Part 4 - Berdamai

62 3 7
                                    

Part 4 - Berdamai

VALIN menatap gedung Rumah Sakit di depannya. Langit malam menjadi background. Angin membelai helai rambut pendeknya. Ia meneguk ludah. Memegang perut dengan erat. Bersama jantung yang berdetak kencang, ia berjalan memasuki Rumah Sakit. Koridor utama lengang. Walaupun ada ketakutan di hati. Valin tetap berjalan, menatap lurus ke depan, pikiran yang semula penuh menjadi kosong.

Entah apa yang membuat Valin yakin akan keputusannya. Hingga ia memutuskan untuk menggugurkan janin di dalam rahim.

Ruang dokter spesialis kandungan semakin dekat. Jantung Valin berdebar-debar tak menentu. Dengan perlahan ia membuka pintu. Posisi dokter yang membelakanginya membuat ia melihat  punggung dokter berjas putih dan rambut panjang dikuncir kuda.

"Permisi," Valin berucap pelan.

"Ya, silakan masuk." Tanpa menoleh ke belakang. Dokter membalas ucapannya.

Valin mengerutkan dahi. Ia seperti mengenal suara dokter itu.

Baru sebuah nama terlintas di otaknya. Dokter lebih dahulu memperlihatkan wajah dengan senyum liciknya.

"Hai, Valin," sapa dokter.

Valin terkejut. Menutup mulut dengan tangan kanannya. Ia tak menyangka di depannya saat itu adalah mantan sahabatnya. Mesya Cornelia. Orang yang telah membuat Valin malam-malam datang ke sana untuk mengaborsi janin di rahim.

"Wah, aku amat terkejut dengan kedatanganmu kemari. Apa kau ingin-- oh, jangan bilang kau hamil Valin. Aku tak menyangka ternyata wanita yang diidamkan banyak pria. Hamil. Di luar. Nikah." Mesya menekan tiga kata terakhir penuh penekanan. Senyum liciknya berganti senyum sarkatis. Membuat Valin geram.

"Apa maksud kau bilang seperti itu? Kau yang membuatku hamil di luar nikah! Kau yang membuat masa depanku hancur! Kau ...." Tiba-tiba air mata Valin jatuh. "Kau yang harus bertanggung jawab atas semua ini," suara Valin nyaring terdengar.

Mesya pura-pura terkejut, "aku yang melakukannya? Kau memang pintar sekali memutar balikkan fakta."

Valin menatap tak percaya mantan sahabatnya. Ia menggeleng pelan. Seperti inikah sifat asli sahabatnya selama ini? Kenapa Valin baru tahu setelah kejadian pemerkosaan yang dialaminya?

"Sya, aku kecewa," ucap Valin bergetar. "Kukira kau sahabat sejatiku. Tapi, kenyataannya, sahabat sejati hanya ada dalam dunia fiksiku saja." Selesai mengatakannya. Valin berlari, meninggalkan Mesya. Air mata semakin deras. Luka di hati kembali terbuka lebar. Valin menepuk dadanya yang sakit. Bukan sakit yang bisa disembuhkan dengan obat. Melainkan sakit yang tak dapat disembuhkan dalam kurun waktu yang lama.

Nafas Valin tak beraturan. Dadanya naik-turun. Pun air mata mengalir deras layaknya rinai hujan membasahi bumi. Valin terbangun seketika. Mengambil posisi duduk. Ia bermimpi buruk. Mimpi yang membuatnya terbangun tengah malam.

Belakangan ini Valin sering bermimpi buruk. Setiap mimpinya selalu ada Mesya. Di mimpinya yang pertama, Mesya menjadi penjual nanas saat dirinya ingin menggugurkan kandungan dengan memakan nanas. Mimpi kedua, Mesya menjadi apoteker saat dirinya membutuhkan pil penggugur. Terakhir, mantan sahabatnya menjadi dokter. Yang sangat Valin benci. Perkataan Mesya kepadanya tak pernah berubah.

Aku tak menyangka ternyata wanita yang diidamkan banyak pria. Hamil. Di luar. Nikah.

Perkataan itulah yang selalu diucapkan Mesya. Mesya seakan bersyukur dengan situasi yang dihadapi Valin. Bahagia di atas penderitaan orang lain. Kalau memang Valin menjadi idaman pria, memang apa urusan Mesya. Lagian yang menjadi incaran bukan Mesya melainkan dirinya.

Iri?

Valin menggeleng pelan. Tak mungkin Mesya iri. Mesya pun cantik. Banyak pria yang menyukainya. Dan mendengar curhatannya sebelum pemerkosaan menimpahnya. Mesya mengatakan kalau ia dijodohkan orangtuanya dengan pria tampan dan kaya raya. Meskipun dia berkeinginan menolak perjodohan itu. Namun tetap saja Mesya beruntung. Jadi tak ada yang perlu diirikan dari sosoknya yang jauh dari kata beruntung.

DAFFODILTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang