Ina dan Ambar berjalan menyusuri koridor, setumpuk buku yang dibawa mereka membuat mereka sedikit susah berjalan. "Kamu tau dari mana ada acara bazar ?"
Tanya Ambar.
"Kemaren waktu aku ditinggal sama kamu, aku ketemu Riko. Dan dia yang bilang." Jelas Ina."Kamu ketemu kak Riko ? Terus sejak kapan kamu panggil dia 'Riko'?" Ambar penasaran plus curiga.
"Sebenarnya... maaf ya Am, sebenarnya kemaren aku pulang di anterin Riko. Maaaaaaf bangeeeeeet..."
sesal Ina, dia menggigit bibir melihat ekspresi Ambar seperti kena serangan jantung."A-apa ? Kamu..."
"Hai Inaaa..." sapa Riko.
Dua gadis itu menengok, mereka baru sadar kalo mereka sudah di depan markas OSIS. Riko menghampiri mereka, mengambil buku yg di bawa mereka.
"Makasih ya, sudah mau berpartisipasi," kata cowo berkulit hitam manis lebih untuk Ina.
Tidak lama Azka menghampiri mereka. "Hai semua..." sapanya
Wajah Ina langsung memerah. Azka melihat Ina seksama, alisnya mengkerut. Sepertinya dia pernah melihat gadis ini, lalu dia menyadari nya.
"Kamu... kamu tuh yang kemaren di anter Riko kan ? Siapa tuh namanya ?"
Azka menatap Ina sangat dekat, sehingga Ina mundur selangkah tanpa dia sadari."Indi Agustina, namanya. Masa baru kemaren lupa," ujar Riko.
"Oh iya... panggil Indi atau Ina kan ? Hai Ina... nice to meet you." Godanya, dia melirik Riko yang menatapnya tajam. Azka tersenyum geli.
"Hai juga..." Ina berusaha tenang didepan cowo idamannya.
"Buku itu..." Lanjut Azka.
"Oh iya ini kak, kami mau nyumbangin buku buku ini."
Azka melihat Ambar dan tersenyum sopan.
"Azka kurniawan." ujarnya memperkenalkan diri."Ambar purnamasari, panggil aja Ambar." Sebelum Azka melanjutkan obrolan mereka, Riko menyelanya
"Lebih baik kamu bantu aku bawa buku-buku ini. Malah keasyikan ngobrol," gerutu Riko.
"Oh iya, maaf lupa."Azka mengambil sebagian tumpukan buku dari Riko.
"Kak kita masuk kelas ya..." ujar Ambar.
"Ya ya... semoga ketemu lagi ya..." kata Riko yang sibuk menghitung bukunya.
Ina dan Ambar baru membalikkan badan, Riko memanggil Ina.
"Ina..."
"Ya ?"
"Pulang nanti aku antar lagi ya...? Bareng Ambar juga..."
Ina bingung harus jawab apa. Melihat reaksi Ambar yang sepertinya tidak begitu senang, tapi setelah dipikir mereka akan pulang bertiga. Jadi dia mengiyakan.
"Boleh." Ina melirik Ambar yang memelototi nya, aduuuuuh.
"Sip..." Riko tersenyum lebar.
Selepas kakak kelas mereka masuk ke ruangan dengan pintu bercat coklat tua senada dengan warna bingkai jendela yang berderet disebelah kiri pintu, Ina dan Ambar kembali menuju kelas mereka.
Sejak tadi Ambar tidak bicara satu kata pun pada Ina. Dia kecewa dengan Ina yang kemarin pulang bersama Riko, dan sekarang ? Ina menerima ajakan pulang bareng dengan Riko lagi ? Arghh sungguh Ambar sangat kesal memikirkan nya."Ambar, ngomong dong..." bujuk Ina.
Tapi Ambar tidak menghiraukannya, dia hanya memainkan ponsel. Pura-pura tidak mendengar teman sejak SMA nya itu.
"Aku dan Riko ngga ada apa-apa. Aku mau pulang bareng dia karena ada kamu, dan aku berniat deketin kamu sama Riko." Jelas Ina,
"lagi pula aku sukanya sama Azka kok," lanjut Ina bernada pelan, sangat sangat pelan.
"Jadi jangan berlarut larut dong marahnya."
Ambar menghela nafas, dia juga tidak tega dengan Ina."Baiklah, aku ngga marah lagi."
"Kamu bilang, kamu suka sama Azka ? Kamu tau Azka sukanya sama orang lain ?
Tanya Ambar menatap lurus lurus temannya, Ina menggelengkan kepala."Ngga. Memangnya Azka naksir sama seseorang ? Siapa ?" Rasa kecewa dan penasaran terdengar jelas dari seorang pengagum rahasia.
"Kamu ngga tau ? Ya ampun... hampir seluruh sekolah ini tuh tau kalau Azka ngejar-ngejar Veronica." Ucap Ambar. Ina hanya mematung, matanya tak berkedip. Seolah dalam kepalanya sedang mencari siapa nama Veronica itu, sepertinya tidak asing.
"Ah..." Ina membuka mulutnya, menyadari sesuatu.
"Kenapa? Ada apa ?" Tanya Ambar, tepat saat itu mereka sudah berada di dalam kelas. Dan duduk di bangku ke tiga, berwarna coklat muda.
"Ngga kok. Aku coba mengingat siapa Veronica itu. Dan kemarin aku bertemu dengannya," dia menunduk, menatap bawah meja dengan lesu.
Ambar menepuk bahu Ina dengan lembut, Ina pun sontak mengalihkan pandangannya ke Ambar yang tengah tersenyum, " sudahlah jangan dipirkan, sebelum janur kuning melengkung. Tak apa jika ditikung." Ambar nyengir dengan memperlihatkan gigi putihnya yang rapi dan menaik turunkan alisnya."Pfft... apaan sih... terus ngga apa apa kalo Riko ditikung ?" Goda Ina, dan sudah memprediksi reaksi Ambar seperti apa. Memberengut, mencubit pipi kanan Ina yang terdapat setitik tahi lahat, "Jangan Riko juga kali..." ujarnya gemas.
"Hahaha... iya deh nggak," tawa Ina sambil mengelus pipi nya.
'sudah ku duga dia akan seperti itu.' komentar Ina dalam hati.Teeet.. teeet...
Bel pertanda masuk pun terdengar di seluruh area sekolah. Jam pelajaran pertama pun dimulai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dibalik Bayangan
RomanceDua malaikat, ya... Dia menyebut mereka dua malaikat. Karena kebaikan dan perhatian mereka yang besar. Namun suatu waktu, dimana dia harus memilih salah satu dari malaikat tersebut. Di saat Indi mengira cinta lamanya lenyap. Dia mulai ragu dengan c...