1:2

1.2K 140 8
                                    

Sikap Hanbin selalu mengejutkanku setiap hari.

Seperti sore itu, aku menemukannya duduk lemas didalam studio tanpa ada siapapun disana.

"Lisa bukankah kau lelah?" tanyanya saat aku duduk di sebelahnya.

"lelah karena apa?" tanyaku dengan menatap sisi wajahnya.

Ada kekesalan dari pancaran matanya.

"karena selalu saja menunggu, menunggu untuk mencapai impianmu yang selalu saja tertunda" Jelasnya tertahan.

"ah.. tidak, aku tidak pernah lelah. Terkadang memang bosan dan juga rindu rumah, tapi saat aku berpikir lebih dalam. Bukankan itu berarti banyak waktu bagiku untuk menyempurnakan diri?" Balasku.

Bukankah memang seperti itu? Ketika mimpimu tertunda bukankah berarti ada waktu lebih untuk mengguncang dunia?.

Hanbin hanya menhela napas dengan berat, pundaknya mulai bergerak naik turun. Menahan tangis didepanku mungkin.

"menangislah jika ingin menangis oppa. Tak harus selalu terlihat kuat, sesekali laki-laki juga boleh menangis" Kataku seraya mengelus pundaknya, setidaknya itu yang biasa aku lakukan saat memberku sedih.

"hiks.. hiks.. bukankah ini terlihat memalukan?" tanyanya di tengah air mata yang baru saja sukses turun dari matanya.

"tidak, itu tidak memalukan sama sekali" Jawabku masih dengan menepuk-nepuk pundaknya.

Selama aku mengenalnya. Saat itulah aku, untuk pertama kalinya melihat Kim Hanbin rapuh.

Tangis Hanbin pecah seketika.

"sudah merasa baikan?" tanyaku beberapa saat setelah tangisnya mulai reda.

Hanbin hanya mengangguk dan segera menghapus air matanya.

"hahah, itu tadi bukan Hanbin" Candanya dengan tawa yang dipaksakan.

"itu kau, Kim Hanbin tetapi dengan suasana yang kurang baik" kataku denga tertawa.

Aku sungguh ingat, saat itu pukul 18.25.

Seorang Kim Hanbin memelukku untuk pertama kalinya

"terimakasih Lalisa" bisiknya.







**************

your comment really made my day :*

love,

RA-NEE

ABOUT YOU | LALISA X HANBIN (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang