Cklek.
Rissa menutup pintu kamar. Mendengus beberapa kali. Memaki kesal dirinya sendiri.
Bisa-bisanya ia tadi bersikap manis di hadapan Jun. Oh ya ampun. Kalau bukan karena Dhini, ia takkan seperti itu. Ia bahkan bergidik ngeri mengingat tatapan lelaki itu yang tak pernah lepas darinya.
Bukannya percaya diri atau apa, tapi benar kan tatapan Jun itu menyeramkan?
Rissa berbalik sembari memijat kedua pelipisnya. Saat hendak menuju kasur, langkahnya terhenti. Menatap Dhini yang sekarang berperangai aneh.
Gadis itu menatapinya dengan senyum mengembang di wajahnya. Bahkan mata bulatnya sempat menghilang karena cengiran lebar itu.
Rissa hendak mengabaikannya, namun suara gadis itu kini memenuhi telinganya.
"Huaaaaaaaaaa!"
"Apa aku bermimpi?"
"Jawab aku, Riss! Tadi itu apa?!"
Dhini berseru keras. Menepuk-nepuk wajahnya asal. Menggeleng beberapa kali dan tak percaya dengan apa yang terjadi barusan.
Rissa memandanginya sebal. Namun detik itu juga ia berujar, "Bukankah sudah jelas? Kau pingsan di lift saat bersama Hansol! Lalu Soonyoung menemukan kalian berdua dan Jun lah yang memberimu nafas buatan!"
Butuh waktu beberapa menit bagi Dhini untuk mencernanya. Matanya mengerjap beberapa kali.
"Jadi.. tadi itu sungguhan?" tanyanya
Puk. Rissa melemparinya dua bantal sekaligus. Tepat mengenai wajahnya.
"Iyalah, dasar bodoh!"
Sedang Dhini sama sekali tak merespon. Gadis itu tersenyum bodoh dengan wajah polosnya. Masih memikirkan mengapa ia dan Rissa bisa berada disini.
Sungguh sebuah mimpi baginya yang sudah lama menjadi Carats. Mulanya, ia pergi ke Jakarta hanya untuk menonton konser Seventeen. Memaksa Rissa ikut meski harus membayarinya karena ibunya sendiri yang baru akan mengizinkannya asalkan pergi ditemani.
Ia sama sekali tak menyangka akan mendapat kesempatan ini. Terpilih menjadi lucky fans? Oh ya ampun.
Menjadi pasangan Kwon Soonyoung? Ya Tuhan!
Bahkan ia tadi terjebak di lift bersama Hansol.
Dan oh, jangan lupakan sebuah fakta bahwa Jun yang memberikannya nafas buatan!
Seketika ia menahan napas. Meraba bibirnya sendiri dengan rasa shock tertahan.
Nafas buatan?
Jun.. menciumnya?
Deg.
Membayangkannya membuat kepalanya pening. Ia menggeleng cepat saat dirasakan matanya yang mulai berkaca-kaca. Sungguh, Dhini tak tahu lagi harus bagaimana. Seluruh perasaannya tak bisa dijelaskan.
Bahkan ia baru saja menyadari bahwa ia telah bertemu dan berbicara dengan beberapa member Seventeen!
Ia kembali menoleh ke arah Rissa. Sedikit merasa bersalah saat melihat wajah gadis itu yang lebih bertekuk dibandingkan semalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
(1) LOVE AT THE FIRST SIGHT? || SEVENTEEN ||
RomanceApa kau percaya pada cinta pada pandangan pertama? Sebelumnya aku tak pernah percaya. Namun saat melihat gadis itu, aku jadi begitu percaya. -Jun --- Apa ini yang kurasakan? Aku suka saat pertama kali melihatnya. Apakah ada hal semacam itu? -Rissa ...