Evelyn mengerang dalam selimut dan semakin menenggelamkan dirinya disana, suhu tubuhnya yang tinggi serta bercak merah dengan rasa gatal yang menyiksa hampir di setiap bagian tubuhnya benar-benar membuat gadis itu tak berdaya. Setelah menuruti permintaan lelaki arogan semalam dengan mencicipi masakan-masakan asing dengan berbagai rasa yang baru di lidahnya, Evelyn sampai melupakan hal terpenting yaitu dirinya yang alergi dengan kacang.Dering ponsel di atas nakas yang sejak satu jam lalu terus mengusiknya kini membuat kesabaran Evelyn habis, dengan kesal Evelyn meraih ponselnya, melemparkan benda itu kesembarang tempat hingga sudah di pastikan ponsel itu tak sedang baik-baik saja mendengar suara yang di timbulkan akibat ulah Evelyn. Gadis itu tak peduli, bahkan bersyukur jika Dixon tak bisa menghubunginya lagi karena a ponselnya yang rusak.
"Gara-gara kau, Bastard!" Evelyn berdesis dan menggosok lengannya yang terasa gatal hingga semakin memerah.
Hal paling menyiksa bagi Evelyn adalah saat alerginya kambuh seperti ini akibat ia yang salah makan. Selama ini Evelyn selalu berhati-hati dan sangat menghindari makanan maupun minuman yang mengandung kacang.
Sementara itu, Dixon mengeram kesal mengetahui panggilannya sejak tadi di baikan oleh asistennya, bahkan sekarang ponsel Evelyn sudah tidak aktif. Damn! Pagi ini Dixon sudah menyusun banyak pekerjaan untuk Evelyn di hari kedua gadis itu bekerja padanya. Terlintas praduga buruk di otak Dixon bahwa gadis itu mencoba menghindarinya dan kabur begitu saja, hal itu membuat kekesalan Dixon memuncak cepat. Setelah mengeluarkan sebuah kunci untuk membuka pintu apartemen Evelyn, dengan langkah lebarnya ia segera masuk tanpa permisi kedalam apartemen Evelyn, salahkan juga Evelyn yang tak kunjung membuka pintu saat Dixon mengetuk pintunya dan mencoba masuk dengan sopan dan jangan tanyakan darimana lelaki itu mendapatkan kunci apartemen Evelyn karena sudah tentu itu bukan hal sulit bagi Dixon yang sebenarnya pemilik apartemen sewaan Evelyn itu.
Dixon yang hendak membuka mulutnya untuk menyemburkan kalimat pedas pada Evelyn segera terkatup sesaat setelah membuka pintu kamar Evelyn, matanya melihat gadis itu meringkuk di dalam selimut tebal dengan gorden jendela yang juga belum terbuka.
Dengan kasar Dixon menarik selimut itu Evelyn hingga membuat Evelyn terlonjak karena terkejut, memangnya siapa yang tidak akan terkejut saat menyadari seseorang berada dalam apartemen pribadinya dan juga berhasil masuk kedalam kamarnya?
"Ka-kau?!" Pekik Evelyn sedikit tak percaya dengan pandangannya.
Mata Dixon menyipit melihat permukaan kulit Evelyn dari lengan hingga leher dan sebagian wajah gadis itu memerah.
"Apa yang kau lakukan disini?! Keluar!" Teriak Evelyn.
Gadis itu segera menutupi tubuhnya kembali dengan selimut mengingat pakaian yang ia kenakan hanya gaun tidur satin bertali spaghetti kecil yang tentu menjadi alasan mengapa Dixon menatapnya intens--setidaknya itu yang Evelyn pikirkan.
Dixon mengabaikan teriakan tak bernada dari Evelyn dan malah mencondongkan tubuhnya lalu meletakkan tangannya pada kening gadis itu yang nyatanya di tepis kasar oleh Evelyn dengan cepat.
Dixon berdecak lalu meraih ponsel dalam saku celananya kemudian berjalan keluar dari kamar Evelyn dengan ponsel yang sudah ia tempelkan pada telinganya, sementara Evelyn kembali merebahkan tubuhnya dan meringkuk dalam selimut berpikir bahwa lelaki itu sudah pergi dari apartemennya.
***
Tak berselang lama terdengar derap langkah mendekati Evelyn yang masih meringkuk di dalam selimut. Evelyn menyibak selimutnya, merubah posisinya menjadi duduk ketika melihat seorang perempuan dengan jas putih juga stetoskop tergantung di lehernya.
"Hai, boleh aku memeriksa keadaanmu?"
Evelyn mengerutkan keningnya lalu menatap sosok yang tengah melipat kedua tangan di depan dada, berdiri angkuh di dekat pintu kamarnya.
"Tidak perlu, aku baik-baik saja." Ujar Evelyn malas yang nyatanya hanya membuat dokter itu mengulum senyum kemudian berbisik pelan di depan Evelyn.
"Bekerja samalah denganku atau sesuatu buruk akan terjadi padaku jika aku tidak melaksanakan tugasku."
Dokter itu mulai memeriksa keadaan Evelyn seraya memasang wajah tenang dengan senyum lembut. Evelyn hanya bisa diam, ia malas mendebat ucapan dokter cantik itu.
"Kau sepertinya memiliki riwayat alergi pada makanan."
"Ya, aku alergi kacang."
Dixon yang mendengar hal itu menjadi teringat bahwa waktu itu ia menyuruh Evelyn untuk mencicipi gado-gado dan sate dengan bumbu kacang. Seharusnya gadis itu bisa mengatakan bahwa dirinya alergi dengan kacang. Dixon menghela nafasnya, itu sedikit paham dengan sifat Evelyn yang pelupa dan ceroboh.
Dokter cantik itu mengangguk lalu menuliskan beberapa resep obat pada secarik kertas kemudian berbalik, memberikan kertas itu pada Dixon dengan tatapan sebal.
"Kau harus membayarku tiga kali lipat!"
"Apapun yang kau minta, sayang."
Evelyn tercenung sejenak saat melihat Dixon memanggil dokter itu dengan sebutan sayang dan tersenyum lembut lalu merangkulnya membawanya keluar dari kamar Evelyn.
Beberapa menit kemudian Dixon sudah kembali dengan sekantong obat dan meletakkannya di atas nakas yang masih saja di acuhkan oleh Evelyn. Gadis itu beranjak turun dari ranjang menuju kamar mandi tanpa mengatakan apapun pada Dixon, ia masih kesal karena lelaki itulah yang membuatnya menjadi sakit dan bodohnya ia tak ingat bahwa dirinya alergi pada segala jenis masakan yang mengandung kacang.
Evelyn berendam dengan air hangat yang nyatanya membuat tubuhnya merasa kedinginan setelah beberapa saat berendam, ia lekas membasuh tubuhnya dan memakai handuk kemudian sedikit membuka pintu kamar mandinya, melihat sekeliling kamar kemudian menghela nafas lega, Dixon tidak ada di sana. Evelyn bergegas keluar, mengambil bajunya dari almari kemudian kembali ke kamar mandi untuk berganti pakaian yang lebih tebal. Niat membuat tubuhnya sedikit nyaman dengan berendam air hangat nyatanya malah membuat suhu tubuhnya semakin buruk.
Secarik kertas yang berada di atas nakas dan semangkuk bubur serta obat yang tadi di bawa Dixon menyita perhatian Evelyn setelah gadis itu selesai berganti pakaian.
'Makan dan minum obat! Besok kau sudah harus kembali bekerja karena aku tidak suka jika melihat pekerjaan yang tertunda!'
Evelyn meremas kertas tak bersalah itu dengan kuat lalu membuangnya begitu saja pada bak sampah di sudut ruangan. Ia tak tahu, manusia macam apa Dixon itu yang sebentar baik, dan sebentar berubah menjadi mengesalkan dengan segala kalimat yang ia miliki.
To be continue.
Selamat pagi 2019
Menurut kalian harus aku apakan cerita ini? Hiatus atau tetap update meski lambat karena menyesuaikan dengan kesibukanku di dunia nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bastard Lawyer
Roman d'amourIni bukan cerita Cinderella, bukan juga cerita seorang princess yang akan bertemu prince charming. cerita ini tentang seorang gadis ceroboh pemberani yang sudah berani berurusan dengan bastard Lawyer, berurusan dengan manusia yang akan menjadi mimpi...