Penikmat Senja

31 2 0
                                    


Vara merasa aneh karena Devon tiba-tiba diam. Kira-kira sudah dua puluh menit yang lalu suasana di dalam mobil itu seperti sangat dingin. Hanya lantunan lagu-lagu kesukaan Devon yang terputar di tape mobil SUV yang berplat nomor Bali itu. Tidak tahan, Vara akhirnya angkat bicara.

"Dev, kok diem begitu?"

"Kenapa?"

"Ya aneh aja kalau kamu begitu."

"Yaudah, biar nggak aneh aku harus gimana?"

Vara cemberut. Devon yang tadinya diam dan mendadak cuek langsung berubah menjadi gemas tak karuan kepada Vara.

"Ishh! Sudah. Sudah. Jangan bikin gemes. Dramanya jadi gagal."

"Ha? Drama apa? Drama Korea? Drama horror? Drama percintaan? Drama.."

"Yang jelas kalau cintaku ke kamu itu bukan Drama. Itu realita."

Diam. Terbang. Seperti itu lah yang dirasakan Vara.

"Sudah?"

"Apanya?"

"Tidak. Tidak apa-apa."

"Oke deh."

Seketika keadaan kembali lagi. Menjadi dingin. Vara merasa ada yang terjadi pada Devon. Tapi akhirnya ia berusaha untuk mencairkan bongkahan es di antara dirinya dan Devon.

"Kita mau kemana ini?"

"Aku kan sudah bilang, mau bikin kamu jadi lebih cantik."

"Boleh jujur tidak?"

"Jujur soal apa? Boleh-boleh saja." Vara meminta waktu sebentar untuk mengatakan sesuatu. Pikiran Devon sudah melayang dan memikirkan berbagai macam hal. Tapi untungnya, jantung Devon masih bekerja seperti biasa.

"Aku ralat. Bukan jujur, tapi mengingatkan. Kamu belum makan. Tadi kan Ayah pesan kamu harus makan dulu."

"Iya, sebelum bikin kamu jadi lebih cantik kita makan dulu. Makasih ya Vara udah mau ingetin Devon."

"Siap ndan! Sama-sama, hehehe."

Setelah usaha Vara berhasil, keadaan kembali normal seperti biasanya. Entah apa yang sebenarnya membuat Devon tiba-tiba berubah dan berbeda. Akhirnya obrolan kegiatan sehari-hari antara kedua sahabat baru itu menemani perjalanan keduanya menuju ke suatu tempat yang indah.

Jalanan sangat macet. Devon mengeluarkan ponselnya dan dengan pelan-pelan ia memasukkan passwordnya untuk membuka locksreen dengan satu tangan.

"Jangan sambil nyetir, Devon. Lebih baik kamu minggir."

"Cuma mau hubungi Ayah kok."

Hening. Beberapa detik.

"Kenapa langsung diam?"

"Mmm... Bukannya Vara mau lancang sama Devon. Kalau Devon tidak keberatan, aku bisa bantu ketikan buat Ayah."

"Good idea. Peka idea. Hahaha! Aku minta tolong ya, bilang kalau masih kejebak macet."

"Bukan Vara kalau tidak peka, hahaha! Oke sebentar."

Mengingat keduanya sedang berada di jalanan yang sangat padat dan berada di wilayah yang ketat akan aturan lalulintas, tentu saja Vara khawatir. Tidak hanya aturan saja, memang di wilayah seperti itu juga cukup berbahaya jika menyetir sambil mengakses ponsel.

"Sudah."

"Dijawab apa?"

"Belum dijawab, Padahal online."

Devara, 2018Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang