5. Hujan

50 7 17
                                    

Di belakang Yonna dan Nero mengikuti Dhevin dan Lea.

Sepanjang jalan Lea dan Dhevin hanya diam. Lea ingin sesekali mengajak Dhevin ngobrol tetapi tidak ada topik yang harus di bicarakan.

Dhevin pokus ke jalanan, dengan rintik-rintik hujan sedikit demi sedikit air membasahi bajunya.

Lea sangat kedinginan. Dengan turunya hujan ini, Lea butuh jaket yang bisa menghangati badannya saat itu juga.

Tak lama tiba tiba Dhevin memanggil Lea.
"Lea."

"Iya?"

"Lo kedinginan?"  Dhevin seakan akan bertanya, setelah melihat Lea di kaca spion yang memeluk badannya sendiri.

"Engga," jawabnya, dengan suara layaknya orang yang kedinginan.

Dhevin tidak mempedulikannya, ia malah sengaja menaikan lagi kecepatannya.

Yonna dan Nero yang dibelakang mereka kewalahan mengejar Dhevin saking ngebutnya, jalanan sangat licin karna hujan yang sedikit demi sedikit membasahinya.

"Gila si, Lea di ajak ngebut masa. Gapunya otak atau apa si tu anak ngejalanin motor, udah ngerasa adeknya rosi dah." Gerutu Yonna

"Lo ngomelnya kedia, jangan ke gue." balas Nero

"Gue khawatir, ini jalan licin mana ujan lagi, ini aja kecepatan normal dingin apalagi itu yang ngebut."

"Oh ini kecepatan normal ya, yaudah gue cepetin." Umpat Nero

"Gue gibeng palalo."

Nero kehilangan jejak Dhevin dan Lea, merekapun tidak lagi bersama. Nero mengantarkan Yonna kerumahnya yang jaraknya tidak jauh dari rumah Lea.

Lea takut jika di ajak ngebut-ngebutan. Ia hanya bisa memejamkan matanya.

"Dhev jangan ngebut, please gue takut." Lea memegang baju Dhevin begitu erat dan matanya masih terpejam.

Dhevin terkekeh melihat ekspresinya di kaca spion.

Kini Dhevin menurunkan kecepatan motornya, dan Lea kini membuka matanya.

Lea terlihat lega akhirnya Dhevin menjalankan motornya dengan normal.

Diperjalanan mulai hening kembali, tetapi seketika Lea mencairkan suasana lagi dan bertanya tanya kepada Dhevin untuk lebih mengenal lagi dirinya.

"Dhev lo pindahan sekolah mana?"

"Sma 48."

"Kenapa lo pindah sekolah, kan sekolah itu bagus"

Dhevin terlihat sangat malas, mengingat sekolah nya dulu. Ekspresi Dhevin berubah seketika.

"Gausah di bahas."

"Hm, kenapa?"

"Rumah lo dimana?" tanya Dhevin seakan-akan mengalihkan pembicaraan.

"Itu di depan belok kiri, ke kanan, lurus, muter lagi, belok kanan, ada blok atas di ujung terus.."

"Udah selesai?" ujar Dhevin

"Udah." suara Lea terdengar ngos-ngosan padahal dia hanya duduk di atas motor.

Dhevin hanya tertawa sedikit.

Di ujung jalan sana terlihat pertigaan.
Dhevin fokus ke depan dan menjalankan motornya dengan hati hati.

Lea menengok ke belakang, memastikan Yonna dan Nero tetapi mereka berdua tidak ada.

"Dhev, Yonna dan Nero ga ada di belakang, kayanya mereka jalannya ketinggalan jauh deh."

FOR HIMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang