"Psss, up nih... kaget ngga? kaget dongg!"
—drap, lagi nyemil keripik.
***"Eh Kano, aku mau bertanya." Sela Jihyun dipertengahan durasi permainan mereka. Kano menoleh, tak lama kembali fokus pada televisi berlayar lebar yang tengah menampilkan dua sisi pertandingan balap mobil. Kano cukup baik bermain PS, namun si anak gadis ini jauh lebih baik.
Jangan tanya siapa Jihyun. Dia ini gamers sejati diusianya yang masih tergolong anak ingusan—kalau kata Roseline.
"Kau tidak punya teman di kelas?"
Jihyun melirik pada Kano sekilas, anak itu mengerut yang artinya sedang mencoba mengolah arti dari ucapan kakak perempuan ini.
"Teman, di kelas, kau punya?" Jelas Jihyun sekali. Agak kesal sebenarnya berbicara dengan Kano.
Akhirnya tiga sekon setelah itu, Kano menunjukkan respon lewat gestur tubuh. Ia menggelengkan kepala, yang sontak membuat Jihyun menghentikan permainannya dan meluruskan pandangan pada bocah laki-laki di sebelahnya. "Tidak ada?"
"Ya."
Ini gawat. Jihyun tidak ingin selama sekolah di sana Kano menjadi anak penyendiri seperti anak di kelasnya—yang baru-baru ini kerap kali diejek jelek hanya karena dia memiliki rambut yang sangat keriting. Jihyun tidak ingin Kano mendapatkan perlakuan serupa. Meskipun saat ini Jihyun tidak menemukan kekurangan sedikitpun pada fisik Kano. Dia akui, anak ini manis, seperti stroberi yang menjadi favoritnya.
"Aku punya teman. Namanya Woojo. Dia sering bermain bola saat istirahat. Mungkin kau bisa bergabung." Tawar Jihyun. Entah kenapa gadis ini menjadi sangat cerewet ketika berhadapan dengan Kano atau teman-teman sebayanya.
Bisa saja ini salah satu efek karena Jiwon meninggalkan putrinya terlalu lama dengan Roseline. Entah hal apa yang sudah perempuan itu ajarkan pada anaknya. Jiwon hanya berharap bahwa hal itu baik untuk Jihyun. Bukan tingkah absurd Bibinya.
"Selama ada aku, akan aku pastikan kau tidak punya musuh." Kata seorang Jagoan Neon di sekolah, "Aku pernah pindah kelas hanya karena mengejek orang dengan sebutan: Anak Kambing. Gara-gara itu tidak ada anak yang berani mencari masalah denganku."
Walaupun tidak terlalu detail, tetapi Kano mengerti sedikit apa yang sedang Jihyun katakan. Tidak perlu diceritakan saja, Kano sudah tahu tentang fakta di sekolah kalau ada anak kelas tiga yang menyabet gelar Gadis Tomboy—karena eksistensinya sering terlihat di lapangan bola, bermain dengan anak laki-laki, dan jarang terlihat pergi bersama anak perempuan di kelasnya—bernama Min Jihyun.
"Mau, ya?" Bujuk Jihyun lagi, "Teman-temanku ini menyenangkan. Kau tidak akan bosan di kelas hanya melihat kami bermain di lapangan lewat jendela kelas. Terdengar asyik 'kan?"
Oh, Kano terkejut dengan fakta itu, "Noona tahu dari—"
"Mengintip dari jendela kelas kan? Eiy, mulai sekarang kau harus hati-hati karena aku punya mata di mana-mana."
***
Bisa dibilang sensasinya seperti minum soda gembira. Jenis pelepas dahaga yang terkadang suka membuat orang senyum-senyum sendiri ketika menyeruputnya. Manis. Semriwing. Namun nyatanya, yang sedang Jiwon minum hanya lah secangkir kopi dominan pahit. Bukan minuman yang sedang ia bayangkan tadi.
"Kau tahu, pipimu memerah."
Malu bercampur dengan sensasi menggelitik di dada, Jiwon bisa menebak jika wajahnya terlihat sangat bodoh—sebab ia tidak dapat mengendalikan air mukanya begitu Yoongi menunjukkan sikapnya yang manis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Marriage
FanfictionCerita ini adalah kisah sederhana dalam rumah tangga. Aku tidak mengisahkan pernikahan yang bahagia dalam kehidupan Yoon Gi dan Ji Won, melainkan sebaliknya. Lima tahun mereka hidup dengan status saling terikat, namun bagaimana jadinya jika salah sa...