Dentuman musik yang keras mengiringi liuk tubuh manusia yang menggila di atas dance floor. Kesenangan semu yang sejenak bisa melenyapkan beban nyatanya malam ini tak bisa membuat laki-laki yang duduk di sofa merah bersama dua wanita di sebelahnya itu merasa bahagia seperti biasanya. Jika biasanya kesenangan malam seperti ini adalah surga baginya, kini hal itu seperti neraka saat salah satu wanita yang entah siapa namanya mengaku sedang mengandung anaknya.
Dixon mengabaikan sentuhan seduktif dua wanita di kanan kirinya dan malah memberikan tatapan dingin lalu mengisyaratkan agar mereka pergi. Dixon memijit pelipisnya yang terasa berdenyut bahkan kini ia merasa kepalanya ingin pecah karena berusaha mengingat wajah wanita yang tadi menemuinya.
Sial!
Dixon sama sekali tak ingat bahwa dia pernah meniduri wanita itu. Well, memangnya wanita mana yang pernah Dixon ingat setelah menghabiskan malam bersama?
"Shit!" Makian untuk kesekian kalinya itu kembali lolos bersama ekspresi yang akan membuat siapa saja enggan mendekatinya.
Dixon meraih gelas berisi cairan bening lalu menghabiskannya dalam sekali teguk. Ia membiarkan sensasi membakar pada kerongkongannya sebelum kembali mengulangi kegiatannya berkali-kali hingga ia merasa bahwa tubuhnya sudah mencapai batas maksimal toleransi terhadap alkohol.
Dengan langkah sempoyongan Dixon berjalan mendekati meja bartender lebih tepatnya mendekati sosok yang sedang mengenakan gaun malam berwarna hitam yang baru saja duduk disana. Terlihat bahwa sosok itu mengamati Dixon dengan kening berkerut saat laki-laki itu melemparkan senyum padanya.
"Boleh aku menciummu?"
Pertanyaan yang terlontar begitu saja dari Dixon semakin membuat ekspresi gadis di depannya terlihat tak mengerti. Gadis itu menggeleng pelan dan mengabaikan Dixon, ia mengerti bahwa lelaki di sebelahnya tidak sepenuhnya sadar meski sebenarnya ia ingin tertawa saat Dixon meminta izin untuk menciumnya.
"Wah, sepertinya dia mabuk parah malam ini," ujar laki-laki berkulit coklat yang sedang meracik minuman seraya menggelengkan kepalanya tak percaya . Tak biasanya ia melihat Dixon mabuk seperti ini karena biasanya laki-laki itu selalu mengontrol batas toleransi tubuhnya terhadap alkohol.
"Kau mengenalnya?" Tanya gadis itu masih berusaha menghindari Dixon yang terus mencoba menyentuhnya.
"Kau benar-benar payah Evelyn, dia adalah pengacara terbaik London! Mungkin karena kau baru beberapa bulan disini jadi kau tak banyak tahu soal London."
Evelyn memutar bola matanya mendengar ucapan Rodrigo, bartender itu sudah mengenal Evelyn sejak gadis itu tiba di London karena Rodrigo tinggal di sebelah apartemen Evelyn.
"Aku tidak minat untuk mengenalnya, setidaknya bisakah kau membantuku untuk menjauhkannya dariku?"
Entah sejak kapan Dixon sudah duduk di sebelah Evelyn dan memeluk gadis itu dari samping dengan erat. Aroma alkohol yang menguar membuat Evelyn semakin kesal.
Rodrigo hanya tertawa melihat kekesalan Evelyn apalagi saat Dixon terus menggumam tidak jelas . Terlihat tak ada niat sedikitpun dari Rodrigo untuk membantu Evelyn saat ini.
"Bunda."
Seketika telinganya Evelyn yang sensitif menangkap kalimat 'bunda' yang Dixon gumamkan tepat di sebelah telinga Evelyn.
"Bum-bumba...what?! Oh God! Menjauh dariku orang aneh!"
Evelyn mendorong Dixon sekuat tenaga dan mencoba melepaskan diri dari pelukan lelaki di sebelahnya itu, tapi sepertinya Dixon memang tak ingin melepaskan Evelyn. Dengan pandangan yang tidak jelas Dixon mengangkat wajahnya kemudian menatap mata Evelyn cukup lama dan dengan gerakan cepat Dixon mencium bibir Evelyn dengan paksa, melumatnya penuh minat tanpa ingin memberi Evelyn sedikitpun ruang untuk melawan.
Ini gila! Otak Evelyn tak bisa mencerna dengan baik saat ia merasakan ciuman pertamanya di ambil oleh lelaki asing yang sedang mabuk parah.
"Bastard!" Evelyn menampar pipi Dixon cukup keras dengan nafas tersengal saat laki-laki itu sudah melepaskan pagutannya.
Dixon memamerkan senyumnya dan mengelus pipinya yang memerah akibat tamparan Evelyn dengan ekspresi polos seolah ia tak pernah melakukan kesalahan apapun. "Bisakah kau mengantarku untuk bertemu dengan bunda?"
"Dengar ini baik-baik orang aneh! Aku tidak mengenal siapapun yang kau sebut bun-bum apalah itu, mungkin itu kekasihmu, istrimu atau selingkuhanmu, yang jelas aku tak ingin berurusan denganmu!"
Evelyn beranjak meninggalkan Dixon setelah mengatakan deretan kalimat yang mungkin sama sekali tak akan di pahami oleh orang mabuk seperti itu. Ini benar-benar malam paling menyebalkan dalam hidup Evelyn, kekesalannya terhadap Zach yang ingin ia lampiaskan dengan menghabiskan waktunya di club malah semakin membuat moodnya buruk. Memangnya apalagi yang paling mengesalkan selain bertemu orang asing yang sedang mabuk berat kemudian mencuri ciuman pertama?
****
Sinar mentari yang menyusup melalui celah gorden berwarna coklat mengusik ketenangan Dixon. Kepalanya yang masih terasa sedikit berdenyut menolak untuk segera di ajak membuka mata, namun saat ia merasakan hembusan nafas hangat yang menyentuh kulit dadanya, Dixon dengan cepat membuka matanya dan mendapati sosok berambut coklat tengah tidur memeluknya.
"Bitch! Menyingkir!" Dixon mendorong tubuh wanita itu kesamping lalu beranjak duduk, kekesalannya semakin menjadi saat mengetahui bahwa mereka berdua sama-sama naked. Ia tak tahu bagaimana ia bisa berakhir di ranjang bersama wanita tak dikenalnya ini.
"Ada apa, babe? Apa kau melupakan kegiatan kita tadi malam? Kau yang menyeretku kemari, remember?" Ucap wanita itu mengelus dada Dixon sensual.
Kilasan kejadian tadi malam yang bisa Dixon ingat adalah ia sedang berciuman dengan sosok wanita berambut merah dan bergaun hitam, bukan wanita berambut coklat ini. Sialnya Dixon tidak bisa mengingat bagaimana wajah wanita yang ia cium semalam, tapi Dixon yakin bukan wanita ini yang bersamanya tadi malam.
Dixon menatap wanita itu sejenak kemudian berdecih pelan. "Kau sama sekali bukan tipeku jadi tidak mungkin aku membawamu. Melihatmu saja aku tidak nafsu."
Dixon tersenyum miring melihat ekspresi wanita di depannya berubah masam. Ia beranjak dan segera mengenakan pakaiannya yang berserakan dengan cepat sebelum melemparkan lembaran dolar ke atas kasur dan meninggalkan wanita yang kini sudah berbinar melupakan kekesalannya terhadap ucapan pedas Dixon saat matanya melihat dolar cukup banyak yang Dixon tinggalkan.
Sebenarnya wanita bernama Jane itulah yang semalam memanfaatkan keadaan mabuk Dixon untuk ia bawa ke hotel mengingat selama ini ia sudah menginginkan pria tampan itu namun tidak berani mendekat lantaran Jane sadar seberapa tinggi kriteria wanita yang Dixon inginkan meski hanya sebatas one night stand.
TBC.
Hola, I'm back! Pemanasan dulu ya , alurnya bakalan slow kaya Rafael jadi sabar. Jangan lupa selalu tinggalkan jejak biar author semangat!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bastard Lawyer
RomanceIni bukan cerita Cinderella, bukan juga cerita seorang princess yang akan bertemu prince charming. cerita ini tentang seorang gadis ceroboh pemberani yang sudah berani berurusan dengan bastard Lawyer, berurusan dengan manusia yang akan menjadi mimpi...