Hari ini Devon baru saja pulang dari latihan basket. Sekarang masih pukul 08.30. Ia bergegas mandi dan ganti baju. Menyiapkan diri untuk segala sesuatu yang sudah ia rencanakan sebelumnya. Setelah berganti baju, Devon langsung menyiapkan mobil sport milik Ayah yang berawarna putih itu. Ia sengaja meminta Ayah untuk menggunakan mobilnya. Karena sesuai rencana, Devon akan menyamar menjadi seseorang yang berbeda di hari itu.
Sambil menunggu waktu, Devon menyalakan ponselnya dan menghubungi nomor seseorang. Lama, yang terdengar hanyalah nada sambung. Tapi akhirnya ada yang mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?"
"Za?"
"Yoi. Udah siap, bro. Aman terkendali. Lu kesini sekarang."
"Siap. Wait for me!"
Devon langsung mengambil barang-barang yang perlu ia bawa. Termasuk lembaran-lembaran kertas yang sudah ia siapkan sejak beberapa hari yang lalu. Penampilannya sedikit berbeda. Ia memakai hoodie jumper berwarna biru donker. Setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal, Devon langsung menuju mobil yang terparkir di halaman rumahnya.
Untungnya jalanan hari itu tidak terlalu ramai. Tidak sampai satu jam, Devon sudah sampai di Uniccorn. Ia kembali menghubungi seseorang yang sudah ia telpon beberapa menit yang lalu.
"Udah sampe?"
"Yep. Aman kah?"
"Wait."
Beberapa detik, tidak ada yang berbicara.
"Are you there?"
"Oi! Gimana? Sekarang?"
"Pas banget, bro. Lewat pintu depan. Ke outdoor sebelah kiri. Kalo lu jatuhin di jalan itu, pasti pas banget. Gue yakin, majikan gue nggak bakal pindah tempat kalau lu segera kesini."
"Thanks, Za. Laksanakan!"
Yang Devon ajak bicara adalah Reza. Salah satu pegawai Vara di Uniccorn yang sudah kenal beberapa hari lalu dengan Devon.
Devon langsung mengambil tas dan kertas-kertas yang ia bawa.. Tapi sebelum keluar dari mobil keluaran Mitsubishi itu, ia merapatkan hoodienya. Kertas-kertas yang ia bawa memang sengaja tidak dimasukkan ke dalam tasnya.
***
Vara yang sedari tadi merasa aneh hanya tinggal diam di Uniccorn. Hari ini hari Minggu. Ternyata sebelumnya, Bunda sudah merencanakan reuni kecil-kecilan di kediaman kawan lamanya. Sedangkan Papa ada acara perkawinan sahabat lamanya. Keduanya sudah menawarkan Vara untuk ikut, tapi Vara menolak kedua ajakan orang tuanya. Vara bilang ia hanya ingin beristirahat di rumah saja. Tapi akhirnya ia tidak betah dan bosan di rumah. Akhirnya Vara menelpon Papa jika dirinya ingin ke Uniccorn. Harapannya adalah ada teman yang akan mampir ke sana dan Vara mendapat kemungkinan untuk bisa berjalan-jalan atau sekedar hangout.
Sesampainya di Uniccorn, Vara ragu untuk menghubungi teman-temannya. Akhirnya ia terpikir untuk menelpon Devon. Awalnya Vara yakin. Membuka kontak Devon. Namun ketika ia akan memencet tombol call, perasaan bimbang bin gundah gulana melanda. Vara pun mengurungkan niatnya. Dan sampai sekarang, ia masih menikmati hari yang ia rasa sangat membosankan itu di Uniccorn. Entah sampai kapan.
Tiba-tiba ia mendapati seorang laki-laki bertubuh tinggi yang menggunakan hoodie berwarna gelap. Ia sedikit curiga. Akhirnya, pandangan kedua matanya itu selalu menuju laki-laki yang menurutnya cukup misterius. Laki-laki itu membawa tas yang disampirkan di salah satu bahunya yang sebelah kiri. Tangan kanannya seperti membawa beberapa lembar kertas yang tidak Vara ketahui jumlahnya. Vara seperti pernah merasakan atau pun melihat hal yang sama sebelumnya. Banyak orang yang menyebut hal seperti itu sebagai Deja Vu.