"Okeh kalo emang itu mau lo. Asal lo jangan minta buat gue ngejauhin lo, gue gak akan bisa," ucap Zain.
Mendengar ucapan Zain, Rara langsung menatapnya dengan pandangan yang sulit diartikan. Keningnya mengerut mencoba mencerta makna dari perkataan Zain yang sepertinya sukses membuatnya berpikir keras.
"Hp lo mana?" tanya Zain.
Dengan polos Rara langsung menyerahkan begitu saja hpnya. Zain pun langsung menerimanya, kemudian merogoh earphone dari saku celananya dan menyolokkannya pada hp Rara.
Tanpa komando Zain lain memasangkan sepasang earphone di telinga Rara dan hal itu berhasil membuat Rara berulang kali mengerjapkan matanya. "Maafin gue udah egois, karna gue khawatir sama lo. Okeh kalo cara tadi emang cuman memperkeruh masalah, gue gak akan lakuin. Tapi seengganya ijinin gue bantu lo dalam hal lain. Pulang ini lo cukup dengerin musik dari, lo gak perlu ngedengerin kata-kata orang. Hirauin mereka yang natap lo aneh, anggep aja mereka fans lo,"
Rara tersentuh begitu mendengar setiap perkataan tulus yang Zain lontarkan, "makasih Za, maaf gue udah ngerepotin lo banyak banget," ucap Rara.
"Lo enggak pernah ngerepotin gue, sekarang lo pulang duluan. Biar gue jagain lo dari dari belakang walau jarak jauh," senyum Zain kemudian memencet tombol play pada aplikasi musik di hp Rara, lalu langsung nyerahkan kembali hp tersebut kepada Rara.
"O-okeh gue duluan," kata Rara tersenyum kikuk menerima hpnya kembali dan beranjak melangkah pergi.
Memang bel sudah berlalu terdengar sekitar 20 menit yang lalu. Namun, masih ada segelintir murid yang masih setia berada di sekolah. Entah itu menunggu eskul atau seperti Rara yang pulang menunggu sepi atau juga ada alasan lainnya.
Rara berjalan perlahan di koridor, memang benar prediksi yang Zain perkiraan. Hampir tiap-tiap murid menatapnya dengan tatapan seperti tak suka, ada pula yang berbisik-bisik.
Walau telinganya tersumbat oleh earphone, tapi ia sangat yakin semua itu tertuju untuknya. Rara menghela nafasnya, berusaha menghiraukan pikiran-pikiran negatifnya. Ia terus melangkah seolah-oleh menganggap itu semua adalah fansnya, seperti yang disarankan oleh Zain.
***
Esoknya, Rara berangkat sekolah bersama Aji. Sekarang mereka sudah berada di area parkiran sekolah. Aji mematikan motornya lalu berlaih melepas helm yang melindungi kepalanya. Rara pun turut ikut turun dari atas motor dan menyerahkan helm yang ia kenakan kepada Aji.
"Bilang sama gue kalo ada apa-apa," pesan Aji.
"Apaan dah kayak bocah aja," ucap Rara.
"Yeh lo kan emang masih bocah! Ngaku lo masih minta dikelonin sama tante Fina kan?"
"Isshh! Pasti Mamah yang cerita sama lo yah?!" tanya Rara menatap kesal.
"Hahahahaha emang menurut lo siapa lagi?"
"Tau ah gue bete banget sama lo!" ucap Rara langsung pergi meninggalkan Aji yang tengah menertawainya dengan puas.
Rara menampakkan wajah masamnya, dalam hati ia meruntuki kelakuan Mamahnya yang selalu bercerita tentang dirinya kepada Aji. Ah, menyebalkan sekali.
Saat melewati koridor, Rara berhenti medumal. Ia teringat akan kejadian kemarin. Hatinya merasa was-was prihal tanggapan para murid-murid. Dengan sedikit keberanian Rara perlahan menyusuri koridor sekolah yang sudah ramai.
Namun, selama ia berjalan ada keganjalan dalam hatinya. Aneh, rata-rata semua murid yang semula menatapnya tajam langsung berubah ekspresi dan memalingkan wajahnya, bahkan ada pula diantara mereka yang justru acuh tak acuh saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
RARA [COMPLETED]
Teen Fiction22 in #FiksiRemaja (28/09/2018), 28 Januari 2018 - 17 September 2018 "Iyah sengaja, kita makan dulu. Gue tau lo dari tadi belum makan," "Oh y-yaudah" "Gimana kalo makan di pinggiran aja?," "Yaudah." "Gimana kalo makan sate?." "Yaudah." "Gimana kalo...