2

106 7 1
                                    







(1)Alkisah di Jogja

Tepat di kota yang kau janjikan

Dengan ramah tiap sudut menyunggingkan senyum kebahagiaan

Angin nya serasa merentas segala keresahan

Di Jogja,kau dan aku menuai segala harapan

Dan di Jogja,tawa mu merenggut segala kesedihan

Kau adalah getir yang menghangatkan,berjuta dilema terkubur dalam-dalam.

Senantiasa nya kau menggenggam butir-butir kegusaran

Kau lahap segala pahit,

rasa nya Jogja ditakdirkan untuk kita slalu bersamaan

Sesukanya kau menuang tiap kasih dalam dada

Tapi mata mu menyimpan sejuta lara

Aku pernah mendefinisikan tiap gundah pada mu,

sekiranya benar maka kali ini mata mu penuh teori tak terpecahkan

Aku tau kita akan berjarak,aku tau rindu akan menyemak

Dan Jogja kali ini mematikan tiap gelak

Aku tahu kau tak sekuat itu,kau tersenyum tapi mata mu pucat

Aku sudah terisak dalam diam,hujan tak berjatuhan tapi mata ku basah dan sembab

Rindu kan jadi sekokoh-kokoh nya bangunan

Tiap tiang-tiang nya terpancak dalam lamunan

Kau akan tetap di kota ku,aku akan pulang ke kota mu

Seperti halnya senja di balik alun-alun sore itu,

Tiap kilau nya melumpuhkan bahagia ku

Tapi lengan mu kala itu,menjadikan rindu adalah senja yang tak ingin berlalu

Dan kau serta Jogja ku,adalah rumah yang ingin selalu ku tuju.


(2)Ku namai ini Rindu

Tak selamanya gelak butuh tawa

Tak selamanya tangis butuh air mata

Melangkahi jejak ini juga tak butuh nelangsa

Kadang kita saja yang terlalu perasa


Tapi..

Bagaimana jikau kau telah pergi sejauh mungkin,sekeras yang kau bisa

Namun kau selalu membawanya ,memang tak lewat gengam atau rangkulan

Tapi yang selalu kau bawa adalah serpih-serpih rindu serta cerita yang tak lekang waktu


Mungkin rindu penat,

kadang ia juga butuh rehat

kadang ia butuh lengan mu yang hangat.

Sudah-sudah..

Rindu ini pekat ,tak tahu waktu dan tempat

Mungkin jika boleh,biar kubekap saja rindu ini biar tamat


Tapi sayang,aku kurang cepat

Rindu sudah lelap di kalbu ku dengan tepat.

(3)Renjana

Aku menemukan renjana ketika sedang termangu di Beranda

Ia mengetuk tiap-tiap keresahan ku,lantas aku terpikat oleh renjana.

Dan kau tahu?dia juga yang mengenalkan ku pada mu,

dan lewat dia pula kau ku sebut dalam sajak-sajak ku.


Renjana pernah bercerita bahwa ia adalah rindu yang kau tenteng dalam koper mu

Apa saja yang kau lakukan telah ia ceritakan pada ku

Katanya kau pernah tersungkur dalam gelak mu sendiri

Katanya kau pernah sadar bahwa sebenarnya kau sepi

Katanya lagi ,kau suka berpura-pura tak tersakiti

Renjana.Where stories live. Discover now