Banyak sekali teman saya yang mengeluhkan terkait keputusannya untuk melanjutkan studinya. Mereka yang tidak ikut berpartisipasi dalam kontestasi tes masuk kampus sering mengeluh "banyak banget pilihannya", "males mikirnya", "bingung milihnya", atau "bayarnya mahal". Di part ini harapan saya segala keluhan tersebut berhasil diminimalisasi.
Anyway walaupun saya memang cukup bodoh dalam hal akademis, tapi sejak kecil saya terus melatih diri saya untuk menjadi pribadi yang cerdas, termasuk dalam hal strategi untuk masuk UGM dan UI. Hal-hal yang saya lakukan demi mewujudkannya adalah:
1. Selalu upgrade diri
Mempunyai reputasi besar berarti menuntut standar yang tinggi pula. Sebelum segala sesuatunya terjadi, selalu upgrade diri kita sehingga kita memang layak masuk kampus besar. Upgrading ini harus dilakukan sedini mungkin. Jika pembaca merupakan siswa kelas X, misalnya, maka pada saat kelas X tersebut pembaca harus tingkatkan belajar to the max level.
Ketika saya sudah "terlanjur" memiliki nilai raport yang jelek sehingga menyebabkan saya tidak mungkin mendaftar melalui jalur nilai raport, maka saya harus upgrade diri saya, sehingga saya pantas diterima melalui jalur tes.2. Know yourself
Ini adalah fase yang cukup krusial. Kenali diri kita dahulu sebelum menentukan sikap. Apakah saya benar-benar mau kuliah? Apa saja kelebihan dan kekurangan saya? Dengan kemampuan saya yang seperti ini, seberapa besar probabilitas saya diterima? Apa sebenarnya yang saya kejar? Ilmunya kah? Relasinya kah? Soft skills?3. Survey
Jika fase kedua di atas adalah fase krusial, maka fase ketiga kali ini merupakan fase paling sibuk. Fase ini akan menguji kecocokan antara diri kita, dengan dunia perkuliahan.
Kenali segala sesuatu terkait dunia yang akan kita masuki kelak. Bagaimana gaya hidup di kampus yang saya pilih? Kira-kira jurusan yang cocok dengan saya jurusan apa ya? Materi apa saja yang akan diuji? Apakah saya mampu melewatinya? Bagaimana dengan kotanya, cocok-kah karakter saya dengan kota tersebut? Apakah match? Secara tidak langsung, sebenarnya fase ini berhasil mem-filter pilihan-pilihan yang sebelumnya membuat kita bingung. Jika memang output-nya adalah match, maka seharusnya pilihan yang diambil adalah pilihan yang sesuai dengan kenyamanan kita.
Ketika saya sudah mengetahui materi-materi yang akan diuji dalam tes masuk UGM dan UI, maka saya harus perdalam penguasaan materi tersebut.4. Sekala prioritas
Setelah pilihan-pilihan tersaring, maka akan muncul sekala prioritas. Bentuknya kurang lebih seperti ini:
Saya memilih untuk mendaftar:
• Universitas X dengan jurusan
a. AAA
b. BBB
c. CCC
• Universitas Y dengan jurusan
a. PPP
b. QQQ
c. RRRJika saya diterima di Universitas X dengan jurusan CCC, dan di lain kesempatan saya juga diterima di Universitas Y dengan jurusan PPP, kira-kira sikap apa yang harus diambil?
Fase ini kurang lebih bisa mem-filter keresahan-keresahan yang muncul di awal.5. Money ain't our problem
Keberuntungan saya ini di-support oleh keadaan teman-teman saya yang kurang beruntung. Banyak sekali teman saya yang sangat pintar secara akademis, tapi memilih kampus second tier hanya karena merasa bahwa kampus top tier selalu menuntut mereka membayar SPP yang mahal.
Guys, memang betul belajar di kampus bagus relatif memiliki biaya SPP yang mahal, tapi akan ada banyak sekali beasiswa jika kita berhasil masuk di kampus bagus tersebut. So, upgrade diri saja lah, pikiran jangan terlalu dipusatkan pada rupiah.6. Ibadah
Segala usaha tersebut, selalu diingat bahwa selalu ada Omni power yang bisa saja menghalangi maksud baik kita. Sehebat apapun usaha kita, jika Tuhan berkata tidak, maka sia-sia saja segala usaha tadi. Jadi, jangan lupakan faktor Yang-Maha-Besar. Ibadah harus ditingkatkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rangking 35 di Kelas Bisa Diterima UI dan UGM
NonfiksiBerisi tentang pengalaman saya yang sangat bodoh secara akademis tapi bisa membuat UI dan UGM menerima saya, sehingga saya harus menolak salah satu dari UI atau UGM. Di sini saya akan mencoba memberikan tip dan trik yang mungkin tidak pembaca dapatk...