebenarnya Athala mengijinkan karna itu hak Aliyah dan Orangtuanya tapi ia hanya ingin satu, yaitu bertemu dengan Aliyahnya untuk sebuah perpisahan yang sudah siap menebarkan virus Rindunya pada sang Kekasih. Aliyah sempat sedih kala tau Athala menangis memohon pada Ayahnya untuk menemuinya namun tidak dibolehkan, hatinya terenyuh saat Athala berdebat demi dirinya hingga tak ia sadari kini airmatanya kembali jatuh membasahi pipinya dan segera ia menyekanya "Gue bisa, inget kata Thala gue pasti bisa! Seorang Aliyah si Queen of Devil gaakan pernah takut apapun! " Aliyah menganggukan kepalanya siap. Lalu, ia mendorong kopernya kedalam ia mematut diri dicermin dan segera memasang hijabnya menutupi rambut pirang nya dengan asal cantel namun terlihat Rapih untuk seorang pemula seperti dirinya. "Siapa lo?" Aliyah menatap pantulan dirinya dicermin dengan tajam.

Seseorang mengetuk pintu kamarnya, lalu masuk kala Aliyah menyuruhnya masuk. Shinta masuk kedalam kamar putrinya "Kapan Aliyah berangkat? " tanya Aliyah to the point seraya menatap Sang Ibu dipantulan cermin dan saat itu Shinta sedang merapihkan keperluan Aliyah "Dua jam lagi kata Papa" jawab Shinta seraya menatap gadis nakalnya itu dengan nanar, terdengar hembusan nafas panjang dari Aliyah "Mama nangis? " tanyanya saat sudah berhadapan dengan Shinta "Enggak kok sayang " elak Shinta ia mencoba tersenyum dihadapan putrinya itu padahal sudah nampak airmata jatuh dipipinya, Aliyah tau dan sangat paham. Ia memeluk Ibunya itu ada perasaan kuat yang mendorongnya untuk melakukan hal itu, walau begitu Aliyah masih memiliki hati untuk wanita paling berjasa yang sudah Rela berkorban demi hidupnya "Aliyah tau Mama sedih, tapi Al gak mau tau saat Al disana Mama harus selalu tersenyum buat Aliyah, Oke? " Aliyah tersenyum hangat untuk yang pertama kalinya bagi Shinta "Hahaha oke sayang" Shinta mendekap kembali Aliyahnya itu.

*-*-*-*



Bersambung... 😂😂✌
Votment🙏❤ See u next part😊😘

Hijrahku, Karnamu Dan Atas Ridho-Nya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang