PROLOG

551 20 7
                                    

Namaku ifah fahira biasa dipanggil ifah sekarang sudah kelas 3 SMP, tinggiku 150cm, berambut sebahu, memakai kecamata berwarna hitam dengan kaca silinder, sangat mahir dalam basket dan bahasa inggris. Aku mempunyai sahabat bernama raihan dia adalah laki-laki yang bertinggi 175 cm dan sangat mahir dalam hal fisika dan kimia, kami bersahabat sudah dari kecil sampai sekarang.
Aku tinggal di jakarta berasama ibu dan abangku, ayahku? dia sudah tidak ada tahun kemarin, yah pada saat aku kelas 2 SMP.

flashback
Ini sudah babak ke empat, dan waktu 12 menit sisa 45 detik lagi dan yah hasil skornya seri, SMPN 23 jakarta (58) VS SMPN 3 Jakarta (58), semua pemain sedang beristirahat selama 1 menit dan melanjutkan detik-detik terakhir.
Peliut sang wasit berbunyi tandanya istirahat selasai dan pemain harus memasuki lapangan basket sekarang, aku membuang nafas kasar bagaimana tidak khwatir aku adalah pemain Forward, pemain yang tugas utamanya adalah mencetak poin dengan memasukkan bola ke keranjang lawan.

Bola terakhir adalah bola milik sekolahku karena pemain lawanku mengeluarkan bolanya melewati garis putih, peliut wasit berbunyi nadia melemparkan bola kepada tari dan tari membawanya untuk masuk ke are tim lawan, tari melemparkan bola kepadaku yang tempatku sudah berada dekat ring, oh shit tim lawan mengambil bolaku, lari sasa cukup cepat aku hanya berada di belakang, WOW TEPAT SEKALI sasa mendapatka bolanya yes! sasa melemparkan bolanya kepadaku dengan passing atas, tepat sekali aku langsung meraihnya, lapangan menuju ring lawan kosong ini lah kesempatanku lari dan lay up dan yess!!! bolanya masuk mencetak dua poin dan sekolahku yang menang dengan sisa waktu 7 detik.

Pada saat itu orang tuaku dan abangku melihatku main mereka memeluku dengan mendali yang kupegang, senang sekali.
kami pulang, tapi aku lapar jadi ayahku mengajaku makan sate persimpangan jalan, yah sate ini sangat terkenal kata ayah dan kami berhenti untuk parkir, tapi kami harus menyebrang dulu agar sampai ke penjual sate tersebut, setelah sampai kakiku terasa berat, pantas saja karena aku masih memakai sepatu basket, akupun berdiri dan meminta kunci mobil ayah.
" mau kemana nak?" tanya ayah
" ambil sandal ayah, kakiku berat sekali," jawabku
" kamu disini saja ayah saja yang ambilkan,"katanya
aku tersenyum dan ayah sudah pergi, dan tiba-tiba ada suara kecelakaan dan dia adalah oh tidak, ayah!!!!

Aku berlari secepat mungkin, melihat ayah yang penuh darah dijalan, menangis sangat kencang dan terlihat ayah masih sadar dan lihatlah ayahku tersenyum.
" ifah, jangan salahkan dirimu, kamu harus tetap bahagia, ayah mau itu, tolong jangan bersedih, ayah tidak bisa melihat putri ayah bersedih."
aku menangis kencang dan tidak menjawab apa-apa hanya nama ayah selalu kusebut dimulutku, aku mengambil kepala ayah dan mengahantarnya kepahaku, baju basketku tadi berwarna putih menjadi merah.

Ambulance sudah datang, aku didalam ambulance ibuku dan abang berada disampingku, mereka semua menangis, sakit rasanya, semua petugas ambulance memasankan alat ditubuh ayah, ohya pembawa mobil itu? ya dia sedang mabuk dan sedang dibawa ke kantor polisi, tentunya aku tidak akan memaafkannya kalau ayahku terjadi apa-apa

Tiba di rumah sakit, kami sudah du UGD, aku menelfon raihan, dia salah satu sahabatku yang sangat kupercayai dari SD sampai sekarang, setelah menelfonnya raihan panik dan langsung ke rumah sakit

Dokter sudah keluar yang tadinya memeriksa kondisi ayahku,
" bagaimana dokter keadaan suami saya?" kata ibuku
" maaf bu, kami turut berduka" jawab dokter
Aku menangis, semua menangis, aku memeluk abangku dan menangis didadanya
" tuhan, ambil saja nyawaku untuk menggantikan nyawa ayahku, andai aku saja yang mengambil sandal itu bukan ayah, andai aku tau, aku akan menolak perkataan ayah" kataku yang hatiku sangat marah

Raihan sudah sampai di rumah sakit, aku yang sedang duduk menutup mataku dengan kedua tanganku sambil menangis, raihan duduk disampingku dan memeluku.

Sahabat Jadi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang