.
.
.
.
.Entahlah, aku bingung. Hidupku terlalu monoton dengan seperti ini. Selalu begitu, tak pernah berubah. Pengharapan dan angan yang selalu aku rangkai seakan hanya kayu bakar yang lahap dihabiskan oleh api.
Siklus terus berulang demikian. Bahkan aku telah SMA seperti sekarang namun, kehidupan terlalu penuh akan ketidakadilan. Bukannya aku tak mensyukuri yang ku dapat sekarang. Namun, aku hanya ingin hidupku mempunyai titik terang sedikit 'saja'. Hanya itu.
Hm, sebenarnya aku mulai merasa yang namanya punya titik harapan baru. Ya, meskipun begitu tetap saja aku kurang menyakini. Aku sudah kenal dia sejak SMP sih tapi, aku memang kurang akrab terhadapnya. Dia anaknya bisa dideskripsikan badboy namun sebenarnya dia goodboy. Mau dikatakan badboy namun dia taat agama tapi, dikatakan goodboy tapi, ngelanggar aturan sekolah. Aiissh, sudahlah. Itu bukan hal yang begitu penting untuk keceritakan.
Eh, tapi dia itu yang mulai buat aku sadar akan semua hal yang selama ini aku hindari. Dia membuka pikiran aku untuk berjalan maju. Dia yang membantuku mengukir senyum tanpa tipu-tipu. Sejenis glukosa, manis gitu.
Namanya Muhammad Yusuf. You know? pasti no. Ok, i just kidding.
Dia yang aku jelasin tadi. Awalnya aku dan dia hanya "teman" yaps, just friend. Maybe friendzone. Upss. Tapi, ..
.
.
.flashback on
Saat pelajaran sedang free, aku diajakin ketemuan sama Yusuf. Dengan alasan yang konyol. Gak masuk akal banget. Tapi, unik juga sih.
Sejak saat pertemuan konyol bin ajib itu yang ditemenin sama teman sekelasku yang kebetulan sama namanya sama aku yaitu "INA" dia jadi bingung sendiri deh. Awalnya dia nanya, "namanya siapa?" yaudah aku jawab deh "Ina". Hahaha, pas aku lihat muka bingungnya aku baru sadar. Terus ngejelasin deh.
Beberapa hari kemudian dia nembak aku, aku tuh bukan anak polos-polos yang gak tahu tentang cerita fall in love dengan seseorang lawan jenis. Aku cukup paham dan sangat mengerti karena sekelilingku mempromosikan akan hal itu. Bahkan mereka sangat bangga dengan lantang untuk mempublikasikan hal semacam itu. Caranya emang mainstream sih, pada umumnya gitu. Tapi, aku gak berkipir panjang. Cuman dengan syarat ngasih waktu sampe tanggal awal bulan. Bener banget tgl 1.
Singkat cerita, aku dan Yusuf makin sering ketemu. Aku juga udah mulai untuk memahami keluargaku. Aku udah merasa akan kehangatan yang terbangun dengan pondasi baru. Tapi, ada yang ganjal. Ternyata, temanku yang sekelas waktu aku SMP juga yang namanya Kamal nembak aku juga. Omg, aku gak bisa ngebayangin lagi. Memang dari awal SMP aku sama dia emang akrab bahkan pas kelas 2 SMP dia mojokin aku terus bilang iloveyou. Serius aku kaget dan susah ku jelaskan lah. Dia juga buat aku senang. Tapikan, aku berpikir itu hanya teman.
Back to Yusuf, hm. Pokoknya aku jadian dan putus akibat dia coba untuk ngekhianatin hubungan yang kita jalanin. Perih banget. Aku juga udah dibujuk sama temen yang lain buat ngasih kesempatan. Aku tetap pada pendirianku. Meskipun dia waktu itu udah pasang muka memelas.
Dia terus minta buat semua kembali. Tapi, aku gak mau. Cukup sekali.
flashback off
Setelah semua kisah yang sempat mewarnai skenario yang diciptakan sang kuasa aku mulai untuk membangun pondasi yang kokoh.
Memulai semuanya dengan yang baru. Aku mulai belajar berdiri paling depan untuk membuka lembaran baru. Aku mulai mengikuti sedikit-demi sedikit mengenai hal-hal baru itu. Namun, ada hal yang membuat aku begitu yakin untuk merubah semuanya yaitu, pembelajaran yang ku dapatkan di masa itu. Aku ingin membuktikan bahwa aku mampu melawan itu.I think problem is a lesson. Karena masalah memberi kedewasaan untuk diri. Ada pesan yang aku ingat, "jangan jadikan masalah adalah kesalahan namun, jadikan itu sebagai kebenaran dalam hidupmu".
![](https://img.wattpad.com/cover/108061142-288-k255950.jpg)