Note : Mohon bantuannya untuk komentar disetiap kata yang typo agar bisa segera diperbaiki yah^^
"Ssuuttttt! Yo woy Rio!," bisik seseorang memanggil teman yang ada di depannya.
Senin, banyak orang yang beranggapan hari senin itu adalah hari yang menakutkan bagi beberapa kalangan siswa, karna sangat jauh untuk menuju hari minggu. Ditambah lagi upacara disetiap pagi harinya.
"Apaan?," tengok Rio cowok yang ada di depannya.
"Ini kasihin sama sepupu gue di depan lo," perintah Aji -cowok yang tadi memanggil- memberikan secarik kertas yang terlipat kepada Rio.
"Depan gue cowok!," kata Rio menarik kepalanya kembali mengarah ke depan.
Sedangkan Aji berdecak sebal, "Aishhh! maksud gue sampingnya si Topik," katanya gemas dengan kelakukan Rio.
"Gak gak gak! Dikira SKSD lagi gue," tolak menggelengkan kepalanya.
"Udah cepetan! Gue tau kertas ulangan lo juga masih suci," paksa Aji.
Dengan pasrah Rio pun mengambil kertas yang disodorkan oleh Aji.
Memang benar apa yang di ucapkan Aji, satu nomor essay pun belum ia jawab sama sekali. Padalah waktu sudah menunjukkan tersisa hanya lima belas menit lagi.
"Weh cewek yang sebelahnya Topik!," panggil Rio berbisik sedikit mencondongkan badannya ke depan.
Serasa suara itu tertuju padanya, cewek yang berada di samping Topik pun menoleh dengan wajah bingung. Pasalnya ia sama sekali tidak kenal dengan Rio, hanya sekedar mengetahui namanya saja.
"Lo manggil gue?," tanya cewek tersebut seraya menunjuk dirinya sendiri dengan suara berbisik.
Bukannya menjawab, Rio justru hanya terdiam sambil memandangi wajah cewek tersebut.
"Azelaaa....."
Tanpa sadar Rio mengucapkan sebuah nama. Suaranya sangat pelan, mungkin hanya dirinya yang mendengar.
Melihat Rio seperti itu, cewek yang menoleh tadi mengerutkan keningnya semangkin bingung.
"Eh? Kayaknya gue ke gr-an," kata cewek tersebut karna Rio tak kunjung menjawab.
Sadar akan ucapan cewek tersebut, Rio langsung tersadar. "Lo sepupunya Aji kan? Ini ada titipan dari Aji," kata Rio buru-buru meluruskan pembicaraan dan menyerahkan kertas ditangannya.
Cewek tersebut langsung menatap Aji yang sudah memasang cengiran lebarnya. Ia tau maksud dan tujuan kertas tersebut, bisa dipastikan kalau kertas tersebut lain tak lain adalah untuk meminta sedekah jawaban.
Ia pun langsung mengambil kertas itu dari Rio sambil memutar kedua bola matanya. Kembali lagi dengan posisi semulanya dan membuka kertas tersebut langsung membaca tulisan seperti dokter yang terpampang jelas di kertas itu.
"Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah.
1-5 essay dong Ra :( "Ra? Yah Rara Veria, murid yang biasa saja. Untuk kategori cantik, masih banyak cewek yang lebih cantik dari dia. Tapi, Rara itu manis apalagi kalau sedang tersenyum. Tipikal cewek yang tidak bosen dipandang.
Rara yang membaca kertas tersebut hanya geleng-geleng tak habis pikir dengan kelakuan Aji, sepupunya itu.
Memang kalau dikategorikan dalam orang pintar, Rara termasuk ke dalamnya. Orang pintar di sini, bukan orang pintar yang bisa mencetuskan kapan terjadinya kiamat, kapan musibah terjadi, dan lain sebagainya. Tapi pintar dalam pelajaran.
Rara melihat kesana kemari mengecek situasi. Melihat pengawas yang sedang senyum-senyum sendiri menatap layar hpnya, ia langsung menyalin jawaban miliknya ke kertas yang tadi diberikan Rio. Ia melakukan ini semua karna masih mempunyai rasa iba dan tak mau sepupu gesreknya itu harus tinggal kelas.

KAMU SEDANG MEMBACA
RARA [COMPLETED]
Teen Fiction22 in #FiksiRemaja (28/09/2018), 28 Januari 2018 - 17 September 2018 "Iyah sengaja, kita makan dulu. Gue tau lo dari tadi belum makan," "Oh y-yaudah" "Gimana kalo makan di pinggiran aja?," "Yaudah." "Gimana kalo makan sate?." "Yaudah." "Gimana kalo...