Hai,hai.. i'm back! Setelah sekian lama menghilang dari dunia orange tempat berimajinasi dan menemukan banyak cogan 😆
Well, aku harap masih bisa kasih feel di cerita ini. Just for information, cerita ini alurnya akan mengalir perlahan, ga seperti the devil Charming yang cenderung padat. Aku akan buat sisi romance cerita ini mengalir sedikit demi sedikit. So, enjoy!
❤️❤️❤️
Evelyn menatap pantulan dirinya di depan cermin setelah selesai memoleskan lipstik berwarna pink pada bibirnya. Hari ini adalah weekend, dimana ia biasa menghabiskan waktunya di toko kain, memilih beberapa lembar kain yang akan di padukan dengan pernak-pernik seperti pada gambar yang sudah ia design.
Evelyn melirik jam yang melingkar pada pergelangan tangannya lalu tersenyum simpul, ia mengambil tas dan syal merah kesayangannya mengingat saat ini sudah memasuki musim dingin, Evelyn kembali tersenyum karena sebentar lagi salju akan menyapa. Oh, betapa saat-saat seperti ini sangat ia rindukan.
Baru saja dirinya membuka pintu apartemen, Evelyn di kejutkan oleh sosok tinggi yang berdiri menjulang di depan pintu apartemennya mengenakan stelan jas mahal di balut mantel tebal dan kacamata hitam.
"Baguslah, jika kau sudah siap. Kita akan pergi sekarang."
Seketika Evelyn memasang ekspresi bodohnya, mengerutkan kening tak mengerti dengan ucapan laki-laki di depannya.
Sementara itu, Dixon menghela nafasnya lalu dengan gerakan perlahan ia membuka kacamata hitamnya lalu menatap Evelyn dengan senyum miring.
"Ini hari pertamamu bekerja untukku, nona. Jangan katakan kau sengaja melupakannya dan berniat untuk kabur."
Hancur sudah kebahagiaan Evelyn hari ini, perasaan berbunga-bunga beberapa menit lalu yang ia rasakan seketika berubah menjadi perasaan kesal dengan ekspresi muak melihat Dixon yang masih setia berdiri di depannya. Gadis itu benar-benar melupakan tentang perjanjian yang mereka sepakati dimana Evelyn bersedia untuk bekerja pada Dixon sebagai wujud ganti rugi atas kecerobohannya yang memecahkan vas dengan harga selangit, benda yang menjadi salah satu furniture hotel mewah milik laki-laki itu.
Damn it!
Tanpa menunggu alasan Evelyn yang sepertinya hendak menolak, Dixon langsung saja menarik tangan gadis itu agar mengikuti langkahnya untuk menuju lift, menekan tombol menuju lantai satu dan kembali menarik gadis itu yang hanya bisa diam. Oh, Evelyn tak tahu harus berekspresi seperti apa, otaknya bekerja lambat dan terasa blank saat tiba-tiba Dixon muncul dengan sangat menyebalkan.
"Hari ini kau akan mengerjakan itu."
Dixon meletakkan tumpukan map di atas pangkuan Evelyn sedikit kasar hingga gadis itu memekik terkejut sebelum mobil bergerak meninggalkan kawasan apartemen. Hell ya, gadis itu sudah duduk di jok mobil sport milik Dixon dengan tumpukan map di atas pangkuannya, seketika saja ia melotot geram hendak membuka suaranya namun dengan sangat terpaksa Evelyn kembali menutup rapat bibirnya saat suara Dixon kembali terdengar menyebalkan di pendengaran Evelyn.
"Ingat, nona! Gajimu di tentukan seberapa bagus kinerja dan attitudemu, semakin kau melawan maka semakin lama kau bekerja untukku."
Berbagai umpatan kasar sudah memutar di otak Evelyn dan hanya bisa ia ekspresikan melalui tatapan marah serta raut wajah yang menunjukkan permusuhan. Evelyn menarik nafas panjang lalu ia hembuskan perlahan, mencoba mengatasi emosinya yang tersulut cepat setiap berada di samping lelaki itu.
Perlahan tangan Evelyn membuka map paling atas, membaca singkat beberapa kertas yang ada di dalamnya kemudian mengerutkan keningnya.
"Daftar menu masakan?" Gumam Evelyn seolah meragukan kemampuan membacanya. Yang benar saja! Apa lelaki itu sedang mengerjainya sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bastard Lawyer
RomanceIni bukan cerita Cinderella, bukan juga cerita seorang princess yang akan bertemu prince charming. cerita ini tentang seorang gadis ceroboh pemberani yang sudah berani berurusan dengan bastard Lawyer, berurusan dengan manusia yang akan menjadi mimpi...