Siang ini, tidak ada kegiatan berarti yang dilakukan keluarga besar Min. Jihyun menonton televisi dengan siaran komersial milik Jepang bersama Ayah dan Kakeknya, sementara itu wanita beranak satu disana membantu Ibu Yoongi memasak makanan untuk makan siang mereka.
"Dulu aku menginginkan anak perempuan. Kupikir sangat menyenangkan bisa mengajak semua aktivitas yang biasa dilakukan wanita berdua dengan anakku. Seperti saat ini, ada yang menemaniku memasak. Yoongi itu baru kuminta mengaduk sup saja sudah mengeluh, aku sungguh tidak mengerti sebenarnya dia itu mirip siapa. Suamiku saja sangat penurut." Gerutu Yejin, sesekali menegok ke arah ruang televisi memelototi putranya. Rasanya jika boleh dia ingin memasukkan Yoongi lagi ke dalam kandungannya dan menggantinya dengan bayi perempuan.
Itu sungguh tidak mungkin, Nyonya Min.
"Sewaktu kecil, Yoongi itu anak yang pendiam di sekolah. Ibu guru di kelasnya pernah mengeluhkan sikap Yoongi yang saat itu jika ditanya jawabannya hanya 'ya', atau menggeleng. Dia selalu diam seolah tidak peduli dengan lingkungan di sekitarnya, kulihat memang dia tidak terlalu memiliki teman terhitung sampai dia SMA."
Wanita paruh baya itu masih berceloteh, sembari mengiris daun bawang sebelum dimasukkan ke dalam panci mendidih berisi sup seafood.
"Tetapi demi Tuhan... aku bersyukur di kampusnya dia memiliki teman dengan jumlah sedikit-sedikit bertambah. Salah satunya Arata itu, kau sudah menemuinya bukan? Mereka berteman baik. Beberapa kali Arata bermalam di rumah kami, terkadang aku memang suka tak tega dengan anak yang sedang merantau alias anak kos sepertinya."
Berbicara tentang Arata, Jiwon kembali memikirkan bocah lelaki bernama Kano yang rencananya akan diadopsi Min Yoongi.
"Ya, kelihatannya dia juga orang yang ramah." Jawab Jiwon sekenanya, lantas dengan cekatan tangannya mengangkat panci sup panas tersebut ke atas meja makan. Kepulan uap dengan aroma lezat menguar begitu Jiwon membuka tutupnya.
"Begitulah. Ah... aku lupa bertanya pada Yoongi, bagaimana dengan kabarnya, Ji? Apa dia sudah menjadi si bos biro perjalanan? Dulu dia selalu berkoar-koar dengan bahasa Jepangnya tentang keinginannya memiliki bisnis di bidang pariwisata." Nyonya Min yang kini fokus menata dadar gulungnya—menu andalan seperti yang dikatakan Jaesuk—tersenyum kecil mengingat teman Yoongi yang satu itu. Beliau belum tahu?
"Jiwon-ah..." Yejin menoleh saat dirasa tak ada sahutan dari wanita di belakangnya.
"Ya?"
"Ada apa? Apa mungkin Arata tidak jadi si-bos-biro-perjalanan? Oh, atau jangan-jangan dia menjadi si-bos-bisnis-properti? Yang satu itu alternatif Arata jika dirinya gagal membangun bisnis pariwisatanya."
Jiwon tidak tahu apa yang harus ia katakan. Jika Ibu Yoongi sudah mengenal teman pria putranya, setidaknya Yoongi yang memberi tahu. Jiwon takut jika semisalnya urusan ini sengaja dirahasiakan Yoongi.
Wanita dengan surai diikat rendah model kuda itu menggeleng, "Aku tidak ikut ketika mereka berdua berbicara, Eommonim."
Helaan napas diikuti bahunya yang menurun menandakan jika Yejin sedikit kecewa.
"Setidaknya anak itu meneleponku, iya 'kan? Terakhir kudengar dia kembali ke Jepang. Seharusnya dia menyapa orang-yang-menemaninya-bermain-kartu-uno."
Jiwon tertawa kecil melihat kekesalan Yejin yang justru membuat orang-orang di dekatnya merasa nyaman. Wanita ini sangat terbuka pada orang lain, dan tipe orang yang menyenangkan meskipun kau baru pertama kali bertemu dengannya. Dia akan menyambutnya dengan senang hati bersamaan dengan gaya bicaranya yang lucu di telinga orang.
"Hei, semuanya... makanan sudah siap." Teriak Yejin. Jihyun yang pertama kali datang, disusul dengan suaminya.
"Dimana Yoongi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Marriage
FanfictionCerita ini adalah kisah sederhana dalam rumah tangga. Aku tidak mengisahkan pernikahan yang bahagia dalam kehidupan Yoon Gi dan Ji Won, melainkan sebaliknya. Lima tahun mereka hidup dengan status saling terikat, namun bagaimana jadinya jika salah sa...