16

47.9K 1.9K 18
                                    


"Pagi pa."

"Pagi Alana, sudah rapi mau kemana?"

"Hari ini Alana mulai kerja Pa."

Aku mendongak dan terkejut melihat dandanan Alana, ia terlihat sangat cantik dengan blazer hitam yang membalut blus merah mudanya, begitu serasi dengan rok pensil selutut yang dipakainya dan heels bertumit lima centi yang membalut kaki jenjangnya. Rambut panjangnya digelung keatas membentuk cepolan. Penampilannya sangat dewasa berbanding terbalik dengan yang dipakainya sehari-hari, kuakui mataku tak bisa beralih sedikitpun darinya.

Dan yang lebih mengejutkan Alana menarik kursi berhadapan denganku, aku mengernyit dan kemudian paham ia melakukan ini karena papa ada disini. Itu makanya ia sarapan dimeja yang sama denganku, hal yang tak pernah dilakukannya selama ini. Dan ini pertama kalinya kami makan dimeja yang sama.

"Kapan kau melamar pekerjaan? Apa Aras tahu? Lagipula kau baru sembuh Alana, apa tak sebaiknya kau istirahat saja dulu?" cecar papa dan menoleh padaku.

Alana tersenyum dan mengarahkan sendok nasi goreng kemulutnya, "Tak apa-apa pa, saya sudah lebih baik dan rasanya membosankan terkurung dikamar terus, apalagi saya sudah terkurung dirumah ini selama tiga bulan ," Alana melirikku ketika mengucapkan kalimat terakhirnya dan nasi goreng yang kukunyah terasa kesat, susah payah aku menelannya.

"Oh ya dimana kau bekerja?" papa menyesap kopi dicangkirnya dan kembali meletakkannya ditatakan.

Alana membasahi tenggorokannya dengan air putih sebelum menjawab, "Di Brasco Company Pa, dua hari yang lalu saya interview dan semalam mendapat panggilan kerja sebagai salah satu staff marketing." Penjelasan Alana tak hanya mengejutkan papa tapi juga semua yang ada dimeja makan terutama aku.

"Oh ya? Jadi kau bekerja dikantornya Aras?" tanya papa dengan tak bisa menyembunyikan kegembiraannya, "Kenapa tak bilang dari awal, kan Aras bisa menempatkanmu di bagian sekretaris kebetulan posisi itu sedang kosong sekarang, ya kan Ras?" Papa mengalihkan pandangan padaku yang kujawab dengan anggukan antusias.

Giliran Alana yang terkejut, mungkin ia kaget diterima kerja diperusahaanku dan aku sendiri tak mengetahui ia melamar dikantorku, memang aku tahu bagian HRD menerima beberapa karyawan baru tapi tak terlintas sedikitpun Alana salah satunya.

"Alana tidak tahu itu perusahaan Aras pa, Alana mengikuti jalur seharusnya dan diterima setelah melewati proses seleksi sama seperti karyawan lain. Alana tak ingin diterima bekerja karena adanya koneksi, lebih memuaskan rasanya diterima karena kemampuan sendiri." Terang Alana membuat Papa manggut-manggut.

"Ya sudah kalau begitu, selamat bekerja!"

Alana tersenyum dan meneruskan sarapannya, suasana hening dimeja makan yang terdengar hanya dentingan sendok dan garpu yang beradu dengan piring. Alana mengernyit merogoh tasnya, rupanya ponselnya berdering.

"Maaf," ujarnya pada kami semua meminta izin menjawab telpon. "Halo.....ya Beb ada apa?"

Tak hanya aku tapi kurasa papa, mama dan Tania terkejut mendengar sapaan Alana barusan, kami saling pandang dengan pikiran seragam, Alana selingkuh!

"kabarku sangat baik elo gimana?..... terima kasih tawarannya tapi hari ini gue mulai kerja.....oke....oke....bye...mis you to Beb." Alana menutup panggilannya dan memasukkan ponselnya, gerakan tangannya mengangkat gelas terhenti diudara begitu matanya terantuk pada kami,alisnya beradu, "ada apa?"

Forgive me alanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang