.
Will we meet again like that day?
Will we be able to become a good memory with just the reason of fate?Will it come again? The person I miss
The love I long for earnestly in my heart.
.
.
."Tae."
"Tee."
Mata bulat Bass memperhatikan pada dua orang pria dewasa yang sedang saling menatap dengan pandangan ingin tau khas anak kecilnya.
"Apa kalian saling kenal?"
Pertanyaan polos itu membuat dua orang dewasa itu kembali kedunia nyata.
Tee hanya tersenyum kikuk, dia tau harus mengatakan apa karena -sumpah situasi ini benar-benar canggung menurutnya. Sedangkan Tae hampir sama kikuknya, dia hanya bias tersenyum aneh pada anaknya itu tanpa ada satupun jawaban yang terlontar.
Apakah bertemu dengan teman lama bisa secanggung ini?
Padahal dulu mereka sangat akrab.Bass mempoutkan bibirnya, pipinya terkembung lucu. Dia sedang kesal karena tidak mendapatkan jawaban yang diinginkan.
"Tee." Ujung baju kaos Tee kembali ditariknya. "Apa kau kenal Daddy ku?"
Tee mengangguk tapi wajahnya terlihat sedikit ragu. "Kami teman satu sekolah."
Ada kilatan aneh dimata Tae saat Tee mengatakan itu. Tapi Tee tidak melihatnya karena dia selalu saja menunduk memperhatikan Bass tanpa mau menatap Tae lagi. Dia masih tidak sanggup menatap mata hitam itu, takut rasa yang selama ini coba dia pendam akan muncul kembali ke permukaan.
"Jangan-jangan teman yang Daddy ceritakan itu Tee."
Perkataan Bass itu mau tidak mau membuat Tee harus melirik Tae lewat ekor matanya. Dia jadi penasaran dengan siapa yang Tae maksud. Ditambah dengan gelagat aneh Tae yang mengindari tatapannya, membuatnya menjadi semakin penasaran.
"Memangnya apa yang daddy katakan?"
Karena bertanya pada Tae sepertinya percuma -Tee juga tidak akan berani, jadi dia bertanya pada Bass saja. Anak kecil itu kan biasanya selalu jujur dan tidak pernah berbohong.
"Daddy bilang dulu dia punya teman yang baik. Wajahnya manis tapi kelakuannya lebih mirip bocah."
Tee berdecak, bagaimana bisa Tae mengatakan kata-kata seperti itu pada anak kecil, anaknya sendiri malahan. Kalau suatu saat Bass juga suka mengata-ngatai orang bagaimana?
Tapi sepertinya itu memang Tee. Satu-satunya teman yang Tae punya itu ya Tee, apalagi ditambah dengan kata-kata 'mirip bocah', dugaannya jadi tambah kuat.
"Lalu apa lagi?"
Jari telunjuk Bass menempuk-nepuk dagu, bibirnya terpout dan keningnya berkerut -ini pose berpikir ala Bass.
"Daddy bilang temannya itu sangat manja, dia selalu merengek seperti anak kecil, dia itu lebih muda dari Daddy tapi tidak pernah memanggilnya Phi. Ah satu lagi, dia itu suka bertindak semaunya."
Tee meringis, ini memang dia. Tapi kenapa Tae hanya kelakuan buruknya saja, Tee kan juga punya sifat manis seperti... apa ya? Dia juga tidak tau. Hehehe.
"Tapi walaupun begitu Daddy bilang dia tetap sayang."
Kata-kata terakhir yang diucapkan Bass sukses membuat wajah kedua orang dewasa didekatnya itu tersentak dengan wajah bersemu merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Days (TaeTee)
FanficTee memang berharap dia bisa bertemu dengan Tae tapi tidak secepat ini. Apa yang akan kau lakukan jika kau bertemu kembali dengan cinta pertamamu yang hancur? Pair : TaeTee Bass