"Carikan aku berkas perceraian Mr. Pattinson di dalam map warna kuning!" Perintah Dixon pada Evelyn yang hari ini kembali terperangkap ke dalam aktivitas lelaki itu.
Evelyn segera mencari berkas yang Dixon minta dan membaca satu persatu kertas yang ada, mencari berkas perceraian milik Mr. Pattinson Karen di dalam map itu ada banyak berkas perceraian yang lain.
"Aku mendapatkannya," ujar Evelyn berjalan mendekati Dixon yang duduk di sofa memangku laptopnya.
"Siapa nama istrinya?" Tanya Dixon tanpa mengalihkan tatapannya dari laptop.
"Namanya Jul--"
"Aku sudah ingat," potong Dixon menghentikan ucapan Evelyn yang belum selesai.
"Apa mereka memiliki anak?"
Evelyn mengangguk "ya, mereka memiliki du--"
"Stop! aku sudah ingat."
Evelyn menarik nafasnya lalu membuangnya perlahan, mencoba memupuk kembali kesabarannya yang perlahan terkikis akibat sikap Dixon sejak beberapa jam yang lalu. Semenjak Evelyn melangkah keluar dari apartemennya, gadis itu mulai kehilangan kesabaran secara perlahan. Evelyn menatap Dixon tajam meski lelaki itu mengabaikannya dan masih fokus dengan laptop di pangkuannya. Hari ini Evelyn di paksa mengikutinya ke cafe dengan membawa tumpukan map berisi berkas, mengingat cafe itu adalah milik Dixon, lelaki itu membawa Evelyn masuk kedalam ruangan khusus yang terpisah dengan para pelanggan tentunya.
Di tengah pergolakan pemikiran Evelyn yang berencana untuk menjambak rambut Dixon lalu melemparkan lelaki itu dari lantai tiga puluh apartemen yang ia huni, Evelyn di kejutkan dengan suara seseorang yang masuk ruangan tanpa permisi terlebih dahulu.
"Kau melupakan janjimu?!"
Suara itu sukses menyita seluruh perhatian Dixon yang membuat laki-laki itu lantas berdiri dari duduknya, memasang senyum menawan menyambut kedatangan seorang gadis yang kini tengah menatap Dixon kesal.
"Tentu saja tidak! Aku Berencana menjemputmu setelah selesai dengan pekerjaanku."
Evelyn menatap lekat gadis cantik yang kini masih mendebat pembelaan diri yang Dixon berikan. Evelyn merasa tidak asing dengan gadis itu yang perlahan membawa ingatan Evelyn kembali pada saat dimana ia sedang sakit dan...
"Dokter?" Gumam Evelyn yang ternyata di dengar oleh gadis itu.
"Oh, hai." Dokter cantik itu tersenyum canggung ke arah Evelyn, dan Evelyn tahu bahwa sedari tadi keberadaannya memang tidak di ketahui. hell, ya! Evelyn bukan makhluk astral!
"Duduklah, aku kan menyelesaikan ini dengan cepat." Ujar Dixon membawa dokter cantik itu untuk duduk di sampingnya.
"Apa kabar? Apa dia menebuskan obat yang benar saat kau sakit waktu itu?" Tanya gadis itu pada Evelyn yang sudah melupakan kekesalannya pada Dixon.
"Aku baik, sepertinya dia tidak berencana meracuniku dengan cepat, jadi dia memberiku obat yang benar." Jawab Evelyn mengabaikan tatapan tajam Dixon di sebelah dokter itu.
"Aku akan memberikanmu racun setelah semua hutangmu lunas." Balas Dixon sinis yang mengejutkan gadis di sebelahnya.
"Hutang? Hutang apa?"
Dixon bernajak lalu menarik gadis yang masih menuntut jawaban itu agar berdiri. "Tidak penting. C'mon sweetheart! Kita pergi." Dixon menatap sejenak Evelyn yang hendak berdiri hingga gadis itu mengurungkan niatnya. "Dan kau, nona manis. Selesaikan pekerjaan ini sebelum aku kembali, susun semua berkas sesuai namanya masing-masing ke dalam map berbeda, kemudian urutan sesuai dengan tanggalnya."
Evelyn hanya bisa meremas map kuning di tangannya dengan kuat demi melampiaskan kekesalannya pada Dixon yang sudah memaksa gadisnya untuk keluar dengannya. Apa-apaan ini? Bukankah tadi lelaki itu yang mengatakan akan menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat baru akan pergi? Evelyn mendengkus, nyatanya Evelyn lah yang Barung menyelesaikan semua ini.
***
"Bukankah itu tadi keterlaluan?"
Dixon yang tengah mengemudi mengalihkan sejenak pandangannya pada gadis yang sudah duduk manis di sampingnya.
"Apa? Aku hanya tidak ingin dia menerima gaji buta, lagipula itu hanya pekerjaan ringan."
"Kau sepertinya sengaja melakukan ini. Apa kalian memiliki hubungan khusus?" Desak gadis itu penasaran.
Dixon terkekeh ringan lalu mengelus kepala gadis itu lembut. "Buang jauh pemikiran konyolmu itu, sayang."
"Baiklah, terserah kau saja. Kau tidak ingin pulang?"
"Rumahku disini." Jawab Dixon dengan nada dingin yang sejenak membuat suasana menjadi tegang.
Gadis itu terdiam sejenak, sedikit terkejut dengan perubahan ekspresi Dixon yang terbilang sangat cepat.
Dixon menepikan mobilnya lalu menatap gadis di sampingnya yang masih terdiam. "Maaf, aku tidak bermaksud menyakitimu, sweetheart."
Gadis itu mengangguk dan segera menghambur dalam pelukan Dixon yang di sambut dengan sepenuh hati.
"Aku akan kembali ke New York besok karena bunda sakit."
Seketika tubuh Dixon menegang, ia melepaskan pelukannya perlahan dan menatap mata coklat di depannya dengan sorot khawatir.
"Bunda sakit?"
Gadis itu mengangguk. "Bunda merindukanmu, kak. Hiks...please, pulanglah." Gadis di depannya kini sudah tak bisa menahan tangisnya kembali memeluk tubuh Dixon erat. "Singkirkan egomu kali ini saja, demi bunda."
"Kak Dixie masih di Indonesia dan baru bisa pulang tiga hari lagi, apa kau masih dengan keras hati tega membiarkan bunda seperti tak punya anak di saat sedang sakit?"
Runtuhlah ego Dixon yang selama ini mengeraskan hatinya setelah mendengar kalimat terakhir yang adiknya ucapkan.
"Kita berangkat besok." Ucap Dixon mengakhiri percakapan diantara mereka dan kembali melanjutkan perjalanan di tengah kesunyian, karena tak ada yang ingin memulai obrolan diantara mereka.
Bukan tanpa alasan mengapa Dixon memilih untuk ke London dan meninggalkan keluarganya di New York, memilih untuk memulai bisnis sendiri tanpa ikut campur dengan bisnis keluarga yang Dixon percayakan sepenuhnya pada Dixie--saudara kembarnya.
"Kak!"
Dixon hanya menggumam menyahuti panggilan adiknya yang selalu memanggilnya dengan sebutan 'kakak' di saat mereka berdua atau berkumpul bersama keluarga.
"Tak bisakah kau berdamai dengan ayah?" Tanya Angel dengan suara lirih yang hampir terdengar seperti bisikan.
"Mengertilah, Angel. Kau tidak akan mendapatkan jawaban terbaik seperti yang kau inginkan setiap kau menanyakan hal itu padaku."
Dixon yang tak lagi menggunakan panggilan sayang padanya seolah menegaskan bahwa Dixon tidak ingin membahas hal itu saat ini, cukup Ellena yang menjadi alasan Dixon untuk kembali ke New York, tidak! tepatnya adalah berkunjung karena tak mungkin lelaki itu kembali begitu saja dan tinggal bersama seseorang yang pernah mengusirnya.
TBC.
![](https://img.wattpad.com/cover/136794186-288-k999065.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bastard Lawyer
RomanceIni bukan cerita Cinderella, bukan juga cerita seorang princess yang akan bertemu prince charming. cerita ini tentang seorang gadis ceroboh pemberani yang sudah berani berurusan dengan bastard Lawyer, berurusan dengan manusia yang akan menjadi mimpi...