Sand Castle

1.6K 192 18
                                    

Beautiful Days
TaeTee
By
Araelf
.
.

Ting Tong!

"Biar aku saja yang buka."

Tae mengalah. Percuma saja mengharapkan mereka berdua, mereka itu keras kepala jadi tidak akan mau mengalah. Apalagi bunyi bel itu juga semakin sering, membuat telinga sakit saja.

Pria tampan itu melangkah ke pintu depan dengan malas, setelah sebelumnya membersihkan tepung yang ada diwajah dan bajunya. Walaupun tidak sepenuhnya bersih tapi setidaknya sudah termasuk dalam kategori layak untuk dilihat. Dan saat pintu itu terbuka, Tae mendapati seorang wanita cantik sedang berdiri disana menatapnya dengan pandangan terkejut dan Tae balas menatapnya dengan datar.

Dia tau siapa wanita ini.

"Ada apa?" Tae bertanya dengan nada datar khasnya. Dia menyandarkan badannya di pintu dan bersedekap dada tanpa mau repot-repot mempersilahkan tamu tak diundangnya itu masuk.

"Apa Tee ada?" Wanita cantik itu bertanya dengan gugup apalagi saat mata kelam Tae terus terarah tajam padanya. Membuatnya tidak nyaman.

"Ada urusan apa kau dengannya?"

"Aku...."

"Hi, Pring. Ada apa kemari?" Dan suara Tee yang tiba-tiba itu membuat Pring tersenyum manis, sedangkan Tae malah mendengus kesal.

Pria itu kini sudah berdiri didekat Tae, wajahnya pun sudah tidak terdapat bekas tepung lagi. Tapi Tae tidak melihat anaknya bersama Tee, mungkin dia masih ada didapur.

"Aku hanya ingin mengantarkan makanan ini untukmu." Ucap Pring dengan senyum manisnya sambil mengangkat tangan kanannya yang terdapat rantang makanan disana. Dia baru saja akan melangkah masuk menghampiri Tee tapi Tae menghalangi jalannya dan mengambil rantang itu dari tangannya.

"Biar aku saja yang membawanya." Tae berucap dengan nada datar.

Tapi walaupun berkata begitu, Tae masih tetap dengan posisinya yang berdiri didekat pintu menjadi penghalang diantara Tee dan Pring. Tanpa berniat untuk beranjak sedikitpun dari sana.

Entah kenapa dia selalu tidak suka saat wanita ini bersama dengan Tee. Dia selalu berusaha mendekati Tee saat mereka SMA, meminta Tee mengajarkan padanya pelajaran yang tidak dia mengerti, dan akan selalu tersenyum saat berbicara dengan Tee. Jelas sekali bahwa dia menyukainya. Walaupun Tee tidak sadar tapi Tae tau. Dan dia tidak suka itu.

Hatinya menjadi tidak tenang, kadang terasa panas dan tidak suka saat Pring datang dan mengganggu waktunya dan Tee.
Tae tidak mengerti kenapa. Mungkin karena Tee yang meninggalkannya sendiri untuk berbicara dengan Pring? Tapi kan pada akhirnya Tee juga akan selalu kembali padanya. Lalu kenapa?

Dulu pemikiran itulah yang selalu hadir dibenaknya. Tapi Tae tidak pernah sekalipun menemukan jawabannya sekeras apapun dia mencari. Dan sekarang perasaan tak suka yang lagi-lagi datang itu kembali memunculkan pertanyaan yang sama.

Kenapa?

"Kau tidak perlu repot-repot." Ucap Tee tak enak. Tapi dalam hati sebenarnya dia bersyukur Pring datang membawa makanan karena pancake yang akan Tee buat tadi sudah hancur berantakan. Sama berantakannya dengan dapur miliknya.
Well, berterima kasihlah pada Tuan Tae Darvid yang terhormat.

"Ini tidak repot sama sekali."

Tae mendengus keras saat dua orang didepannya ini saling mengumbar senyum.

Merasa tidak ada gunanya dia berada lebih lama disana, Tae akhirnya memilih melangkah masuk. Meninggalkan dua orang itu disana. Terserah apa yang akan mereka lakukan, Tae tidak peduli.

Beautiful Days (TaeTee)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang