Prolog

14 2 0
                                    

Bersama condong mentari aku berbaring merenung. Menatap awan yang sesekali diam tersenyum. Aku berpikir diantara semua insan, terlihat kilau sebuah permata di tengah tumpukan basal. Seluruh ragaku menyebut serentak namamu. Terkaruniai hati yang penuh lembut menawan. Dengan senyum mu luluhlah setiap yang disebut derita.

Tanpa hadirmu, mawar hanyalah sebuah julukan yang tak tampak mempesona. Bau harum hanyalah sebuah harapan sirna. Rona merah kelopak mekar menjadi hitam kelam. Duri batang yang semakin tajam sengaja melukai semua yang tak berdosa. Ketika kau sapa hati nuraninya, lalu tunduk tersipu sang mawar malu. Ia tumbuhkan kembali segala keindahannya.

Tentangmu sebagai alasan seseorang untuk selalu tersenyum. Dengan rupawan wajahmu, menjadi terkesima setiap pasang mata. Kau adalah yang membuat setiap orang melupakan sengsara. Kau juga adalah apa-apa yang membuat seseorang lupa cara meneteskan air mata. Namun, sangat sulit untuk mempercayai bahwa seseorang itu adalah diriku

Setiap Sore di Seberang JalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang