The Day We Met Again

2.8K 221 31
                                    

Beautiful Days
Cast : TaeTee, Bass
Story © Araelf
.
.

Pintu utama rumah mewah itu terbuka. Seorang pria dengan paras tampan tanpa cacat nya melangkah masuk diiringi belasan maid yang membungkuk hormat padanya.

Dengan wajah yang terlihat datar tapi tidak menghilangkan keangkuhannya, dia berjalan melewati mereka semua. Terus melangkah hingga mata sehitam langit malam nya melihat sosok ssseorang yang sangat dirindukannya sedang duduk disofa. Dengan mata yang terfokus pada layar datar didepannya yang menampilkan objek-objek bergerak saling menyerang dan tangannya sibuk menekan berbagai tombol di stick game nya. Sepertinya dia terlalu sibuk bermain game hingga tidak menyadari keberadaannya.

Tae tersenyum tipis. Dia terlihat semakin tampan saat tersenyum, menciptakan kesan hangat. Seolah Tae Darvid yang dingin dan angkuh tidak pernah ada.

Itu hal yang wajar bagi orang-orang yang sudah mengenal Tae. Dia hanya akan berbuah menjadi hangat seperti ini dihadapan satu orang. Seseorang yang selalu menemani hari-hari Tae yang monoton dan membosankan, membuatnya menjadi penuh warna. Satu-satu nya orang yang berada dihatinya sekarang. Dan dia adalah ー

"Ekhem!"

Suara deheman Tae yang sengaja diperkeras itu sukses mengalihkan perhatiannya. Bisa Tae lihat mata bulat itu membulat lucu saat menyadari kehadirannya. Dengan senyum terkembang dan tanpa peduli dengan stick game yang dia lempar entah kemana, dia berlari menerjang Tae. Memeluk tubuh kekar itu dengan erat untuk melepas rasa rindunya.

"Daddy."

ーanak kesayangannya.
Tangan besar Tae mengangkat tubuh mungil anaknya untuk dia gendong, ditatapnya wajah manis putra nya. Betapa dia sangat merindukan wajah dan senyum manis ini.

Mereka sudah lima hari tidak bertemu karena tugas Tae sebagai seorang Direktur mengharuskannya untuk berkali-kali pergi ke luar kota untuk mengurus cabang perusahaannya yang ada disana. Membuat mereka tidak bisa menghabiskan waktu berdua seperti ayah dan anak lainnya.

"Miss me?"

"Tentu saja. Bass sangat kesepian saat Daddy pergi. Tidak ada yang bisa Bass ajak main." Bocah manis bernama Bass itu mempoutkan bibirnya, tangan mungilnya memainkan kancing kemeja yang dikenakan Tae.

"Oh, jadi Bass hanya rindu bermain dengan Daddy? Bukan rindu dengan Daddy."
Tae mengalihkan pandangannya dari Bass. Sedang pura-pura ngambek ceritanya. Dia memang rindu anak manisnya ini, tapi dia juga rindu menjahili Bass.

Lihat kan?
Belum apa-apa tapi Bass sudah gelagapan sendiri. Dia mengibaskan kedua tangannya didepan wajah Tae.

"Bukan begitu, Daddy. Bass benar-benar rindu Daddy. Serius." Ucapnya sambil mengangkat jari telunjuk dan tengahnya membentu randa 'peace', menunjukkan pada Daddy nya ini bahwa dia benar-benar serius. "Rindu bermain dengan Daddy juga sih." Gumam Bass sambil menatap memelas pada ayahnya. "Selama Daddy pergi Bass selalu main sendiri. Para maid sibuk dengan pekerjaan masing-masing, mereka tidak punya waktu untuk bermain."

Helaan napas keluar dari mulut Tae. Mata hitamnya menatap sendu pada Bass yang sedang menundukkan kepala dan menggigit bibir bawahnya.
Tae tau anaknya ini kesepian. Dia tidak punya teman untuk diajak bermain ataupun berbagi cerita menarik. Dia juga tidak punya Kakek dan Nenek untuk tempat merengek, karena mereka sudah lama meninggal bahkan sebelum Bass lahir. Bass hanya punya Tae, ayahnya dan satu-satunya keluarga yang dia punya.

Ibu??
Ibunya sudah lama mati. Itu yang selalu Tae katakan pada Bass saat anaknya itu bertanya.

Tae tidak bohong. Ibu Bass memang sudah mati bagi Tae setelah dia meninggalkan Bass yang masih begitu kecil hanya untuk bersama dengan kekasihnya.
Tae tidak peduli sama sekali dengan itu. Toh, mereka menikah juga terpaksa karena dijodohkan oleh orang tua masing-masing. Malahan Tae merasa sangat bersyukur wanita itu pergi dari hidup mereka.

Beautiful Days (TaeTee)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang